Catatan Kecil untuk Keluarga, Belajar Menjadi Orang Tua

catatan kecil untuk keluarga

“Betapa kaget ketika Wurry Srie tahu bahwa jejaka di hadapannya adalah seorang santri.”

Ketika membaca buku Catatan Kecil untuk Keluarga, saya teringat sebuah quotes kawan ghibah saya. 

“Kata orang, pengalaman adalah pelajaran paling mahal. Namun kita tak harus membayar mahal bila bisa belajar dari pengalaman orang lain, kan?”

Kata-kata dari kawan ghibah saya yang merupakan ibu-ibu itu saya kira sangat cocok ditujukan untuk buku Catatan Kecil untuk Keluarga karya Wurry Srie ini.

***

Wurry Srie adalah seorang ibu rumah tangga yang suka menulis sejak kecil. Dia suka menuliskan catatan ringan sehari-harinya di platform media sosial. Buku Catatan Kecil untuk Keluarga ini merupakan kumpulan esai pilihan tentang parenting. Esai-esai tersebut sebelumnya sudah tayang di media online nasional. Benang merah dari catatan Wurry Srie adalah tentang keluarga sehari-hari. Tentunya, apa yang Wurry Srie tulis juga tidak ndakik-ndakik dan ngadi-ngadi

Ketika membuka buku ini, saya langsung tertuju pada judul tulisan pertama dengan judul, “Anak Nakal Haruskah ke Pesantren?”

Saya pun teringat masa-masa sebelum saya nyantri. Saya kira anak nakal memang harus dimasukkan pesantren agar menjadi baik. Namun setelah nyantri, saya mendapati bahwa hal itu bukanlah hal yang diharuskan. 

Wurry Srie membagikan pengalamannya ketika dalam perjalanan antarkota ia menjumpai sosok jejaka tanggung dengan pakaian jaket jeans, celana pendek, dan berambut plontos. Sosok muda itu mencuri perhatiannya. Hatinya terusik untuk melontarkan beberapa pertanyaan. 

Betapa kaget ketika Wurry Srie tahu bahwa jejaka di hadapannya adalah seorang santri. Namun ada hal yang lebih mengejutkannya lagi. Ketika diajak shalat, jejaka itu menolak ajakan Wurry Srie dengan alasan tidak membawa perlengkapan sholat. 

Dari kejadian itu Wurry Srie belajar memahami bahwa orang tua tetap menjadi nomor satu dalam pembentukan watak anak. Sementara pesantren hanyalah sarana pembantu.

Idealisme Orangtua

Lalu, yang tak kalah menarik adalah esai kedua dengan judul “Ketika Buah Hati Menuju Masa Akil Balig”. Dalam cerita sederhananya, Wurry Srie menjelaskan bagaimana kita harus menyikapi ketika buah hati menuju akil dan balig. Tak hanya dua esai tersebut, tentunya masih banyak lagi cerita menarik lainnya yang tak mungkin saya tuliskan di sini agar Anda bisa membacanya sendiri.

Buku ini memang berisi tentang keluarga. Meski begitu, ia sangat penting dimiliki oleh semua kalangan. Termasuk jomlo seperti saya yang kelak juga akan berkeluarga.

Buku setebal 140 halaman ini berisi 25 tulisan Wurry Srie yang ditulis dengan bahasa sehari-hari dengan cerita yang mengalir dan begitu mudah dipahami. Kita bisa membacanya dari mana saja tak perlu membacanya secara berurutan karena setiap judul memiliki cerita yang berbeda. 

Sebagai buku pertama Wurry Srie, tentu ada beberapa kekurangan minor dalam buku Catatan Kecil untuk Keluarga. Salah satunya ada satu tulisan yang keluar dari tema pembahasan tentang keluarga atau parenting. Yakni tulisan yang berjudul “Toleransi yang Tergerus Lantunan Tadarus”. 

Alih-alih berbicara tentang anak atau keluarga Wurry Srie justru membicarakan toleransi dalam lingkup yang terlalu luas hingga keluar dari benang merah buku ini. Meski begitu, tulisannya tetap mengasyikkan untuk dibaca. 

Ada salah satu hal yang saya pahami ketika membaca buku ini. Orang tua memang selalu ingin menjadi yang sempurna dalam mendidik anak, bahkan ingin menjadikan anaknya sesuai idealisme mereka. Banyak orang tua selalu mengejar kesempurnaan anaknya. Mereka berharap mampu menjadikan anaknya menjadi yang terbaik. 

Sampai pada suatu titik, kadar harapan yang berlebihan justru menempatkan harapan orangtua menjadi tuntutan. Hal itu akhirnya hanya membuat anak terlihat kurang terus-menerus. 

***

Seperti kata Mas Iqbal Aji Daryono, hubungan antara anak dan orang tua adalah medan luas tempat belajar dengan limpahan ilmu yang tiada habisnya. Anak-anak memang belajar, tetapi ternyata orang tua juga terus belajar. 

Tanpa membayar mahal, saya pun belajar banyak hal dari buku ini. Saya yakin pelajaran yang saya dapat dari buku ini kelak berguna bagi saya yang kini masih seorang laki-laki yang cuma bisa ngurus anak kucing. 

Judul Buku: Catatan Kecil untuk Keluarga

Penulis: Wurry Srie 

Editor: Bhagaskoro Pradipto

Tebal: viii+ 140 hlm. ; 14 x 20 cm. 

ISBN: 978-623-5663-38-8

Tahun terbit: September 2022

Penerbit: Galuh Patria

Muhamad Ulinnuha, santri lajang yang cuma bisa ngurus anak kucing.

[red/zhr/brsm]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *