Tanya Cak: Episode Baper

Ghibah

Selamat malam, Cak. 

Langsung aja, ya, tanpa blah blih bluh. Saya nggak suka kalau bertele-tele. 

Saya mau tanya.

BAPER itu baik apa nggak sih, Cak?

Makasih.

Cwk bukan cwk.

*****

Selamat malam juga, Mas. Eh, atau Mbak, ya? 

Sebuah pertanyaan yang singkat banget, tapi kayaknya jawabannya nggak bisa seingkat pertanyaan sampeyan itu, e, Mas. Nggak apa-apa kan, ya…? 

Jadi begini ya, Mas…. Sampeyan bisa ngirim pertanyaan itu ke saya dan saya bisa menjawabnya, itu artinya kita berdua adalah manusia yang masih hidup. Iya kan? Ya jelas dongg…. Kalau salah satu dari kita sudah nggak eksis lagi, pasti nggak ada yang namanya surat-suratan seperti ini hehehe.

Dan sebagai manusia yang masih hidup pasti kita punya perasaan. Perasaan itu kan salah satu nilai lebih manusia dibanding makhluk Tuhan yang lain, selain akal. Karena saya manusia dan hanya bisa mengerti bahasa manusia maka saya mengatakan bahwa perasaan adalah nilai lebih manusia.

Andai saya bisa ngobrol sama kambing atau pohon pisang pasti saya juga akan mengatakan bahwa kambing juga punya perasaan. Tapi, karena saya nggak ngerti arti embekan kambing maka saya bilang saja bahwa kambing itu nggak punya perasaan. 

Insting sebagai makhluk hidup mungkin kambing juga punya, tapi, soal perasaan saya nggak tahu karena saya nggak pernah ngobrol dengan si kambing itu. Ha, ini kok malah mbahas soal perasaan si kambing, lho …. Maapkeuen saya. 

Bahwa kita sebagai manusia yang punya perasaan, maka menjadi sangat wajar apabila kita melibatkan perasaan dalam merespon apa yang ada di sekitar kita. Bahwa kita merawat perasaan kita agar tidak berubah menjadi manusia yang tak peduli, itu sebuah keharusan.

Kita tidak hidup sendirian, Mas. Karena itu selain punya kewajiban melibatkan perasaan dalam tindakan, kita juga punya kewajiban untuk menjaga perasaan orang lain. Nah, perasaan itu kan macem-macem ya…. Ada rasa marah, benci, cinta, sayang, atau bahagia. Tinggal kita mau pilih yang mana untuk merespon sebuah keadaan. 

Dan itu tidak akan sama untuk setiap individu. Makanya kita nggak bisa memaksa orang lain untuk memilih rasa yang mana ketika merespon sebuah keadaan. Tergantung referensi, begitu kata teman-teman dunia literasi. 

Sampeyan mbribik cewek tapi nggak ditanggapi, misalnya. Kalau Sampeyan milih rasa sedih, ya, bisa jadi sepanjang hari Sampeyan akan sedih terus. Tapi kalau Sampeyan milih rasa bahagia, ya Sampeyan pasti akan tetap mesam-mesem saja melihat dia nggak nanggepin bribikan Sampeyan. Tetap sante kayak di pante…. 

Begitu pun waktu Sampeyan ngerespon soal ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Sampeyan tinggal pilih perasaan yang mana dan selanjutnya itu yang akan menemani hari Sampeyan. Jadi nggak usah digawe abot…. 

Eh, tapi BAPER yang Sampeyan maksud itu BAwa PERasaan, kan? Bukan BAwahnya PERtigaan, kan? Kalau bawahnya pertigaan, ya, nggak ada apa-apanya, Mas … yang di pertigaan itu yang lebih penting!

*Rubrik #TanyaCak diasuh oleh Andhi Setyo Wibowo alias Cak Kepik. Bagi SoHib yang ingin bertanya apa saja bisa kirim pertanyaan melalui email ghibahin@gmail.com dengan subjek #TanyaCak.

[red/brsm]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *