Site icon ghibahin.id

Majalah Bobo dan Investasi 

Dok. Pribadi

“Membeli majalah ini untuk investasi. Sebuah investasi agar anak-anak saya bisa jatuh cinta kegiatan baca membaca.”

Bobo, majalah yang mulai saya kenal pada pertengahan tahun 90-an, saat masih SD. Majalah yang pertama saya kenal saat mudik ke rumah simbah di Surabaya. Secara kebetulan sepupu saya berlangganan majalah ini. 

Perkenalan ini membawa saya untuk jatuh hati pada majalah ini. Namun karena saya belum mampu berlangganan, membeli edisi yang sudah lama adalah salah satu solusi.

Saya sering membeli majalah Bobo bekas yang banyak dijual di lapak majalah bekas. Khususnya saat lebaran. Iya, di momen itu, saya punya uang lebih. Jadi biasanya saya beli majalah bekas, atau pun terkadang majalah baru.

Saat itu salah satu cergam favorit saya adalah Paman Kikuk, Husin dan Asta, dan cergam bersambung Pak Janggut. Dan tentu cerpen-cerpennya. Di pertengahan 90-an, salah satu cerpen favorit saya adalah karya Widya Suwarna. Alur cerita dalam cerpen karyanya menarik dan berbeda dengan yang lainnya. Majalah ini menjadi pelipur dahaga saat keinginan membaca sangat kuat pada masa itu.

***

Bermula dari iklan yang wara-wiri di timeline media sosial, akhirnya saya tahu bahwa Bobo akan menerbitkan edisi spesial. Koleksi terbatas yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Majalah Bobo. Nah, keputusan membelinya memang dipengaruhi sejumlah pemengaruh yang memposting untuk mengingatkan agar tidak lupa checkout edisi tersebut. Dalam benak saya tentu akan bernostalgia dengan sejumlah cergam dan cerpennya.

Done! Bobo edisi spesial ini datang di akhir bulan Juni 2023. Ternyata isinya full dengan cergam. Ada Bobo, Paman Kikuk, Husin dan Asta, Deni si Manusia Ikan, Pak Janggut, Si Sirik dan Juwita. Wow, saya serasa dibawa ke masa kecil dulu.

Apalagi di edisi ini juga ada pohon silsilah keluarga Emak dan Bapak, orang tua dari Bobo. Silsilah yang belum pernah saya tahu sebelumnya. Maklumlah, saya bukan pelanggan, hanya pembacanya saja. Nostalgia bagi saya juga untuk melihat ilustrasi dari cergam Oki dan Nirmala pada pada tahun 1990 sampai 2000-an. Ilustrasi ini yang sebenarnya lebih saya sukai daripada ilustrasi sebelum dan sesudahnya.

Investasi Bacaan Anak

Edisi spesial majalah Bobo ini memang laris manis di pasaran. Saat saya memposting di akun medsos pribadi, banyak teman yang memberi respon positif. Mulai dari mereka yang sama-sama sudah membeli maupun yang ingin membelinya. 

Apalagi secara kebetulan edisi ini hanya tersedia melalui jalur prapesan. Artinya tidak dijual secara bebas. Maka saat edisi spesial ini terbit dan banyak yang memamerkannya, reaksi masyarakat pun beragam. 

Banyak yang ingin ikut serta untuk membelinya. Dan di sejumlah lokapasar, mulai bermunculan penjual edisi ini. Mereka menjual dengan harga yang beragam, pastinya berlipat dari harga asli. Bahkan ada yang menjual dengan harga 10 kali lipat, dari harga aslinya yang hanya Rp.75.000. Artinya majalah tersebut dijual dengan harga Rp.750.000.

Hal ini memicu sejumlah orang yang ingin membelinya untuk menghubungi majalah Bobo. Mereka mengusulkan prapesan gelombang kedua. Ini menandakan bahwa segmen pembaca majalah ini sangat luas. Sejumlah pembelinya bisa jadi adalah para orang tua yang ingin bernostalgia dengan masa kecil mereka. Prapesan gelombang kedua pun diakomodir oleh redaksi majalah Bobo. 

Alasan membeli majalah edisi ini bisa jadi beragam. Bisa jadi seperti saya, membeli majalah ini untuk investasi. Sebuah investasi agar anak-anak saya bisa jatuh cinta kegiatan baca membaca. Saat mereka sudah suka membaca, harapannya pandangan akan lebih luas. Mereka tidak akan hanya mengandalkan platform digital Youtube untuk menjustifikasi hal -hal yang ingin mereka tahu.

Shinta Dwi Prasasti. Penyuka sejarah, arkeologi, dan heritage. Bekerja di Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X.

Editor: Mahdiya Az-Zahra

Exit mobile version