Percayalah, Penjurusan di SMA itu Nggak Bisa Hilang

Bayangkan saja jika siswa SMA memilih pelajaran yang enak-enak saja dan tidak terlalu mikir njelimet.

Kabar akan dihapusnya penjurusan di jenjang SMA, sebagai efek dari penerapan kurikulum baru, disambut dengan respon meriah oleh masyarakat. Respon yang gegap gempita ini justru membuat saya bertanya-tanya. Mengapa dihapusnya penjurusan di tingkat SMA dianggap sebagai sesuatu yang inovatif, bahkan visioner?

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa penghapusan sistem penjurusan di SMA bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa dalam mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki, sesuai dengan kemampuannya. 

Jadi, memang ada sebagian kalangan yang beranggapan bahwa pengelompokan siswa pada penjurusan macam IPA, IPS, dan Bahasa itu mengekang dan membatasi kemampuan siswa di luar bidang itu. Pendapat ini sebuah anggapan yang membuat saya susah nyambungnya.

Sebagai guru yang mengajar di SMA selama kurang lebih lima belas tahun, saya sungguh meyakini sekali bahwa penjurusan di SMA mutlak harus ada, entah namanya peminatan lah atau memiliki nama lainnya. Kalaupun dipaksa untuk dihapus, akhirnya pun siswa-siswi mau tak mau pasti akan terjuruskan dengan sendirinya. Penjurusan di SMA ini sudah semacam keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Ada alasan yang mendasar mengapa penjurusan itu mutlak ada bahkan tidak bisa dihindari di SMA.

Alasan pertama, penjurusan itu sebagai pijakan dasar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam menentukan jurusan apa pun saat akan masuk kuliah, dasar pengetahuan dibagi menjadi ilmu eksakta, sosial, dan bahasa. Ketiga dasar ilmu ini dijadikan landasan, setidaknya supaya para siswa memiliki pegangan berdasarkan minat dan kemampuannya.

Ilmu eksakta yang di dalamnya ada Fisika, Biologi dan Kimia adalah dasar pengetahuan saat siswa mau mengambil jurusan-jurusan eksakta di universitas, seperti jurusan kesehatan atau pun teknik yang lebih banyak menggunakan dasar-dasar pengetahuan eksakta. Sedangkan jurusan-jurusan ilmu sosial yang dikaitkan dengan humaniora, dasar atau landasan pengetahuan untuk melanjutkan ke jurusan sosial juga tak kalah banyaknya. Di dalamnya ada dasar Ilmu Sosiologi, Ekonomi, Civic Education, hingga Ilmu Politik atau pun Seni Budaya.

Sama dengan bahasa, juga ditunjang dengan kemampuan berbahasa yang menjadi landasan saat siswa kelak berminat untuk melanjutkan kuliah ke jurusan-jurusan bahasa atau budaya. Mengingat kelas jurusan ini sekarang disebut IBBU atau Ilmu Bahasa dan Budaya.

Jika masih ada yang beranggapan bahwa penjurusan di SMA itu tidak penting karena toh saat ini hampir semua penjurusan di fakultas tidak mempertimbangkan lagi jurusan di SMA, maka sebaiknya coba menilik beberapa jurusan yang masih mutlak menuntut adanya asal muasal penjurusan dari calon mahasiswanya.

Semisal jurusan kedokteran hingga beberapa jurusan di Perguruan Tinggi Negeri yang memang menuntut calon mahasiswanya berasal dari kelas IPA. 

Nah, sampai di sini paham tho, kenapa penjurusan itu penting? Maka lanjut ke alasan kedua.

Kedua, penjurusan di SMA itu mampu memberi arahan kepada siswa menuju jalan terang ke mana ia melangkah. Jika membayangkan siswa bisa bebas ambil mata pelajaran yang diinginkan tanpa penjurusan, siswa akan terjerembab dalam kebingungan. Apalagi jika ketemu siswa yang pelajaran apapun bikin kepala pusing. Alhasil ia ambil yang enak-enak aja. 

Yang enak-enak ini biasanya tidak terlalu pakai teori njlimet-njlimet dan hafalan banyak–banyak. Ya kali lulusan SMA itu mau enak-enak. Bagaimanapun SMA ini dirancang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bayangkan saja jika siswa SMA memilih pelajaran yang enak-enak saja dan tidak terlalu mikir njelimet. Padahal dalam kuliah, sangat perlu penerapan ilmu-ilmu yang dipelajari lewat pendidikan sebelumnya.

Jadi penjurusan IPA, IPS, atau pun bahasa adalah keniscayaan yang tak mungkin dihindari.

Hanifatul Hijriati, Guru di Sragen.

[red/pap]

2 thoughts on “Percayalah, Penjurusan di SMA itu Nggak Bisa Hilang

  1. “Kamu lulusan SMK Bisnis Perbankan kenapa kamu kok ambil jurusan PAI??”

    “Bosen itung2an, Pak.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *