KIP Kuliah Tidak Tepat Sasaran, Apa yang Harus Dilakukan?

“Sasaran utamanya adalah mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu namun berprestasi di bidang akademik maupun non akademik.”

Siapa sih yang tidak tahu Kartu Indonesia Pintar untuk mahasiswa (KIP kuliah)? Pasti teman-teman tahu dong. Beasiswa ini sudah ada sejak tahun 2019. KIP kuliah menjadi beasiswa yang tidak kalah eksis dari beasiswa lainnya karena membebaskan mahasiswanya dari biaya kuliah selama 8 semester atau 4 tahun lho!

Selain bebas biaya kuliah bagi penerima beasiswa KIP kuliah juga akan memperoleh bantuan biaya hidup atau uang saku per semesternya, menjadikan beasiswa ini incaran banyak orang terutama para camaba tanpa memandang suku, ras, agama, dsb. 

Pada dasarnya, KIP kuliah ini diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu serta berprestasi dan memiliki tekad ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Namun, seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa beasiswa ini diincar banyak orang. Kenyataannya, banyak mereka yang berasal dari keluarga yang mampu mengincar beasiswa ini juga.

Seleksi calon penerima KIP kuliah sendiri berbeda di setiap universitas. Ada yang hanya seleksi berkas dan wawancara, ada juga yang menggunakan tes akademik sebagai tahapan awal seleksi. Dari mulai sistem seleksi sampai penetapan maba sebagai penerima beasiswa KIP kuliah juga ditentukan sendiri oleh setiap universitas. Oleh karena itu, tidak heran jika kuota penerima KIP kuliah di setiap universitas berbeda-beda.

Tumbuh dan besar di zaman serba digital banyak hal yang dapat kita peroleh secara instan melalui smartphone. Namun, walau tinggal di zaman serba digital, tidak semua masyarakat perekonomiannya cukup atau mampu. Masih banyak masyarakat yang perekonomiannya menengah ke bawah atau kurang mampu dan bahkan tidak memiliki smartphone.

Banyak teman-teman saya yang berasal dari keluarga kurang mampu men-share pengalaman pribadinya di media sosial perihal KIP kuliah yang tidak tepat sasaran. Salah satu dari mereka mengeluh, “Temanku yang orang tuanya berpenghasilan 4 juta per bulan dan memiliki mobil serta sepeda motor lulus KIP kuliah. Padahal tanggungan cuma seorang anak. Sedangkan kami yang berasal dari keluarga kurang mampu dengan penghasilan orang tua 1,5-2 juta per bulan dengan tanggungan 2-4 orang anak serta tidak memiliki kendaraan, tidak lulus KIP kuliah”. 

Saya sangat prihatin ketika membaca unggahan teman-teman yang tidak lulus atau gagal seleksi padahal mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tetapi temannya yang berasal dari keluarga mampu lulus seleksi dengan begitu mudahnya. Menurut saya, hal itu tidaklah sesuai dengan tujuan serta sasaran utama KIP kuliah. 

Tujuan utama KIP kuliah adalah membantu anak-anak Indonesia yang ingin berkuliah namun terkendala ekonomi keluarga. Sasaran utamanya adalah mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu namun berprestasi di bidang akademik maupun non akademik. 

Menurut saya, hal ini terjadi karena sistem seleksi KIP kuliah ditentukan oleh universitas. Banyak universitas yang hanya menggunakan seleksi berkas dan wawancara, baik offline maupun secara online. Dan saya rasa, hal itu tidak objektif karena bisa saja berkas yang dikumpulkan tidak sesuai dengan kenyataannya.

Sebagai contoh, teman saya, sebut saja Dewi. Dewi adalah penerima Beasiswa KIP kuliah di salah satu universitas di Palembang. Dia bercerita ke saya bahwa pada saat ia ikut rapat seluruh mahasiswa penerima KIP kuliah di universitasnya, dia melihat rata-rata mereka yang menerima KIP kuliah memiliki smartphone dengan merek ternama yakni iPhone. Mendengar nama merek smartphone-nya, sudah pasti mereka berasal dari keluarga yang mampu.

Dari 2 contoh yang ada, dapat dikatakan bahwa KIP kuliah tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, saya rasa perlu ada kerjasama antara pihak sekolah dengan pemerintah untuk membuat sosialisasi KIP kuliah secara tatap muka, serta mendata siswa/i yang berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu yang ingin melanjutkan pendidikan ke perkuliahan.

Dan, setiap universitas yang hanya menggunakan seleksi berkas dan wawancara diharapkan dapat melihat secara jelas, mahasiswa mana yang layak mendapatkan beasiswa ini dengan cara survei langsung lokasi rumah. Karena menurut saya, hal itu dapat meminimalisir terjadinya kasus KIP Kuliah tidak tepat sasaran yang kerap terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Dengan begitu yang menjadi tujuan utama serta sasaran Pemerintah membuat KIP kuliah dapat terealisasikan secara benar dan tepat. Dan, mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu dapat memperoleh peluang untuk kuliah terutama mereka yang berada di daerah 3T yaitu Tertinggal, Terdepan, dan Terluar.

Florencia Anggreni Br Sidabutar, scholarship hunter.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *