4 Derita Tinggal di Rumah Pinggir Jalan Raya

ghibahin

Setiap orang pasti mengidamkan tinggal di rumah yang nyaman. SoHib pasti ingin punya rumah yang letaknya strategis, tidak jauh dari tempat kerja atau sekolah. Ingin punya rumah yang keamanannya terjaga. Dan punya rumah yang kokoh.

Masing-masing dari kita pasti tinggal di rumah pada tempat yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di dalam gang, di komplek, di rumah susun atau apartemen, dan di pinggir jalan.

Sebagai orang yang tinggal di rumah pinggir jalan, saya ingin membagikan beberapa suka-dukanya. Untuk sukanya, kendaraan kita bisa dengan mudah keluar masuk rumah, karena di depan rumah kita adalah jalan raya. Lalu, rumah di pinggir jalan cocok untuk dijadikan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Dan yang terakhir, harga jual rumah pinggir jalan itu tinggi, jadi kita bisa mendapatkan keuntungan lebih jika kita menjualnya. 

Namun, selain keuntungannya, ada juga derita-derita yang hanya bisa dirasakan jika punya rumah di pinggir jalan. 

#1 Berisik

Rumah adalah tempat untuk beristirahat. Apalagi setelah seharian bekerja, pasti ingin kembali ke rumah untuk istirahat dengan tenang dan tidak ingin diganggu oleh suara bising dari tetangga. Namun, kenikmatan tersebut jarang dirasakan oleh orang yang tinggal di pinggir jalan. 

Suara mesin dan klakson kendaraan adalah makanan sehari-hari. Ditambah lagi kalau sedang ada perbaikan jalan, suara- suara bising itu pasti sukses membuat kita stress. Tidak sampai di situ, ada juga suara motor ‘racing’ yang berisiknya membuat kita ingin mengumpat. 

Tidak hanya mengganggu kenikmatan beristirahat, suara-suara bising tersebut juga mengacaukan fokus orang yang sedang melakukan kegiatan seperti membaca buku, bekerja, sampai mengerjakan tugas. Jadi, tinggal di pinggir jalan memang harus belajar berdamai dengan suara-suara yang dapat mengganggu ketenangan. 

#2 Rumah Cepat Kotor

Tinggal di pinggir jalan membuat asap dari kendaraan dan debu dari aspal langsung masuk ke rumah kita. Tidak heran jika perabotan di rumah cepat sekali berdebu. Setiap kali kita menyapu, pasti serokan selalu penuh dengan debu dan kotoran kecil. 

Setiap kali kita mengepel, pasti air di ember perasan pel warnanya hitam. Sprei pun harus sering-sering diganti karena menjadi sarang debu. Tidak hanya perabotan rumah, wajah kita pun menjadi lebih cepat kotor karena polusi udara yang masuk ke rumah. Tinggal di pinggir jalan membuat kita harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menjaga kebersihan rumah dan tubuh kita. 

#3 Biaya PBB yang Lebih Tinggi

Memang enak jika memiliki rumah sekaligus membuka usaha di pinggir jalan. Pemasukan kemungkinan lebih banyak karena usaha kita dilirik oleh banyak orang sebab letaknya yang strategis. Namun, akibat harga tanah di pinggir jalan yang tinggi, otomatis biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) juga tinggi. Para pemilik rumah di pinggir jalan harus merogoh kocek agak dalam untuk membayar pengeluaran seperti pajak.

#4 Rawan Orang Iseng dan Maling

Ini adalah hal yang paling berbahaya. Pinggir jalan adalah tempat yang bisa dijangkau oleh siapa saja. Sudah hal yang lumrah jika bel rumah sering dibunyikan oleh orang-orang iseng yang lewat di depan rumah kita. 

Juga sudah tidak terhitung berapa kali pagar kita diketok oleh orang yang seketika hilang jika kita membuka pintu rumah untuk melihat siapa yang mengetuk tadi. Dan jangan lupakan setiap kali kita ingin mengeluarkan kendaraan, pasti ada saja mobil dengan pemilik kurang beradab yang selalu terparkir dengan rapi tepat di depan pagar kita. 

Karena bisa dijangkau oleh siapapun, keamanan menjadi kurang. Orang yang berkeinginan buruk seperti maling pun bisa lebih mudah memantau kegiatan kita. 

Nah, itulah 4 derita yang saya dirasakan. Mau di mana pun letak rumah kita, pasti masing-masing tempat memiliki sisi baik dan buruknya. Untuk SoHib yang rumahnya di pinggir jalan, apakah pernah mengalami derita-derita ini juga?

Ellena Effendy, Mahasiswa dari Palembang, berjuang untuk lulus.

[red/nuha]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *