Asyiknya Menjadi Guru Olahraga

“Ini merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dan tidak mudah. Penerapan nilai-nilai sportif harus selalu melekat dalam diri siswa.”

Banyak orang yang masih merasa bahwa menjadi guru olahraga sangat melelahkan, karena setiap hari harus praktik berbagai macam keterampilan yang diajarkan kepada peserta didiknya. Selain melelahkan, menjadi guru olahraga atau yang disebut juga sebagai guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) juga rawan kulit hitam, karena setiap hari harus melakukan pembelajaran di luar kelas yang notabene terkena pancaran terik matahari secara langsung. 

Tuntutan sebagai guru PJOK juga sangat besar, karena guru PJOK dituntut tidak hanya pandai secara teori saja, melainkan juga harus bisa dibuktikan secara praktik.

Seorang guru PJOK harus mampu meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani. 

Ini merupakan pekerjaan yang sangat kompleks dan tidak mudah. Penerapan nilai-nilai sportif harus selalu melekat dalam diri siswa, karena pada PJOK juga ada permainan yang melatih siswa untuk bekerja sama, selalu berusaha, pantang menyerah, dan menghargai lawan bertanding. 

Tapi, tahukah anda betapa asyiknya menjadi guru PJOK? Bagi saya, menjadi guru PJOK sangat menyenangkan karena hal-hal berikut ini. 

#1 Jam kerja pagi hari dan di luar kelas

Bila dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain yang harus stay di kelas untuk mendampingi siswa-siswinya, maka guru PJOK tidak harus selamanya berada dalam kelas. PJOK menuntut lebih banyak aktivitas, dan tidak semua sekolah memiliki fasilitas olahraga indoor

Jadi umumnya PJOK dilakukan di luar kelas atau lapangan, dan dilakukan pada pagi hari. Matahari pun belum seberapa panas. Bisa dibayangkan apabila pelajaran PJOK dilakukan siang hari dan praktik di lapangan, pasti akan membuat kulit “gosong”.

#2 Metode belajar tidak kaku

Konsep belajar PJOK bisa sangat fleksibel, bahkan dapat dikemas dalam bentuk permainan. Jadi tidak perlu ribet dalam dalam menyampaikan materi seperti guru mata pelajaran lain. Sementara pada pelajaran lain seperti matematika misalnya, siswa harus menghafal rumus dan mencari siapa X1 siapa X2 yang tentunya sangat njelimet. PJOK tidak seperti itu.

Siswa cukup membawa buku dan bolpoin ke lapangan, kemudian guru menerangkan tentang materi yang akan dipelajari pada hari itu. Misalnya, permainan bola kecil. Siswa diberi pengertian tentang permainan bola kecil, dan bermacam jenisnya seperti bola kasti, tenis meja, bulutangkis, dll. Siswa kemudian dikelompokkan menjadi beberapa tim untuk memulai permainan yang seru. 

Jadi siswa pun sudah mengikuti kegiatan belajar mengajar, walau dikemas dalam bentuk permainan.

#3 Kehadirannya dinantikan siswa 

Kapan lagi ada kesempatan “bermain” secara resmi yang dirumuskan kurikulum? Hanya PJOK yang memberikan pengalaman tersebut; belajar dan bermain. Hal ini yang menjadi salah satu alasan PJOK biasanya dinanti siswa.

Selain itu, yang membuat pelajaran PJOK ditunggu kehadirannya adalah karena dalam seminggu PJOK biasanya hanya diajarkan satu kali tatap muka. Tak heran, kehadiran PJOK sangat dinanti oleh semua siswa. PJOK menjadi kesempatan siswa untuk beraktivitas di luar kelas, sambil menikmati pelajaran yang menyenangkan dan menyehatkan. 

Hadirnya PJOK membawa angin segar bagi mereka untuk bisa mengekspresikan diri melalui permainan, setelah hampir seminggu mereka hanya duduk di kelas mempelajari berbagai mata pelajaran. 

#4 Guru PJOK lebih dikenal banyak siswa

Berbeda dengan guru kelas yang lebih banyak menghabiskan waktunya di kelas yang diampunya saja, namun guru PJOK umumnya mengajar semua kelas. Jangan heran kalau guru PJOK memiliki fans yang sangat banyak di sekolah. Tentunya akan lebih banyak murid yang mengenal guru PJOK dibandingkan guru mapel lainnya. 

Pengalaman saya, dalam satu sekolah biasanya terdapat satu sampai dua guru pengampu mata pelajaran. Bila jumlah kelasnya banyak, maka akan dibagi dalam pengajarannya. Seperti guru A mengajar kelas 1 sampai kelas 3, dan guru B mengajar kelas 4 dan kelas 5. Di kelas 1 sampai kelas 3 pun juga ada rombongan belajarnya seperti kelas 1A, 1B, 1C, 2A, 2B, 2C, dan seterusnya. 

Pengalaman saya mengajar sebagai guru PJOK, ketika bertemu murid-murid di mana pun pasti mereka selalu bertegur sapa. Sampai pernah ada yang bilang, “Kok ndak bapak saja yang jadi wali kelasnya, biar bisa bertemu setiap hari.”

#5 Bekerja sesuai hobi

Saya pernah mendengar ungkapan “pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar”. Mungkin ungkapan ini cocok disematkan kepada guru PJOK. Diberi kesempatan untuk menyalurkan hobinya, malah dapat cuan pula hehehe…

Melakukan pekerjaan sesuai dengan hobi pastinya membuat kita lebih nyaman ketika melakukannya. Kita akan merasa senang mengerjakan setiap pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan, karena pekerjaan itu sesuai dengan hobi yang dimiliki.

Tentunya hal ini akan berbeda ketika mengerjakan sesuatu yang bukan karena hobi yang bisa membuat pelaku merasa terbebani. Saat sesuatu itu dikerjakan karena hobi, pasti kita merasa sedang tidak bekerja, melainkan mengerjakan hobi yang disukai.

Jadi jika kalian tertarik untuk menjadi guru, maka guru PJOK bisa menjadi pilihan untuk berkarir buat kalian. 

Abdul Mujib. Guru PJOK di Islamic Boarding School Surabaya.

Editor: Dessy Liestiyani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *