PARENTING: Siapa Bilang Balita Tidak Butuh Tambal Gigi?

Dokter gigi anak

“Untuk parents, sebaiknya jika menemukan gigi si Kecil berlubang, segeralah bawa ke dokter. Karena jika sudah terlanjur sakit, akan lebih sulit lagi penanganannya.”

Gigi anak saya belum tumbuh lengkap, maklumlah usianya belum ada lima tahun. Namun, saya lihat sudah ada giginya yang punya potensi berlubang. Menjaga gigi anak balita memang penuh tantangan. Terkadang mereka maunya sikat gigi sendiri sehingga kurang bersih. Terkadang mereka lupa. Terkadang mereka ketiduran sebelum sempat sikat gigi. Dan masih banyak berbagai alasan lainnya yang mungkin terjadi. 

Anak saya juga masih minum ASI sehingga beberapa giginya mengalami karies dan saran dokter memang seharusnya ditambal. Anak bisa mendapatkan tindakan dokter saat usianya sudah di atas dua tahun. Saya sendiri sudah melihat gejala white spot di gigi anak saya sejak usianya 21 bulan (1 tahun 9 bulan). 

Tambal gigi saya lakukan karena melihat keponakan saya yang berusia 5 tahun mengalami sakit gigi. Giginya berlubang dan membuatnya sering kesakitan. Dampaknya, ia tak bisa makan dan berat badannya pun menurun. Hal ini tentu menjadi hal yang tak baik, mengingat anak sedang dalam masa pertumbuhan.

Saya melakukan berbagai pencegahan dengan sikat gigi. Namun, karies yang disebabkan oleh ASI memang sulit dihindari jika anak belum disapih. Setelah usianya 2 tahun 4 bulan saya ke klinik untuk periksa gigi. Sampai klinik, dokter merujuk ke RS besar agar ditangani oleh dokter spesialis.

Akhirnya saya pergi ke RS dan bertemu dokter spesialis. Di masa pandemi ini semua dokter memakai APD dan anak saya menangis keras melihat kostum dokternya. Dokter lantas merujuk lagi ke dokter gigi spesialis anak. Saya pun pindah ke dokter spesialis gigi anak. Dokter dan perawatnya memang piawai menghadapi anak. 

Rata-rata anak menangis karena takut melihat APD dan alatnya, padahal belum merasakan apa-apa. Saya meminta dokter memeriksa dan ternyata memang harus ditambal. Pertemuan pertama tak berlangsung dengan mulus karena anak saya menangis keras. Ditambah lagi, saya baru saja operasi gigi sehingga saya pun tidak fokus karena kesakitan. 

Oya, di poli dokter spesialis gigi anak, perawatnya sudah menyiapkan mainan dan berbagai hal untuk menghibur anak-anak. Namun, karena anak saya menangis terus, dokter memberikan surat rujukan untuk datang di pekan selanjutnya. Pekan depannya saya kembali lagi ke sana dan meminta tindakan untuk anak saya.

Setelah dicek ternyata gigi geraham yang berlubang tidak perlu dibor. Menurut pemeriksaan dokter, lubangnya masih kecil dan bersih. Gigi anak saya langsung ditambal begitu saja. Namun, perlu waktu beberapa lama untuk menunggu tambalannya mengeras. 

Nah, dalam kondisi ini anak saya sudah menangis keras ketika tambalan diletakkan dan giginya ditekan menggunakan jari dokter. Tindakan tersebut membutuhkan waktu sekitar satu menit. Selama itulah anak saya menangis. Beberapa orang menyarankan sebaiknya jangan ditambal jika ia menangis karena dapat menjadi pengalaman traumatis.

Tetapi, sebenarnya menambal gigi balita tidaklah sakit dan tidak menakutkan. Saya pun memilih untuk tetap melanjutkan prosesnya. Saya memangku anak di kursi tindakan, lalu suami saya memegangi anak, sedang dokter menambal giginya. Setelah satu menit, akhirnya proses tambal selesai, si kecil diberi mainan oleh perawat dan dia bisa tertawa lagi. 

Karena yang berpotensi berlubang ada lebih dari satu serta ada karies juga, maka dokter menyarankan untuk menambal gigi dan memberikan surat kontrol. Setelah gigi ditambal, belum boleh makan hingga 2 jam. 

Jadi, setelah gigi ditambal kami jalan-jalan dulu hingga 2 jam baru kemudian makan. Saya tanya pada Si Kecil apakah tadi proses tambalnya sakit. Katanya sih tidak sakit. Ketika saya mengajaknya untuk ke dokter lagi pekan depan ia pun menyetujui. Berarti pengalaman tadi tidak menimbulkan trauma, bukan? 

Namun, entah bagaimana pekan depan. Entah apakah anak saya tetap mau atau berubah pikiran. Harapan saya sih, semoga saja dia tetap mau. 

Dan untuk parents, sebaiknya jika menemukan gigi ananda berlubang, segeralah bawa ke dokter. Karena jika sudah terlanjur sakit, akan lebih sulit lagi penanganannya. Anak saya belum sakit namun saya sudah melihat lubangnya. 

Saya pikir, lebih baik mencegah daripada mengobati bukan? Selain itu penambalan pada gigi yang belum bermasalah dan belum dalam ternyata tidak perlu dibor sehingga tentunya tidak terlalu menakutkan bagi si kecil. Jadi, siapa bilang balita tidak butuh tambal gigi? [red/nat]

Mahdiya Az Zahra, Tukang ghibah di ghibahin.id

One thought on “PARENTING: Siapa Bilang Balita Tidak Butuh Tambal Gigi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *