Hikmah Jalan Rusak dan Betapa Baiknya Pemerintah Kita

Jalan Rusak

“Pemerintah memikirkan kendaraan kita agar tetap awet. Sudah begitu, secara tidak langsung menghindari kecelakaan.”

Jalan rusak bukanlah fenomena alam atau fenomena yang baru. Sedari dulu memang lazim, namanya jalan, pasti ada rusaknya. Dan yang namanya jalan rusak tentu saja ada penyebabnya. Salah satunya karena revolusi cuaca, kondisi tanah yang tak bersahabat, sering dilewati kendaraan besar yang muatannya melebihi ukuran, dan sebagainya.

Apa pun penyebabnya, kita tak boleh berpikir yang aneh-aneh. Kita selaku orang Indonesia yang santun, berakhlaqul karimah, maka memang seyogyanya berpikir baik layaknya orang berakhlak. Harus mampu berfikir lebih jernih lagi ke perspektif yang mengandung edukasi. Sebab di jalan yang rusak itu, ada hikmah yang dapat kita petik. 

# Pemerintah mengajarkan ketawadu-an dan sopan santun

Ingat! Akhlak dan sopan santun itu tidak melulu datang dari kiai, guru, dan orang tua. Bisa juga dari orang lain. Salah satunya dari pemerintah. Baik dari pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat. 

Bagaimana tidak, karena jalan rusak itu, kita kalau lewat pasti pelan, hati-hati, tunduk merunduk kayak padi dan fokus melihat ke bawah. Hal ini tidak jauh dari sikap dan sifat simbolis orang Indonesia. Akhlaknya bukan hanya dipakai saat bertemu dengan orang yang lebih tua. Di lorong bebatuan dan bergelombang agak dalam pun dipraktikkan. Ini berkat pemerintah, lho, je!

# Agar tidak sering terjadi insiden kecelakaan

Jalan yang rusak tidak cepat diperbaiki, hemat saya adalah suatu ke-epik-an pemerintah. Artinya, mengapa jalan rusak tidak segera diperbaiki? Karena pemerintah telah melakukan istikharah terlebih dahulu. Beliau-beliau itu telah memikirkan segalanya secara matang dan visioner. 

Lebih banyak mana orang kecelakaan antara lewat di jalan rusak dan jalan aspal yang mulus? Jelas lebih banyak di jalan yang mulus. Sebab jika jalannya wenak tenan, pengendara kadang asyik ngebut-ngebutan. Walhasil, tak jarang menabrak bruk, pagar tetangga, menyalip pengendara lain tanpa melihat kalau di depan ada viar, trak-trak-an, dan semacamnya. Kadang, lampu merah saja diterobos. Itu akibat jalan mulus, lho. Cobak kalau rusak, terobos, nyungsep pasti. 

Nah, agar tidak terjadi hal demikian, maka pemerintah memilih untuk tidak memperbaiki jalan yang rusak itu demi meminimalisir insiden kecelakaan. Siapa coba yang berani nyalip pengendara lain di jalan yang penuh bebatuan dan berlubang dengan kecepatan tinggi? Nyaris tidak ada. Takut nyungsep!

# Diajarkan untuk berangkat lebih awal agar tidak tergesa-gesa

Orang yang mau salat Jumat, yang berangkatnya lebih awal, ganjaran pahalanya lebih gede. Sama, orang yang berangkat lebih awal untuk beraktivitas karena jalan rusak, bermaksud supaya kendaraannya tidak mudah remuk lantaran tergesa-gesa. Kalau terburu-buru di jalan berbatu, secara tidak langsung kendaraan tersebut diadu dengan batu, dihantam-hantamkan, dan sebagainya.

Iya kalau kendaraannya masih baru beli dan kokoh. Namun, jika kendaraannya sudah tua, bisa jadi bannya bocor, bautnya copot, sayapnya retak, dan kerusakan lainnya

Kita harus berfikir positif, bahwa pemerintah telah menyusun ide supaya kita terbiasa berangkat lebih awal agar tidak tergesa-gesa. Pemerintah memikirkan kendaraan kita agar tetap awet. Sudah begitu, secara tidak langsung menghindari kecelakaan. Sebab bila terburu-buru sedangkan jalannya rusak, bukan tidak mungkin sang pengendara akan terpeleset dan jatuh. 

# Agar ban kendaraan tetap irit, tidak mudah tipis

Konon, kendaraan yang lewat di jalan aspal yang mulus, itu akan menyebabkan ban kendaraannya mudah tipis. Sedangkan kalau lebih sering melintasi jalan berbatu, itu (kata orang-orang di kampung saya) ban akan lebih irit.

Dan inilah, lagi dan lagi pemikiran pemerintah yang cemerlang, mengapa jalan rusak enggan diperbaiki. Ingat, orang kalau nggak pinter, cerdas dan memiliki pandangan tajam ke depan, tidak akan menjadi pilar negara. 

Pemerintah tahu, bahwa rakyat Indonesia kebanyakan penganggurannya, banyak yang tidak punya penghasilan tetap. Maka atas hal itu, pemerintah mencoba membantu untuk menghemat pengeluaran rakyatnya. Karena uangnya sudah pas-pasan, khawatir nanti kalau ganti ban kendaraan, masyarakat malah ngutang. Ini alasan mengapa jalan tidak cepat diperbaiki. 

Mungkin, pemerintah berpikir: daripada ngutang karena mau ganti ban, mending uang rakyat itu ditabung demi membeli minyak goreng, dan cara menabung yang elok adalah dengan cara tidak memperbaiki jalan rusak tersebut. 

Kurang baik bagaimana pemerintah kita, Maszeh? Jalan rusak saja ada hikmahnya. (red/pap)

Zubairi, orang kampung yang sudah terbiasa melintas di jalan rusak.

One thought on “Hikmah Jalan Rusak dan Betapa Baiknya Pemerintah Kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *