Kenapa Banyak Remaja Indonesia Mengalami Fatherless?

Peran seorang Ayah dalam sebuah keluarga bisa dibilang sangat penting. Bukan hanya sekedar tulang punggung, sosok seorang Ayah juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Namun apa jadinya jika sosok seorang Ayah hanya hadir secara raga namun jiwanya dan kehadirannya tak dirasakan oleh anaknya?

Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara yang termasuk dalam kategori fatherless country. Menurut Edward Elmer Smith, fatherless adalah ketiadaan peran ayah dalam perkembangan seorang anak. Ketiadaan peran ini dapat berupa ketidakhadiran, baik secara fisik maupun psikologis dalam kehidupan anak. Apa sih faktor yang menyebabkan fatherless banyak terjadi pada remaja Indonesia?

#1 Perpisahan Orang Tua

Tidak bisa dipungkiri bahwa perpisahan orang tua menjadi alasan kuat kenapa remaja Indonesia dapat mengalami fatherless. Perpisahan orang tua menyebabkan anak kekurangan kasih sayang dari salah satu pihak. Apalagi untuk anak-anak yang tinggal bersama ibu, kondisi ini menyebabkan kurangnya kehadiran sosok seorang ayah di keluarga. Apa lagi jika seorang ibu masih memiliki amarah terhadap mantan suaminya yang berakibat sang anak dilarang untuk bertemu ayahnya.

#2 Anggapan tentang Tugas Ayah hanya Mencari Nafkah

Budaya patriarki masih sangat terasa di Indonesia. Ayah yang sudah bersusah payah mencari nafkah dianggap sudah cukup dan tidak perlu lagi untuk mengasuh anak. Hal seperti ini lah yang menyebabkan fatherless dapat terjadi. Ayah yang seharian bekerja hanya memiliki waktu luang sejenak di rumah untuk membangun relasi bersama anaknya. 

Di waktu libur pun terkadang anak-anak juga diingatkan untuk tidak membangunkan Ayah yang sedang beristirahat di rumah, padahal seorang Ayah hanya punya waktu untuk bermain bersama anak pada saat senggang seperti itu. Kurangnya komunikasi dan interaksi dari sosok Ayah juga dapat menyebabkan fatherless terjadi.

#3 Tingginya Gengsi Laki-laki

Seorang laki-laki terutama Ayah biasanya sangat susah untuk mengekspresikan dirinya lewat kata-kata. Kebanyakan dari kita pasti lebih sering ditanyai oleh Ibu dari pada Ayah. Sekedar “sudah makan atau belum?” Biasanya Ayah akan berbicara pada Ibu, bukan langsung pada anaknya. Seorang Ayah mempunyai gensi yang tinggi untuk sekedar bertanya hal seperti itu atau mungkin kata “I love you” pun jarang terucap dari mulutnya. 

Hal ini menjadi salah satu penyebab fatherless karena kita kurang merasakan kasih sayang langsung dari seorang Ayah. Padahal sebenarnya seorang ayah pasti sangat sayang kepada anaknya, hanya saja terbatas oleh gengsinya yang sangat besar.

#4 Metode Pendidikan dan Pengasuhan Ayah yang Keras

Seorang Ayah terkadang juga memiliki didikan yang keras pada anaknya. Ayah pasti akan berpikir bagaimana cara agar anaknya dapat menjadi anak yang baik dan juga penurut. Tak jarang beberapa orang tua terutama Ayah dapat menggunakan kekerasan kepada anaknya, terutama anak lelakinya. Tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, namun hal ini juga menjadi pendorong rasa kehilangan akan sosok seorang Ayah yang melindungi dan mengayomi anaknya.

#5 Budaya Patriaki yang Masih Melekat

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Fatherless juga dapat meningkat dikarenakan pemikiran beberapa orang tua terutama ayah yang terkadang hanya menginginkan anak lelaki daripada anak perempuan. Hal ini dapat menyebakan beberapa anak perempuan mengalami fatherless.

Itulah alasan kenapa remaja Indonesia banyak mengalami fatherless. Penting diketahui bahwa peran kedua orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Mengurus anak bukan hanya tugas seorang Ibu, namun Ayah juga harus mengambil peran di dalamnya. 

Vetrin, seorang mahasiswi psikologi semester 2 di Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

[red/zhr]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *