Strategi Jitu Melunasi Utang 

pexels-monstera-6289073

“Kita tak bisa hanya menunggu uang kaget atau transferan dari donatur yang budiman untuk bisa melunasi utang, karena ini sama saja seperti menunggu Godot.”

Tak ada orang yang ingin terus berutang. Namun melunasi utang yang telanjur menumpuk ternyata juga tak gampang. Selain perlu mendisiplinkan diri, ternyata juga perlu strategi.

Utang seringkali menimbulkan banyak masalah. Bila sudah terlanjur terjerat utang, lebih baik prioritaskan dulu untuk melunasinya sebelum memikirkan kebutuhan lain yang skala prioritasnya lebih rendah.

Seorang kenalan saya yang awalnya sangat senang kerena kartu kredit pertama yang diajukannya disetujui pihak bank, kini susah tersenyum usai tagihan kartu kreditnya datang.

Teman sejawat saya bahkan terpaksa resign dari kantor saking malunya, karena tiap hari dikejar penagih pinjol (pinjaman online) yang sering kasar dan tidak sopan itu. Padahal, jumlah utangnya tidak banyak. Namun karena selalu terlambat membayar cicilan, maka jumlah utangnya bergulung dengan cepat hingga nilainya kini berlipat-lipat.

Untuk bisa terbebas dari utang yang jumlahnya telanjur menumpuk memang memerlukan strategi khusus. Kita tak bisa hanya menunggu uang kaget atau transferan dari donatur yang budiman untuk bisa melunasi utang, karena ini sama saja seperti menunggu Godot.

Sebelum bisa melunasi utang yang telanjur menumpuk, langkah penting pertama yang harus dilakukan adalah jangan  menambah utang dulu. Kadang kita memang terpaksa berutang lagi untuk melunasi utang lain yang sudah jatuh tempo. Cara ini tak berguna sama sekali  karena menggali satu lubang untuk menutup lubang yang lain jelas merupakan pekerjaan yang sia-sia. Nah, di bawah ini, saya akan menjelaskan strategi yang bisa Anda coba untuk melunasi utang. 

Menggunakan Cara Snowball Effect 

Pernah lihat bola salju, kan? Belum pernah? Sama! Saya juga belum pernah mengunjungi negeri empat musim sehingga belum pernah bermain salju beneran. Kalau salju-saljuan sih sering ya, di Bekasi juga ada. Tapi paling tidak sudah pernah melihat bola salju di film-film barat, kan? 

Bola salju selalu diawali dengan bulatan kecil yang imut dan nampak tidak berbahaya, namun bila sudah menggelinding melewati hamparan salju, material salju yang terbawa menjadi semakin banyak dan bola salju pun menjadi semakin besar.

Melunasi utang dengan efek bola salju dapat dilakukan dengan berfokus pada pembayaran utang yang jumlahnya paling kecil terlebih dahulu hingga lunas baru berpindah fokus kepada utang lain dengan nilai lebih besar. Demikian seterusnya dilakukan satu demi satu satu hingga semua utang lunas.

Dengan cara seperti ini, beban utang akan nampak lebih ringan. Ada efek psikologis yang membuat harapan kita untuk bisa melunasi utang tak pernah padam. Bila semula ada 10 utang maka jumlah utang akan berkurang menjadi 9, 8, 7, 6 dan seterusnya hingga utang sebanyak apapun serasa lebih cepat lunas.

Emosi negatif yang terkuras untuk menghadapi para penagih utang pun lambat laun berubah menjadi emosi positif dengan adanya harapan bahwa semua utang bisa dilunasi, tentu bila hal ini dilakukan dengan konsisten. 

Menggunakan Cara Avalanche Effect

Selain efek bola salju, masih ada cara lain yang sebenarnya lebih bagus karena pembayaran beban bunga yang lebih sedikit, yaitu avalanche effect atau efek longsoran salju.

Utang bisa kita ibaratkan sebagai salju yang dingin dan membekukan, alias membuat siapapun tak berkutik dibuatnya. Memang hal ini hanya berlaku pada pelaku utang barang-barang konsumtif yang nilai asetnya semakin lama semakin menurun saja, dan tak berlaku pada utang produktif yang justru berpotensi menambah aset. 

Strategi melunasi uang dengan cara avalanche effect dilakukan dengan fokus membayar utang dengan bunga terbesar terlebih dahulu, baru kemudian beralih ke utang yang bunganya lebih kecil, begitu terus hingga seluruh utang dapat dilunasi. 

Misalnya kita punya utang pinjol yang bunganya 20% dan utang pada kerabat tanpa bunga, tentu yang menjadi prioritas kita adalah pembayaran utang kepada pinjol terlebih dahulu yang bunganya jelas mencekik leher.

Utang kepada kerabat menjadi prioritas terakhir bila memilih strategi ini, tapi jangan lupa untuk mengiringinya dengan permintaan maaf apabila belum bisa membayar utang tepat waktu supaya hubungan kekerabatan tidak terganggu.

***

Selain dua strategi tersebut, yang tak kalah penting adalah menyiapkan energi untuk bisa membayar utang secara konsisten. Membayar utang yang telanjur menumpuk memang menghabiskan energi dan menggerus semangat, meskipun ketika berutang biasanya dilakukan dengan penuh semangat. 

Namun jangan berkecil hati dulu. Seperti halnya semua hal lain di dunia ini, tak ada yang abadi. Demikian pula dengan utang yang menumpuk, ada kemungkinan akan hilang atau justru menumpuk semakin tinggi. Dan seperti biasa, pilihannya ada di tangan kita. [red/bp] 

Margaretha Lina Prabawanti, penulis musiman: kadang nulis, kadang main ‘layangan’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *