Pengalaman Emak dan Bocah Naik Bus ‘Sultan’ Trayek Denpasar-Jogja-Denpasar

ghibahin

Tips biar tidak kelaparan, perlu membawa makanan berat seperti paket nasi, karena jujur saya dan anak saya cukup lapar menunggu waktu makan malam. 

Jujur, terakhir kali saya naik bus malam jarak jauh (Denpasar-Jakarta) adalah saat si sulung masih dalam kandungan. Jadi ya, nyaris belasan tahun lalu. Memori yang diingat setelah lebih dari 24 jam adalah boyok’e pegel, punggung apalagi, plus kaki yang perlu dipijat refleksi. 

Nah, ketika tersiar kabar kini bus malam sudah bertransformasi sedemikian rupa, mulai dari double decker sampai sleeper, apalagi kini ada tol sepanjang pulau Jawa, sempat ada keinginan juga untuk mencobanya. 

Jadilah saya anak Twitter, karena Twitter sungguh jelata mempromosikan sesuatu. Akun @calobus menjadi etalase cukup lengkap untuk memilah dan memilih. Saya pun mempelajari jurusan mana saja yang menawarkan bus ekonomi, eksekutif, double decker, dan yang paling sultan, sleeper bus

Karena jelata, review pun dari sesama penumpang yang pernah menggunakan jasa ini. Jadi, sungguh ‘lebih’ bisa dipercaya. Maklum emak-emak, testimoni lebih penting dari gimmick promosi.

Ndilalah, pekan lalu saya diundang hadir pelatihan di Jogja. Budget yang diberikan panitia tak cukup untuk pesawat Denpasar-Jogja-Denpasar. Tak habis pikir mengapa tiket transportasi udara itu begitu mahal, apa karena sewa garasinya kini melonjak di Kulonprogo sana? 

Mulailah saya berpikir untuk naik bus, tapi harus yang super nyaman, karena saya membawa si bungsu sebagai pendamping. 

Tami Jaya menjadi pilihan waktu itu. Direkomendasikan oleh akun Twitter @calobus, juga oleh temannya teman yang baru menggunakannya. 

Tempat naik dan turun pun menjadi kelebihan tersendiri. Tak boleh di terminal, melainkan di garasi. Lokasinya dekat Apotek Pondok Indah Denpasar, sedangkan di Jogja berlokasi di Jl. Tino Sidin. Lokasi keduanya masih dekat dengan tengah kota. Tambahan lagi, di beberapa tempat malah bisa menjadi halte naik atau turun, seperti di Dongkelan/Pasty, Mirota Janti, maupun toko Bakpia 25 dekat bandara, disesuaikan dengan jarak kediaman penumpang. Hal ini pas banget sama emak-emak, privilege bus ‘sultan’ bikin kita nggak senewen. 

Harga tiketnya 600 ribu per seat, termasuk anak yang sudah duduk sendiri. Posisi seat bisa dipilih, area bawah atau atas. Nah ini yang sedikit tricky. Pilihan seat perlu menilik banyak aspek. 

Satu, apakah kita, adat istiadat kita, kepercayaannya tak masalah bila ada yang melangkahi kepala? Kalau nggak, ambil seat bawah. Kalau iya, pilihlah seat atas dengan segala konsekuensinya.

Kedua, apakah kita emak-emak takut ketinggian, atau takut diintip bagian tubuhnya saat memanjat? Kata memanjat ini paling tepat karena seat atas tanpa anak tangga, hanya satu pijakan kecil saja untuk kuda-kuda naik ke seat atas. Pilihan bijak pilih seat bawah. 

Ketiga, apakah kita emak-emak yang tidur blangsak, bisa pindah posisi atau pernah terguling dari tempat tidur? Jelas kita tak boleh berada di seat atas, sebelum insiden memalukan terjadi. Karena jujur, kecepatan pengemudi membawa bus ini agar sampai tepat waktu membuatnya mengemudi dengan kecepatan maksimal yang diperbolehkan. Dan jelas ngegass di jalan biasa begitu lengang. 

Keempat, apakah kita punya fobia dalam ruang tertutup, seolah terkurung begitu? Jelas jangan memilih seat bawah. Karena akses jendela dengan panorama di luar bus lebih terlihat di seat atas. 

Itu baru tentang penempatan seat. Makin depan, makin dekat pintu keluar. Makin belakang, makin dekat wc bus dan dispenser dengan teh dan kopi free flow. Sultan banget kan! 

Saya sarankan teman-teman perempuan untuk tidak mengambil perjalanan saat menstruasi. Guncangan bus yang berimbas ke toilet sangat terasa. Kebayang dong bagaimana satu tangan berpegangan, satu tangan mengganti pembalut atau membuang isi menstrual cup. Buang air kecil saja, kita perlu menjaga keseimbangan. 

Demikian juga mengambil air panas di dispenser. Perlu ekstra keseimbangan, agar paper cupnya tak tumpah atau meleset dari dispenser, karena airnya cukup panas. Yang jelas, terobsesi untuk menikmati kopi dan teh sepanjang perjalanan bisa memberi efek diuretik. Sedangkan di kamar mandi justru memberi efek akrobatik. Menahan pipis pun tak disarankan, karena bus jarang berhenti. Bahkan bila tampak rest area atau swalayan 24 jam dengan fasilitas toilet. 

Tentang Makanan, Ini Tricky yang Lain Lagi 

Perjalanan Denpasar-Jogja dengan jam keberangkatan pukul 12.00 WITA, dibekali sebotol air mineral 600 ml, biskuit wafer dan mi instan cup. Makan di restoran prasmanan di Situbondo sekali saja kurang lebih pukul 20.00 WIB. Menunya nasi, mie goreng, sayur kari, ayam kecap, telur dadar, kerupuk, dan segelas teh manis. Rasanya enak untuk hidangan transit bus malam. 

Tips biar tidak kelaparan, perlu membawa makanan berat seperti paket nasi, karena jujur saya dan anak saya cukup lapar menunggu waktu makan malam. 

Perjalanan pulangnya, dari Jogja-Denpasar berangkat pukul 11.00 WIB. Saya menyiasati dengan mengorder nasi kotak yang kami santap di garasi bus sebelum berangkat. Tidak ada bekal mi instan cup kali ini, karena kita dapat makan dua kali. 

Sekali di Ngawi untuk makan siang sekitar pukul 15.00 WIB. Menu lebih standar, seperti paket pernikahan ekonomis. Sup makaroni, ayam asam manis, telur masak kecap, dan kerupuk. Hanya saja kita mendapat ruang khusus VIP yang ber-AC dan toilet tanpa perlu membayar. 

Sebelum naik ke dek kapal di Pelabuhan Ketapang, penumpang dibagikan lagi sekotak nasi ukuran anak-anak dengan isi nasi, ayam, mie goreng, timun, kerupuk, dan air mineral dalam gelas. Kotak makanan itu penumpang dapatkan kurang lebih 23.30 WIB. Cukup larut untuk makan berat sebenarnya. 

Lain makanan, lain pakaian. Usahakan pakaian yang nyaman, disarankan lebih baik berlapis-lapis baju daripada satu yang tebal, begitu basah akan susah keringnya. Celana usahakan jangan dengan kaki yang melambai-lambai, sangat berisiko basah di wc dengan lantai tergenang. 

Bila memakai kaus kaki, pastikan membawa cadangan, apalagi bila kita membawa anak-anak. Jaket model hoodie menjadi pilihan baik karena walaupun ada selimut, embusan AC di area kepala tak dapat dihindari sebelum jadi sakit kepala. 

Resistensi orang terhadap dinginnya AC tentu tergantung cuaca luar bus selama perjalanan. Pengalaman kami berdua kemarin, hujan yang turun di beberapa daerah membuat embusan AC lebih dingin, bahkan untuk bungsu saya yang biasa di kamar ber-AC. Jadi sebaiknya bawalah baju ganti lebih, entah untuk insiden tersiram, ketumpahan makanan, atau kedinginan. 

Taruhlah di ransel yang bisa diletakkan dekat kaki di kabinmu, bersama dengan tisu basah, tisu kering, hand sanitizer, ekstra masker, obat-obatan pribadi, permen, dan makanan kecil. Pisahkan dengan koper atau travel bag yang ditempatkan di bagasi. 

Sepertinya sedikit merepotkan, tapi tentu saja perjalanan menjadi nyaman. Buktinya begitu turun dari bus, tak ada rasa pegal-pegal di badan, pinggang maupun kaki. Hanya mengantuk saja, tetapi seperti itu pun sudah istimewa.

Selamat mencoba dan bertamasya.

Ivy Sudjana, tinggal di Bali.

[red/zhr]

One thought on “Pengalaman Emak dan Bocah Naik Bus ‘Sultan’ Trayek Denpasar-Jogja-Denpasar

  1. Lengkap bgt.. cukup menolong tipsnya.. stelah alami sndiri br dpt framenya.. toiletnya yg dibelakang baunya smpe ke depan . Bbrp kali engep dgn bau tai.. ga tau gmn cara siasati biar ga mbuleg baunya didalam.. apa perlu kipas hisap di buang keluar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *