Efek Trauma Masa Kecil pada Kepercayaan Diri

“Jangan pernah menyerah pada keadaan yang menyulitkan kalian.”

Kepercayaan diri atau self confidence dipengaruhi oleh kesehatan mental. Jika mental kita bermasalah maka kemungkinan besar kepercayaan diri kita juga bermasalah. Lantas, dari mana masalah itu muncul? Menurut saya, peristiwa masa lalu bisa membuat seseorang takut untuk kembali merasakan peristiwa tersebut, misalnya trauma di masa kecil. 

Bagi setiap orang trauma masa kecil tidak mudah untuk diatasi. Trauma itu akan sangat membekas pada diri orang tersebut. Trauma masa kecil berdampak pada kehidupan seseorang di masa depan, baik itu berdampak buruk ataupun berdampak baik.

Menurut American Psychological Association, trauma adalah respons emosional yang diberikan oleh seseorang atas kejadian buruk seperti bencana alam, kecelakaan, ataupun kekerasan. Seseorang dapat mengalami trauma karena kejadian yang mengancam dan berbahaya secara psikis maupun fisik.

Tidak sedikit trauma di masa kecil yang hingga saat ini masih membelenggu di kehidupan seseorang. Trauma tersebut membuat hilangnya minat seseorang untuk bersosialisasi bersama orang lain. Padahal sosialisasi bersama orang lain bahkan orang baru sangatlah penting.

Menurut SoHib, trauma masa kecil apa yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian kalian? 

Menurutku, bullying adalah trauma yang memiliki dampak yang besar untuk perkembangan kepribadian seseorang. Terutama pada perkembangan kepercayaan diri seseorang.

Tindakan bullying belakangan ini marak terjadi di usia yang masih belia. Tindakan bullying atau penindasan ini biasanya mengadopsi tindakan kekerasan yang ada di sekitarnya. Tindakan bullying ini seringkali memiliki efek bagi korban yang terbawa hingga dewasa.

Biasanya korban bullying akan dalam kondisi post traumatic stress disorder atau PTSD. PTSD merupakan penyakit atau gangguan psikis yang dialami pasca terjadinya bullying. Kondisi ini biasanya juga terbawa hingga si korban beranjak dewasa, sehingga membuat kepercayaan diri si korban tidak berjalan baik.

Menurut Hambly (1992), kepercayaan diri diartikan sebagai keyakinan terhadap diri sendiri sehingga mampu menangani segala situasi dengan tenang. Kepercayaan diri lebih banyak berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain. Tidak merasa inferior di hadapan siapa pun dan tidak merasa canggung apabila berhadapan dengan banyak orang.

Membahas mengenai trauma bullying yang berdampak pada kepercayaan diri seseorang, membuat saya teringat dengan kejadian sahabat saya yang pernah mengalami hal serupa. Sahabat saya pernah mengalami bullying di masa kecilnya, saat dia masih di bangku SD. Sahabat saya ini memiliki kelebihan fisik di bagian samping mata sebelah kanannya, sehingga dia kerap kali di-bully oleh teman sebayanya bahkan kakak kelasnya semasa SD.

Kalimat yang dilontarkan oleh pelaku pembullyan ini menurutnya sangat menyayat hatinya. Kata-kata kasar yang dilontarkan setiap mereka bertemu membuat sahabat saya overthinking. Dia sering bertanya pada dirinya sendiri, “Apa salahku sampai-sampai mereka menghinaku setiap saat kami bertemu?”

Pembullyan yang dilakukan oleh teman-temannya ini memang lebih dominan pembullyan secara verbal. Namun perbuatan seperti merusak barang-barang miliknya juga kerap kali dia dapatkan. Barang miliknya yang pernah dirusak oleh teman-temannya itu adalah barang pemberian dari mendiang sang kakek. 

Tidak hanya itu, pembuli juga meninggalkan sebuah pesan kecil di barang itu, “Mati aja sana! Kamu nggak diharapkan sama keluargamu hahaha.” Hal tersebut membuat sahabat saya semakin terpuruk. Dia berpikir untuk berhenti bersekolah, bahkan dia ingin melakukan tindakan bunuh diri.

Sahabat saya berpikir jika dia mati mungkin dia tidak akan merasakan pembullyan ini lagi. Dia mempersiapkan sebuah silet di kamarnya sambil menangis tersedu-sedu. Untungnya, adiknya yang baru pulang bermain mengajaknya untuk pergi keluar.

Setelah itu sahabat saya berpikir lebih jauh, dia sadar tindakannya ini salah. Semua orang yang menyayanginya pasti sangat bersedih terutama ayah dan ibunya. Orang tuanya pasti akan menyalahkan diri mereka karena mereka tidak dapat membantu anaknya.

Sahabat saya memutuskan untuk bercerita kepada orang tuanya mengenai kejadian yang dia alami. Ibunya menangis mengapa dia menyembunyikan masalah sebesar ini. Ibunya menguatkannya, memberikan nasihat yang membuat dia berpikir bahwa hidupnya berharga bagi orang lain. 

Ayahnya memberikan penghiburan dengan kata-kata yang masih terekam dalam memorinya sampai saat ini: Nggak papa, cuma dihina. Nggak ada yang berkurang kok. Kalo dihina lagi nggak usah didengarkan. Biar mereka malu sendiri. Kamu nggak usah pedulikan mereka

Dan, sampai saat ini sahabat saya menerapkan sikap tidak pedulinya kepada orang yang menatapnya dengan tatapan yang aneh.

Hal tersebut berdampak baik, hingga dia lulus SD, SMP, SMA, dan kuliah dia sudah tidak mendapatkan pembullyan lagi. Namun, tatapan mata yang aneh kepada dia masih membuatnya was-was. 

Dia takut untuk bersosialisasi bersama orang baru karena dia takut jika dia mendapatkan penolakan dari orang baru. Menurutnya, orang baru adalah monster baginya yang kapan saja bisa menyerang keamanan hidupnya. Maka dari itu sahabat saya ini sangat sulit untuk beradaptasi dengan orang baru.

Memang sulit menumbuhkan kepercayaan diri seseorang yang pernah trauma saat orang tersebut sudah beranjak dewasa. Meskipun kita sudah mati-matian menanamkan diri untuk self love sampai ke tulang rusuk, namun kadang rasa minder itu tetap saja ada, bahkan tetap saja kepikiran mengenai kelemahan yang dimiliki. 

Trauma masa kecil memang memiliki efek negatif bagi kepercayaan diri seseorang. Misalnya kurangnya kepercayaan diri atas bakat maupun kemampuan yang dimiliki. Kurang percaya diri saat bergaul bersama orang lain, tidak mampu menahan rasa gelisah maupun rasa khawatirnya, sehingga hal tersebut membuat diri kita menjadi kurang maksimal dalam melakukan segala hal.

Trauma merupakan kejadian di masa lalu yang tidak diinginkan oleh siapapun untuk terjadi kembali. Karena jika peristiwa itu terjadi, maka hal tersebut sama saja membuka luka lama. Oleh karena itu, orang yang belum mengikhlaskan masa lalunya, kepercayaan mereka masih terbelenggu oleh traumanya.

Seharusnya kita tidak boleh terbelenggu oleh trauma masa lalu. Karena, sebenarnya, hal itu membuat kita merasa tidak bebas dalam menjalani hidup, membuat kita menyesal di kemudian hari.

Seharusnya dari trauma masa lalu, kita dapat belajar untuk dapat memahami diri kita sendiri. Mencoba memaafkan bahkan mengikhlaskan peristiwa yang menurut kita menyakitkan itu. Belajar untuk mencintai diri kita sendiri. 

Dilansir dari sehatq.com mental yang sehat adalah ketika kita berada pada keadaan sejahtera, di mana kita merasa baik dan damai, mampu berfungsi secara baik dalam kehidupan, serta mampu memahami makna dan tujuan hidup kita. 

Menurut saya, trauma psikologis di masa lalu dapat sembuh kok. Sekarang ini banyak sekali alternatif untuk pemulihan trauma di masa lalu. Seperti informasi yang saya dapatkan dari klikdokter.com, kita dapat menemukan cara agar kita dapat segera pulih dari trauma masa lalu. 

Misalnya, kita bisa mencari psikolog atau psikiater untuk meminta terapi pemulihan trauma. Kita juga bisa lebih mengakui atau bersifat terbuka berbagi cerita bersama orang yang kita percayai, mendekatkan diri pada orang yang membuat kita merasa tenang, aman dan nyaman. Kita juga harus menghilangkan pikiran negatif atau kita harus mengurangi overthinking kita dan masih banyak lagi cara-cara yang kita bisa dapatkan dari berbagai sosial media.

Sebenarnya sahabat saya sudah mulai belajar mencintai dirinya self love. Hanya saja, dia masih kurang keberanian sehingga menghambat perkembangan kepercayaan dirinya. Dia sadar bahwa self confidence yang dia miliki harus lebih dikembangkan. Namun, pikiran-pikiran negatif yang sering muncul dalam dirinya masih membuat dia ragu, apakah dia siap menerima konsekuensinya.

Nah, pesan untuk sahabat saya dan SoHib yang mungkin juga pernah mengalami hal yang sama. Sadarlah, semua yang kalian miliki ini adalah keunikan yang diberikan dari Sang Pencipta. Kalian itu unik dan istimewa. Semua manusia sama dihadapan-Nya. 

Hilangkan secara perlahan pikiran-pikiran negatif yang sering muncul di benak kalian. Cobalah untuk berpikir positif. Jangan pernah menyerah pada keadaan yang menyulitkan kalian. Karena saya yakin kalian pasti bisa menyelesaikan semua permasalah yang kalian hadapi. Kalian bisa hidup bebas, sukses dan bahagia.

Sebagai penutup, sebuah kutipan motivasi dari Peter A. Levine mungkin cocok buat SoHib sekalian: Trauma memiliki kekuatan untuk menghancurkan dan juga kekuatan untuk mengubah dan membangkitkan

Katarina Dian Novita, mahasiswa yang suka overthinking tengah malam

[red/rien]

2 thoughts on “Efek Trauma Masa Kecil pada Kepercayaan Diri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *