Alasan-alasan Sederhana Mengapa Penderita Diabetes Memang Harus Kontrol

“Makin lama, glukosa yang berlebihan dan proses-proses pelepasan radikal bebas yang mengikutinya akan merusak hampir semua sel.”

“Yan, ayahmu bukannya kena diabetes ya? Sekarang minum obat apa?” tanyaku polos kepada Ian, kawan lamaku.

“Setahuku sudah nggak minum lagi sih Prem,” jawabnya pelan sambil memandang langit-langit.

“Waduh,” perasaanku mulai tidak enak. 

Begitulah kejadian yang seringkali saya temui. Tetanggaku sendiri ada beberapa yang sebelumnya sudah dinyatakan menderita diabetes, tapi memutuskan untuk berhenti pengobatan. Sedih sih. Padahal dokternya sudah mengatakan kalau bisa obatnya diminum terus. Kecuali ada keajaiban ketika gula darahnya bisa normal kembali. 

Sebelum jauh-jauh membahas diabetes, alangkah baiknya jika kita sama-sama mengetahui gejala klasik diabetes. Terdapat empat gejala klasik diabetes. Pertama sering kencing, kedua sering makan, ketiga sering minum, dan terakhir berat badan yang turun drastis walaupun sudah sering makan. Jika ada salah satunya, kita wajib curiga ada penyakit ini pada orang tersebut. 

Alasan klasik dari tetangga saya yang rata-rata memang tidak mau minum obat terus-terusan adalah takut jika nanti ginjalnya rusak, atau timbul ada efek samping lainnya. Waduh, padahal efek samping dari obat antidiabetes ini bukan ke ginjalnya looo! Lebih kepada efek ketika gulanya turun drastis, itupun akibat pola makan yang dikurangi secara sengaja tanpa mengurangi dosis obat.

Begitulah gambaran masyarakat kita, suka mengira-ngira efek samping yang kurang benar adanya, dan merasa bisa menjadi dokter bagi dirinya sendiri. 

Begini, yang ditakutkan dari diabetes itu bukan dari jumlah gulanya yang tinggi saja. Tapi komplikasi jangka panjangnya. Nah, komplikasi ini terjadi jika gula darah yang ada pada tubuh orang itu tidak terkontrol dengan baik. Salah satu parameternya adalah target glukosa darah puasa sebesar 80-130 saja. Nah kalau nggak kontrol kan nggak tahu? Apalagi nggak minum obat.

Diabetes Melitus Tipe II terjadi akibat resistensi insulin serta kegagalan sel beta pankreas menghasilkan insulin. Nggak perlu bingung, ingat saja fungsi pokok dari insulin untuk memasukan glukosa ke dalam sel. 

Nah, pada kondisi diabetes, resistensi insulin sebetulnya terjadi di hampir semua sel, tetapi utamanya sel otot dan hati. Organ ini kesusahan menangkap glukosa untuk dimasukan ke dalamnya. Padahal glukosa merupakan sumber energi bagi sel. Alhasil glukosa cuma melayang-layang nggak berguna di peredaran darah. Maka dari itu, kalau dilakukan tes, kadar glukosanya naik tinggi ke ujung langit.

Pada proses yang normal, di otot glukosa digunakan untuk menghasilkan energi supaya kita bisa beraktivitas. Makanya ciri orang dengan diabetes adalah tubuh yang lemas sepanjang hari, cocok seperti salah satu dari gejala klasik diabetes tadi. 

Masalah utama itu bukan lemasnya. Tetapi gara-gara resistensi insulin yang membuat komunikasi dalam tubuh kita bermasalah. Hati akan melepaskan glukosa ke darah atas panggilan otot yang kurang glukosa. Sehingga nanti glukosa dalam tubuh naik tidak beraturan. Sekali lagi, ke ujung langit.

Makin lama, glukosa yang berlebihan dan proses-proses pelepasan radikal bebas yang mengikutinya akan merusak hampir semua sel. Yang paling terlihat dari proses ini adalah manifestasi pada level pembuluh darah, baik komplikasi pembuluh darah besar maupun komplikasi pembuluh darah kecil. 

Pembuluh darah besar seperti: pembuluh darah jantung, pembuluh darah betis, dan pembuluh darah otak. Kelainan pada pembuluh darah jantung bisa menyebabkan serangan jantung, kelainan pembuluh darah otak bisa menyebabkan stroke. 

Sedangkan pembuluh darah kecil, seperti: ginjal, mata, dan pembuluh darah tepi lainnya. Makanya jangan suudzon obat-obatan diabetes menimbulkan sakit ginjal. Nyatanya sebab dari glukosa yang tidak terkontrol itu sendiri yang menimbulkan kerusakan ginjal. 

Selain itu, kelainan pada pembuluh darah tepi juga berakibat pada rusaknya saraf, makanya penderita sering merasa kebas sampai nyeri di kaki. Sedihnya karena kaki kebas, banyak yang tiba-tiba kakinya timbul luka yang lebar. Padahal asal muasalnya cuma luka kecil.

Hal ini merupakan akibat dari saraf perabanya yang rusak. Ya karena pasokan makanan dari pembuluh darah rusak akibat rusaknya pembuluh darah itu tadi. Tenang, semakin dini kita mengobatinya, maka akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang bisa dicegah lebih awal. 

Makanya, bagi para pembaca sekalian, yuk sama-sama saling mengingatkan para orang terdekat kita yang punya diabetes untuk senantiasa kontrol rutin. 

Lebih baik lagi, mari kita sama-sama menjaga aktivitas, makan, serta olahraga yang teratur supaya tidak perlu “mencicipi” diabetes. 

Prima Ardiansah, Dokter internship di Puskesmas Jenangan Ponorogo dan RSU Aisyiah Ponorogo.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *