PARENTING: Pola Asuh Membentuk Karakter Anak

Anak-anak

“Apa yang ditanam akhirnya dituai. seiring berjalannya waktu, pola asuh tersebut akhirnya membentuk sebuah karakter.”

Beberapa hari yang lalu keponakan saya, Ardi, ribut besar dengan ibunya. Mereka sudah sering ribut, sejak Ardi duduk di bangku SMA hingga saat ini, semester akhir kuliahnya. Setiap kali permintaannya tidak dituruti oleh ibunya, dia akan marah dan berontak. Permasalahan kali ini, Ardi minta iphone seri terbaru. Entah sudah berapa kali Ardi bersikap demikian.

Permintaan Ardi kepada ibunya tidak main-main. Begitu ibunya mengatakan tidak atas setiap permintaan barang mewah dan mahal, Ardi akan marah besar dan berteriak kepada ibunya. Ibunya benar-benar angkat tangan menghadapi sikap Ardi yang seperti ini. Bagaimana mungkin menuruti setiap keinginan putranya yang kerap meminta barang mewah tanpa mau peduli dengan keadaannya. 

Ibunya harus mengepakkan sabar yang lebar. Bagaimana tidak? Permintaan ibunya untuk kuliah sungguh-sungguh dan selesai tepat waktu diabaikan karena ibunya tidak menuruti permintaannya. 

Ardi sama sekali tidak menggubris wanita yang memiliki sabar luar biasa ini. Permintaan sederhana ibunya untuk berbicara sopan meski tidak sependapat dengan dengan dirinya selalu di. Ia berdalih tidak perlu berbicara sopan pada orang yang pelit pada anaknya sendiri.

***

Saya mengenal Ardi sejak bayi dan mengikuti perkembangannya sampai saat ini. Dari Ardi, saya jadi melihat betul bagaimana pendidikan keluarga membentuk sebuah karakter. Hal tersebut terlihat saat anak sudah dewasa. Seperti yang terjadi pada Ardi.

Detil pola asuh pastinya tidak akan sama antara ayah dan ibu, karena orang tua juga mengalami pola asuh yang berbeda dari keluarganya masing-masing. Tapi untuk hal yang krusial dan tidak dapat ditawar, seharusnya ayah dan ibu sudah kompak. Pola asuh yang terjadi pada Ardi  antara ayah dan ibunya sejak Ardi kecil memang sangat terlihat berbeda untuk hal yang krusial.

Ibunya selalu menekankan kemandirian, tanggung jawab, dan perhitungan dalam memberikan fasilitas. Ayahnya memberikan hal yang sebaliknya. Saat ibunya menanamkan untuk berlaku dan berbicara sopan dan hormat kepada orang yang lebih tua – meskipun tidak sependapat – ayahnya menanamkan kebalikannya.

Dengan pola asuh yang berbeda tersebut, sikap Ardi kecil terlihat normal sama seperti teman-temannya yang lain. Bermain dan memiliki teman yang banyak. Ardi si supel, cerdas, dan periang. Dulu, ketika dia belum mengerti apa itu barang mewah.

Apa yang ditanam akhirnya dituai. seiring berjalannya waktu, pola asuh tersebut akhirnya membentuk sebuah karakter. Jadilah Ardi sekarang yang saya lihat. Masih cerdas, periang, dan supel. Tapi di usia 21 tahun masih selalu merasa berhak mendapatkan fasilitas bintang lima dari ibunya. Ia selalu cari gampangnya, karena tidak mau susah. Ia merasa pantas menekan ibunya jika tidak menuruti kemauannya.

Miris dan kasihan rasanya, di usianya kini Ardi tidak bisa dan tidak mau belajar. Ia tidak bisa menyadari bahwa sikapnya tidak dapat dibenarkan. Di sisi yang lain saya bisa mengerti, karena memang sejak kecil, Ardi tidak memahami hal yang benar. Dalam pendidikannya, ia selalu menemui dua nilai yang berbeda, yang kemudian membentuk Ardi menjadi seperti saat ini. 

Apa yang terjadi antara Ardi dan ibunya bukan cerita baru. Kita sering menemukan kasus seperti ini di media, keluarga kita, tetangga, atau orang terdekat seperti cerita saya diatas. Perilaku anak yang memberontak dan tidak respek pada salah satu orang tuanya ketika menginginkan sesuatu. Sejak kecil ia selalu diselamatkan oleh orang tua satunya sehingga cara seperti itu dijadikan strategi untuk mencapai keinginannya.

Perbedaan memang pasti terjadi pada kedua orang tua, karena masing-masing orang tua memiliki latar belakang dan cara pengasuhan yang berbeda. Poinnya adalah bagaimana kesepakatan pola asuh kedua orang tua untuk membentuk karakter yang baik pada anak. 

Karakter membentuk pola pikir, perilaku, budi pekerti, dan tabiat. Betapa kita harus berhati-hati pada pola asuh anak karena tidak banyak yang dapat kita lakukan kalau karakter sudah terbentuk seperti Ardi ini. Karena pada akhirnya, yang bisa mengubah hanya dirinya sendiri. Pasangannya, anak-anaknya, bahkan keluarga tidak bisa mengubah kecuali dia memutuskan sendiri untuk berubah. 

Ardi adalah satu dari sekian banyak contoh, sebuah pelajaran bagi kita. Betapa pentingnya pola asuh yang benar akan membentuk karakter yang baik pada seseorang. Hasil dari pola asuh tidak terlihat saat anak masih kecil, tapi akan menjadi sangat jelas terlihat saat anak beranjak dewasa. [red/zhr]

Andi Henni, Mengurus rumah, anak-anak, dan kelas adalah aktifitas saya sehari-hari.

One thought on “PARENTING: Pola Asuh Membentuk Karakter Anak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *