5 Manfaat Menonton Sidang Johnny Depp vs Amber Heard

ghibahin

Sejak awal, saya mengikuti persidangan ini via berita-berita internet, tapi tiga minggu belakangan saya tertarik juga mengikutinya secara live di Youtube. Banyak yang nyinyir, ngapain buang-buang waktu untuk nonton persidangan yang berjam-jam itu.

Akhirnya, persidangan kasus pencemaran nama baik yang digugat Johnny Depp kepada Amber Heard, mantan istrinya, selesai juga. Persidangan yang digelar sejak Rabu, 11 April 2022 itu menyita perhatian publik seluruh dunia, bukan hanya karena yang terlibat adalah aktor A-lister dalam perfilman Hollywood yang terkenal sejagad raya, tapi juga karena banyak orang kepo atas apa yang sebenarnya terjadi.

Tuduhan Amber Heard bahwa mantan suaminya sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga memang sempat menggegerkan publik. Tak cuma geger, tapi selanjutnya juga bikin situasi tambah runyam dan ruwet, dan berakhir pada gugatan pencemaran nama baik yang dilayangkan kubu Johnny Depp.

Tentu saja, klaim Amber Heard yang luar biasa membutuhkan pembuktian yang luar biasa pula. Dan itu pula yang membuat saya ikut-ikutan kepo, diam-diam mengikuti berjalannya persidangan lewat internet. Apa iya, aktor dengan reputasi gilang gemilang seperti Mr. Depp mampu melakukan KDRT?

Seperti yang kita sudah tahu, persidangan ini akhirnya dimenangkan (meski tak seluruhnya) oleh Johnny Depp. Para juri menolak tuduhan Amber Heard bahwa Johnny Depp adalah pelaku kekerasan dalam hubungan mereka, dan meyakini bahwa tuduhan tersebut menimbulkan dampak yang merugikan bagi Johnny Depp.

Sejak awal, saya mengikuti persidangan ini via berita-berita internet, tapi tiga minggu belakangan saya tertarik juga mengikutinya secara live di Youtube. Banyak yang nyinyir, ngapain buang-buang waktu untuk nonton persidangan yang berjam-jam itu. Awalnya saya pikir juga gitu, tapi ternyata ada beberapa hal yang saya dapatkan selama menonton persidangan ini, seperti berikut ini.

#1 Membuka mata bahwa persidangan di AS sangat berbeda dengan di Indonesia

Jarang-jarang, lho, persidangan bisa menarik banyak orang untuk menonton. Di Indonesia, persidangan yang lumayan heboh dikonsumsi publik paling-paling cuma kasus kopi sianida dan polemik pemilu pada dua periode belakangan. Kalau pengadilan di luar negeri, kita memang bisa melihat contohnya pada film-film bertema persidangan. Tapi dari gugatan Johnny Depp kepada Amber Heard ini, kita jadi tahu bagaimana sebenarnya persidangan di Amerika Serikat berlangsung.

Dari persidangan yang dipimpin dengan disiplin oleh hakim Penney Azcarate ini, kita melihat adu pembuktian dan argumen yang cukup rapi dari kedua belah pihak. Meski ada banyak alat bukti yang bisa dibilang kontroversial, tidak banyak momen emosional yang menimbulkan sahut-sahutan gaduh bernada tinggi, yang seperti pemandangan yang cukup umum di Indonesia, hehehe.

Persidangan ini juga menunjukkan kepada kita sistem juri yang dianut AS. Keputusan persidangan tidak ditentukan oleh hakim, tapi oleh para juri. Mengapa demikian? Sebabnya, sebagai penganut demokrasi, AS ingin melindungi tersangka dari jaksa atau hakim yang korup, bias, menganggap enteng, atau faktor-faktor lainnya yang bisa mempersulit terciptanya keputusan yang adil. Hasil rembukan para juri yang terkualifikasi ini diyakini bisa memberikan keputusan seadil mungkin.

#2 Melatih kepekaan mengamati ekspresi dan gestur seseorang

Yang namanya persidangan, suasananya bisa berubah-ubah tergantung apa yang sedang dipaparkan. Ketika persidangan semakin menguras emosi, berbagai ekspresi dan gestur tubuh muncul dan bisa kita amati. Seiring berjalannya persidangan, kita pelan-pelan bisa melihat mana saksi yang mulai tidak yakin dengan apa yang sedang dia katakan, mana pengacara yang lebih percaya diri, atau kubu mana yang terlihat mulai bosan.

Kemampuan membaca ekspresi dan gestur ini, meskipun banyak yang bilang terlalu subjektif, kalau dipikir-pikir penting juga untuk melatih kepekaan kita dalam hubungan sosial sehari-hari. Dalam percakapan misalnya, kita jadi lebih peka mengenai apakah lawan bicara kita sedang bosan, tidak tertarik, atau malah sedang berbohong.

Perkara membaca ekspresi dan gestur ini ternyata menarik bagi banyak orang, lho. Nggak sedikit juga pengamat ekspresi dan gestur (sebagian dari mereka disebut behavior analyst) yang menjadi Youtuber dan membahas segala mimik wajah dan bahasa tubuh orang-orang yang terlibat dalam persidangan ini.

#3 Mempertajam listening skill

Dari sekian cabang penguasaan bahasa Inggris, listening skill saya termasuk yang paling amsyong. Saya menonton persidangan Depp vs. Heard sambil bekerja di depan layar, dan karena mata lebih sering tertuju pada pekerjaan, saya jadi mengikuti persidangan dengan mendengarkan suaranya saja.

Tak terasa, setelah seminggu mengikuti persidangan, saya tak perlu lagi melihat visualnya karena sudah paham apa yang mereka bicarakan lewat suaranya saja. Apalagi, dalam tayangan langsung tidak dimungkinkan ada subtitel atau caption yang tersedia di Youtube, membuat telinga saya lebih terbiasa memproses kata-kata dalam bahasa Inggris tanpa bantuan teks. Skill upgrade yang lumayan, lho, ini. Hehehe.

#4 Menyadarkan bahwa KDRT bisa menimpa siapa saja

Masih banyak orang percaya bahwa pelaku KDRT sudah pasti pihak laki-laki, dan persidangan ini banyak memberikan informasi bahwa justru bisa terjadi sebaliknya. Kekerasan dalam rumah tangga yang dituduhkan Amber Heard kepada Johnny Depp tak memiliki cukup bukti yang meyakinkan juri, dan justru lebih banyak bukti yang mengindikasikan bahwa Amber Heard lebih sering menjadi pelaku kekerasan dalam hubungan mereka.

Setiap individu itu kompleks, dan ikatan pernikahan membuat hubungan antarmanusia menjadi semakin rumit. Ada yang bisa mengurai kerumitan hubungan ini dengan penuh sabar dan kasih sayang, tapi ada juga hubungan yang sulit diperbaiki, justru menjelma menjadi hubungan beracun yang memungkinkan kekerasan mental dan fisik.

Hubungan toxic tidak disebabkan oleh salah satu gender. Demikian pula KDRT, juga bisa dilakukan pihak mana pun, karena setiap pasti hubungan punya dinamika dan kompleksitas yang berbeda satu sama lain.

#5 Membuat kita berpikir bahwa persidangan serupa sulit terjadi bagi rakyat jelata

Melihat bagaimana kedua kubu menghadirkan berbagai saksi, termasuk saksi ahli, menunjukkan betapa banyak biaya yang dijabanin dalam persidangan ini. Dan sepertinya memang demikian. Manny Arora, pengacara yang diwawancarai Newsweek, mengestimasi bahwa Johnny Depp setidaknya mengalokasikan dana sebesar 5,5 juta dollar untuk membiayai kerja tim legalnya. Sedangkan Amber Heard setidaknya menyediakan 3 juta dollar, plus 200 ribu dollar untuk menghadirkan saksi ahli.

Bayangkan, biaya untuk perkara pencemaran nama baik dan KDRT ini bisa bikin kita tak perlu lagi kerja seumur hidup, lho. Keleluasan— atau mungkin sah juga dibilang keberlebihan—finansial kedua belah pihak memperlancar usaha mereka untuk mendapatkan “keadilan” yang diinginkan. 

Padahal, dalam kenyataannya, sebagian besar orang yang mengalami KDRT tak punya uang sebanyak itu, tapi juga mesti membuktikan banyak hal untuk mendapatkan keadilan. Jika Johnny Depp dan Amber Heard bisa menggelontorkan uang jutaan dollar untuk membayar pengacara, apa yang bisa dilakukan rakyat jelata jika menjadi korban KDRT? Belum lagi masih harus berhadapan dengan stigma dan prasangka masyarakat, ya kan?

Bhagaskoro Pradipto, stay at home dad, redaktur ghibahin.id, menulis sambil memikirkan yang tidak-tidak. Tinggal di Badung, Bali.

[red/sl]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *