Site icon ghibahin.id

Ibu, Smartphone, dan Speech Delay

ghibahin

ghibahin

Tidak adanya stimulasi bahasa dengan anak dapat mengakibatkan anak terlambat bicara, tidak bisa mengungkapkan pikiran dan keinginannya, serta mengakibatkan hubungan batin ibu dan anak menjadi tidak dekat.

Setahun belakangan ini, saya rutin berkunjung ke rumah sakit. Di sini tersedia klinik tumbuh kembang anak. Sudah merupakan hal yang biasa bagi saya ketika melihat anak dengan keterlambatan bicara dan anak dengan berbagai keterbatasan lainnya.

Speech delay merupakan gangguan komunikasi pada anak. Anak mengalami keterlambatan bicara dibandingkan anak seusia mereka. Ada beberapa faktor sebagai penyebab antara lain gangguan mulut, masalah pendengaran, masalah oral motorik, autisme, neurologis dan kurangnya stimulasi bahasa dari lingkungannya, khususnya orang tua.

Orang tua yang mampu ikhlas dan sabar menangani anak dengan segala keterbatasan itu adalah orang tua hebat. Tapi kejadian hari ini sangat mengganggu perasaan saya. Seorang anak yang mengalami keterlambatan bicara dan ibu yang sibuk dengan smartphone-nya. 

Anak dan Smartphone

Di rumah sakit, saya sering berbincang-bincang dengan orang tua yang anaknya mengalami keterbatasan. Beberapa dari mereka menyampaikan kalau anaknya mengalami keterlambatan bicara karena sering berlama-lama menggunakan smartphone dan menonton televisi. 

Dengan dua benda tersebut, anak-anak fokus dan tenang. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya merasa kondisi ini aman dan anak tidak rewel. Tetapi, hal ini mengakibatkan komunikasi orang tua dengan anak menjadi tidak aktif. 

Seperti yang disampaikan salah satu orang tua, anaknya sulit makan. Tetapi jika dibujuk makan sambil menonton, makannya lancar dan habis. Tawaran seperti ini tidak hanya untuk membujuk makan, tetapi juga untuk hal-hal lain. Akhirnya menonton menjadi kebiasaan anak. Pada anak balita, hal ini akan mengganggu perkembangannya. 

Kemampuan anak balita –terutama di bawah usia dua tahun– belum cukup untuk mengikuti pergerakan bahasa dan gambar di smartphone dan televisi. Mereka butuh komunikasi untuk penguatan mulut dan penambahan kosa katanya. Jika dibiarkan terlalu lama di depan layar, waktu untuk berinteraksi dengan lingkungan akan berkurang dan mereka tidak punya kemampuan berkomunikasi.

Ibu dan Smartphone

Semua ibu pasti sepakat kalau ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Ibu adalah teladan bagi anaknya. Tapi apakah ibu-ibu pernah berpikir juga kalau kegiatannya di depan smartphone yang terus menerus juga akan diikuti oleh anaknya?

Kita sebagai orang tua sering membatasi anak dalam memakai smartphone, tetapi sebagai orang tua kita juga sering tidak memberi teladan yang baik kepada anak. Ke mana-mana membawa smartphone. Berapa menit sekali membuka smartphone. Hal ini juga terjadi pada ibu-ibu yang mengasuh balita. Sehingga, perhatiannya terbagi dua antara anak dan smartphone.

Lembaga riset Data.Al menyampaikan, Indonesia merupakan negara di dunia yang masyarakatnya paling lama menghabiskan waktu di depan layar smartphone. Pada tahun 2020 orang di depan layar smartphone rata-rata sebanyak 5 jam sehari dan tahun 2021 naik menjadi 5,4 jam sehari.

Smartphone memberikan banyak manfaat karena menyediakan banyak aplikasi, sehingga memudahkan untuk berkomunikasi, berhubungan di media sosial, menyaksikan hiburan, dan sebagainya. Tetapi, smartphone juga menjadi mudharat jika tidak pandai memanfaatkannya. 

Smartphone bisa membuat kita terlena, waktu akan berlalu begitu saja, pekerjaan bisa terbengkalai, keluarga tidak terperhatikan, terutama anak yang sangat butuh perhatian bisa terabaikan.

Bagi ibu dengan anak balita, hal ini akan mengakibatkan kurangnya komunikasi ibu dan anak. Mereka dekat tapi jauh. Ibu-ibu yang punya anak balita harus intens mengajak anak berkomunikasi. Tidak adanya stimulasi bahasa dengan anak dapat mengakibatkan anak terlambat bicara, tidak bisa mengungkapkan pikiran dan keinginannya, serta mengakibatkan hubungan batin ibu dan anak menjadi tidak dekat.

Anak yang terabaikan karena perhatian orang tua yang fokus pada smartphone akan mencari cara menarik perhatian orang tua dengan cara merengek, menangis, melawan dan meronta agar keinginannya dapat terpenuhi. Hal ini harus jadi perhatian orang tua. Jika dibiarkan, anak akan tumbuh tanpa batasan dan tanpa pengaturan perilaku sejak dini.

Neni Muchtiar. Ibu yang selalu ingin belajar sesuatu yang baru.

[red/zhr]

Exit mobile version