Menyoal Slogan Wakatobi yang Panjang Tapi Meresahkan

“Sebuah slogan berarti sebuah visi, sebuah cita-cita, sebuah hal yang sekiranya bisa terjadi, walau tentu saja tidak pasti waktunya kapan.”

Setiap kabupaten atau kota di Indonesia memiliki slogan sebagai ciri khas yang mencerminkan keadaan daerahnya. Kabupaten Bantul misalnya, memiliki slogan “Projotamansari”. Akronimnya kurang lebih seperti ini: Produktif, Profesional, Ijo Royo-royo, Tertib, Aman, Sehat Asri. Ini menjadi salah satu slogan sebuah kota atau kabupaten paling keren dan kreatif yang saya temukan. 

Bayangkan sebuah tema besar, orang-orang profesional yang produktif, tertib dan sehat, menciptakan alam yang aman dan asri dan tentu saja ijo royo-royo. Jelas, sebuah gambaran kabupaten dengan masyarakat yang maju, namun tidak meninggalkan nilai-nilai “desa” sebagai elemen penting kehidupannya. Lalu tema sepanjang itu, juga kata sebanyak itu dibuatkan akronimnya sependek-pendeknya menjadi satu kata: Projotamansari. Ngerih. Bantul ini Bos, senggol dong!

Slogan kabupaten lain yang saya temukan cukup eye catching adalah Sleman Sembada. Singkat, padat, dan jelas. Siapa sangka, sembada (Jawa) yang dimaksud itu ternyata tidak merujuk pada akronim sebuah singkatan sebagaimana Bantul.

Menurut website pemerintahan Kabupaten Sleman, sembada sebagai slogan itu memiliki arti sikap dan perilaku rela berkorban dan bertanggungjawab untuk menjawab dan mengatasi segala masalah, tantangan, baik yang datang dari luar maupun dalam, untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Sebuah slogan agung yang jika dilaksanakan bisa meningkatkan taraf manusia-manusia Sleman itu sendiri. Lalu, lihatlah Kabupaten Sleman saat ini. SEMBADA.

Selain kedua kabupaten yang saya sebutkan di atas, ada beberapa kabupaten/kota dengan slogan yang diambil dari Bahasa Sansekerta. “Gemah Ripah Wibawa Mukti” adalah slogan Kota Bandung. Atau “Gemah Ripah Loh Jinawi” yang dipakai oleh Kabupaten Sukabumi.

Di kabupaten dan kota lainnya, di Jawa Tengah misalnya, singkatan-singkatan masih digunakan untuk memperpendek kata yang begitu bejibun menjadi sebuah kata yang tentu saja keren, wow! Misalnya: Kebumen Beriman, Batang Berkembang, Wonogiri Sukses, Cilacap Bercahaya, Grobogan Bersemi dan kata-kata lain yang sekiranya langsung nyantol begitu pertama orang mendengar.

Ada yang menarik dari slogan sebuah kabupaten yang “baru” menetas 20 tahun yang lalu, Kabupaten Wakatobi. Slogannya, cukup panjang atau malah yang paling panjang dari sekian banyak slogan kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. “Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia” adalah slogan yang saya maksud.

Ada 9 kata terpampang menjadi sebuah kalimat. Jelas kalimatnya? Tentu saja. Singkat? Sangat tidak singkat. Padat? Saya pikir itu seperti sebuah kalimat yang dipadatkan dari sebuah skripsi atau tesis setebal seribu halaman. Sebuah kesimpulan gambaran dari begitu besarnya laut yang dimiliki kabupaten ini. Walau daratannya nggak disebut sama sekali, yang penting kan lautnya.

Dan, kalo dijadikan sebuah akronim, tentu juga tidak akan menjadi sebuah kata. Kita akan kesulitan ketika berusaha menemukan sebuah kata “Snbldpskd” di KBBI sebagai singkatan dari slogan Kabupaten Wakatobi. Atau misal dijadikan akronim per suku kata, akan jadi “Surnyabaladipusekad.” Apa itu? Lebih terlihat seperti tulisan anak yang baru belajar menulis huruf dan berusaha disatukan menjadi sebuah kata. Hahaha. Saya baru sadar, ternyata pemerintahan Kabupaten Wakatobi sudah selucu sejak awal membentuk kabupaten itu.

Slogan Kabupaten Wakatobi ini terlihat seperti tulisan normatif di sebuah institusi yang jangankan office boy atau tukang parkirnya yang paham maksudnya, sekelas pegawainya juga nggak akan peduli. Juga semacam slogan sebuah kampus yang mentereng tapi nirhasil. Masih kalah sama tulisan-tulisan lucu di banner atau di kertas yang digunakan mahasiswa saat demo akhir-akhir ini, lebih menjual kalo dijadikan konten.

Pada dasarnya, sebuah slogan berarti sebuah visi, sebuah cita-cita, sebuah hal yang sekiranya bisa terjadi, walau tentu saja tidak pasti waktunya kapan. Mungkin itu juga yang diharapkan pemerintah Kabupaten Wakatobi ketika merencanakan pemekaran dari Kabupaten Buton.

Wakatobi terkenal akan lautnya yang indah, maka dibuatlah slogan yang laut banget, yang harus ada karangnya, ada surganya, ada jantungnya, ada segitiganya, dan harus ada dunianya. Lalu, Boom! Jadilah: Surga Nyata Bawah Laut bla bla bla.

Lagipula nih, sebelum menetapkan sebuah slogan, apa pemerintahan Kabupaten Wakatobi itu nggak riset dulu? Maksud saya, seperti yang sudah saya sebutkan di atas bahwa di Indonesia ini ada sekitar 513 kabupaten dan kota (data 2022) dengan slogan yang keren-keren. Ada yang pakai bahasa daerah dengan arti yang nyata dan lugas.

Ada juga yang memakai bahasa Sansekerta yang sejak berabad-abad lalu sudah dikenal banyak orang sebagai sebuah semboyan. Bahkan ada yang dengan pede-nya merangkum sebuah tema besar lalu memodifikasinya menjadi beberapa kata-kata yang penuh semangat dan gairah, lantas disingkat per huruf atau per suku kata menjadi sebuah kata yang super.

Dari sekian banyak orang di Wakatobi, masa iya nggak ada yang sadar gitu? Bahwasannya kita ini sedang merangkum semua hal di kabupaten kita menjadi sesuatu dan pada akhirnya, jangankan anak SD, orang kuliahan saja saya yakin ngga paham arti sesungguhnya dari slogan Kabupaten Wakatobi.

Saya menduga kemungkinan ada dua skenario kuat yang jadi sebab terbitnya slogan Kabupaten Wakatobi itu. Pertama, sekedar salah ucapan dari orang yang cukup berpengaruh, lantas semua “oke”, lalu jadilah slogan itu. Kedua, skenario bahwa The Founding Fathers-nya Kabupaten Wakatobi mendapat tugas masing-masing, termasuk di antaranya yang mendapat tugas menemukan slogan untuk kabupaten baru tersebut.

Sayangnya, karena waktu nggak cukup, dan semua harus segera dikumpulkan, maka kondisi kepepet itu menjadikan: Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segitiga Karang Dunia itu jadilah slogan Kabupaten Wakatobi. Hmm, sebuah teori yang cukup menarik!

Taufik Hidayat. Suka naik gunung.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *