Kegagalan Dapat Membantu Kita Terbang Lebih Tinggi

Saat sedang berhadapan dengan kegagalan jangan membuat kesimpulan bahwa kegagalan adalah akhir dari segalanya.

Kemenangan atau keberhasilan selalu menjadi idaman bagi setiap manusia. Dengan kemenangan, manusia bisa mendapatkan pengakuan dari masyarakat luas dan menjadi panutan. Sifat dasar manusia memang ingin diakui.

Sampai hari ini pun, pada setiap permainan yang saya lakukan, saya ingin menjadi pemenangnya. Entah itu permainan dalam pekerjaan, maupun permainan yang sekadar hobi, seperti Mobile Legend misalnya. Saya yakin, sifat dasar manusia yang ingin menang inilah yang membuat mereka ingin melakukan yang terbaik dalam setiap usahanya.

Jika kalah saat bermain Mobile Legend, saya merasa sedih, dan bahkan sampai menyalahkan diri sendiri. Apalagi jika ada anggota tim yang kalah, saya akan mengumpat karena permainannya sangat buruk. Saya menyadari bahwa hal ini harus saya pangkas, agar tidak menjadi kebiasaan buruk yang terus mengakar. Namun bagaimana caranya?

Kemarin, saat saya membuka Instagram, muncul kalimat puitis dari salah satu akun motivator. Menurutnya, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru dari kegagalan itulah kita bisa melompat dengan lebih tinggi lagi.

Saya sudah sering mendengar motivasi klise tersebut, tapi kali ini entah mengapa, rasanya berbeda. Mungkin karena saya sedang berada dalam fase yang demikian. Saya begitu menyalahkan diri karena belum bisa seperti teman-teman saya; gaji dijamin negara, bekerja sesuai passion, liburan tanpa memikirkan budget, dan masih banyak lagi. Namun kalimat sang motivator membuat saya tersadar, bahwa masing-masing kita ini mempunyai “waktu” yang tepat, sesuai dengan “kalender” yang sudah Tuhan persiapkan.

Hal serupa saya alami saat bermain Mobile Legend. Dalam permainan ini, pemain diajak untuk belajar bekerja sama. Di sinilah pentingnya berkompromi dengan diri sendiri. Jika keadaan kita sedang tidak baik-baik saja misalnya, jangan asal mengambil keputusan. Jangan mengambil keputusan saat kita marah atau sedang berada dalam kondisi yang keruh.

Mobile Legend merupakan permainan 5vs5, yaitu permainan tim yang membutuhkan kerja sama dengan karakter masing-masing pemain. Permainan ini memiliki beberapa tingkat kesulitan. Semakin tinggi tingkatannya, bintangnya akan semakin sulit dicapai, dan lawan juga akan semakin kuat. 

Saat pertama kali bermain dulu, saya sering kalah, dan berkali-kali hampir menyerah. Kurangnya kerja sama dalam tim bisa disebabkan karena berbagai faktor seperti sinyal yang lemah, si pemain memang belum mahir, sedang AFK (away from keyboard), dan sebagainya. 

Masalah datang ketika saya sudah susah payah bermain rank untuk dapat meningkatkan bintang sampai GrandMaster, namun akhirnya turun tingkat menjadi Master lagi. Tentu hal itu mengundang rasa jengkel, bahkan banyak anggota tim yang marah dan mengeluarkan kata-kata kasar. Padahal belum tentu dia sendiri bisa bermain dengan apik. 

Dalam permainan Mobile Legend, terlihat bahwa pengendalian emosi sangat dibutuhkan; bagaimana bersikap suportif, bagaimana bisa menerima kekalahan tanpa harus mengumpat atau bahkan membenci keadaan. 

Bukankah dari kegagalan-kegagalan, kita bisa mengevaluasi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik? Menyadari bagian usaha mana yang kurang ikhlas, agar ketika sudah mencapai keberhasilan atau kemenangan, saya benar-benar siap menerimanya tanpa harus menyombongkan diri.

Hal ini saya rasakan ketika mulai merantau di tempat yang baru, di mana saya tidak kenal dengan siapa pun di kota itu. Tahukah Anda bagaimana rasanya memulai pekerjaan di tempat yang baru? Pada awalnya memang terasa indah. Namun lama-lama pembicaraan di tempat kerja yang selalu membicarakan keburukan orang lain, menjatuhkan orang lain, dan kebiasaan-kebiasaan di luar batas lainnya, membuat saya lelah. 

Saya jadi ingat buku yang pernah saya baca beberapa waktu lalu, Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah karya Geulabaewoo. Buku itu mengingatkan saya bahwa istirahat sebentar itu sah-sah saja. Apalagi saat kondisi kita sedang tidak baik. Saat menghadapi kegagalan, tentu mood kita seketika menjadi berantakan. Ada baiknya kita mundur selangkah sejenak. Setelah merasa lebih baik, barulah kita bangkit kembali.

Buku ini mengingatkan saya untuk beristirahat dahulu, baru kemudian bangkit kembali dengan pikiran yang segar, sehingga bisa mengolah ide-ide yang lebih kreatif untuk mencari uang. Dunia ini tidak selalu menuntut kita untuk serba cepat, sama seperti pandemi yang mengajarkan kita untuk beristirahat dan mencari strategi baru yang dapat mempermudah pekerjaan kita. 

Saat sedang berhadapan dengan kegagalan jangan membuat kesimpulan bahwa kegagalan adalah akhir dari segalanya. Justru sebaliknya, kita wajib berteman dengan setiap tahap kegagalan. Pasalnya, kegagalan merupakan guru yang paling baik untuk dapat melaju dengan tinggi. 

Kita tidak bisa dikatakan benar-benar gagal jika masih terus mencoba lagi sampai berhasil. Jadi, bertemanlah dengan kegagalan dan belajarlah darinya. Habiskan jatah gagal Anda di masa muda, agar siap menyongsong keberhasilan di masa mendatang.

Maria Violetta Handoyo, tinggal di Kutoarjo

[red/sk]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *