CURHAT: Terjerat Pinjol

ghibahin

Curhat dong, Mbaheeee.

Jadi begini. Saya punya ipar yang terbelit hutang. Dia ini utang untuk berjudi. Nah, mertua saya itu terlalu cinta, apa piye, pokoknya semua diberikan, sampai habis tanpa sisa.

Ternyata, walau sudah habis-habisan harta orang tua untuknya, dia ini bener-bener durhaka. Ia masih berani-beraninya pinjam ke pinjol. Pinjaman tolol itu, Mbaaheee …

Suatu hari, mertua saya dibuntuti diam-diam dan “diculik” sama oknum penagih eksternal pinjol alias preman. Betapa traumanya, ya kan? 

Kok, yo tega!

Sampai hari ini saya nggak ketemu ipar saya ini. Saya ingin banget menghajarnya sampai babak bundas.

Nah, Simbah yang bijak, apa bisa membantu saya melacak keberadaan ipar saya ini? Terus menurut Simbah, kalau saya hajar gitu, ada efek jeranya enggak, ya? Apa ada saran lain, Mbah, biar dia kapok, tobat, insyaf? 

Makasih, Mbahe ….

Ken Arok yang penuh dendam di Gotham City.

*****

Salam, Nak Ken (Simbah panggil begini terlihat keren, ya, kayak anime).

Terima kasih telah mempercayakan curhat Nak Ken kepada Simbah yang sudah sepuh ini. Terus terang saja, Nak Ken, saat Simbah disodori oleh Mas Pimred dengan curhat ini, Simbah sama langsung galau. Tanpa ragu lagi, Simbah bilang, “Simbah butuh waktu menjawabnya.”

Ketahuilah, Nak Ken, Simbah tentu tidak tahu di mana Ipar Nak Ken. Simbah benar-benar dalam posisi tidak bisa melacak keberadaannya meski sudah melakukan ritual lelana brata. Mohon maaf, Simbah tidak bisa mengetahuinya.

Sebelumnya, Simbah ingin bercerita, menghadapi Nakalah Nak Ken yang berat ini, akhirnya Simbah Sowan salah satu guru spiritual Simbah.

Saat itu malam-malam Simbah sampai ke rumah Sang Guru. Kebetulan Beliau sedang duduk di teras mushola belakang rumahnya sambil menghisap rokok kreteknya.

Simbah datang salim dan mengecup tangan beliu, ada rasa kangen juga dari murid ini untuk bertemu. Kami basa-basi menanyakan kabar, ngobrol lama tentang kehidupan dan pesantren yang dipimpinnya. Setelah itu kami terdiam, saya rasa saat itu adalah saat yang tepat bagi Simbah menanyakan hal yang Nak Ken curhatkan.

Tidak ada jawaban panjang yang keluar dari bibir Sang Guru. Setelah mengambil nafas panjang, beliau hanya dawuh:

Kabeh gak kenek disalahne.”

Semua tidak ada yang salah, begitu ujar Sang Guru. Dan Simbah tidak berani menanyakan artinya bagaimana, apa yang harus Simbah lakukan setelahnya. Simbah betul-betul tidak berani. Guru Simbah hanya diam setelah itu untuk waktu yang lama. Baru kemudian Simbah berani mengalihkan pembicaraan.

Jadi apa yang akan Simbah katakan pada Nak Ken hanyalah tafsir dari apa yang guru Simbah katakan. Bila ada yang tidak sesuai dengan apa yang Nak Ken alami, jangan salahkan guru Simbah, salahkan Simbah ini yang sering salah memahami gurunya.

Nak Ken yang baik, Ipar Nak Ken tidak bisa disalahkan karena berjudi, oke lah judinya salah, tapi bagaimana kita ingin membenahi sesuatu yang sudah mengakar tanpa mematikan akar itu sendiri. Apa yang Ipar Nak Ken alami adalah keadaan ‘terpaksa’ menuruti kebiasaannya yang sudah lama dia lakukan. Dia sangat membutuhkan waktu untuk berubah, tidak cukup sehari ataupun dua hari bahkan bisa bertahun-tahun.

Ipar Nak Ken akhirnya memilih pergi karena dia sadar, mengubah dirinya sendiri bukan lah semudah membalikkan telapak tangan. Pergi, sembunyi untuk menyembunyikan depresi dia pilih agar semua (termasuk dirinya sendiri) selamat dari dirinya sendiri. Jika Simbah jadi ipar Nak Ken, mungkin Simbah akan melakukan hal yang sama Mau bagaimana lagi?

Ibunya, sekaligus mertua Nak Ken juga tidaklah bersalah. Nak Ken pasti tahu bagaimana perasaan orang tua kepada anaknya. Simbah sendiri, ketika anak Simbah lahir muncul rasa bersalah luar biasa besar kepada orang tua Simbah. Simbah tidak tahu, rasa itu tetiba muncul begitu saja tanpa permisi serta menguak semua kelakuan Simbah dari kecil.

Simbah jadi mengingat saat ayah Simbah membelikan topi dan ayah Simbah langsung mengenakannya dari belakang sebagai surprise kepada Simbah kecil. Dasar Simbah kecil tahu kalau topi yang dibelikan ayahnya tidak sesuai dengan ekspektasinya, Simbah kecil langsung merajuk sejadi-jadinya. Simbah kalau ketemu Simbah kecil itu pasti saya tampol keras-keras, tapi tidak ayah Simbah.

Ibu akan selalu memaafkan perbuatan anaknya. Ya, meskipun ada ibu yang mengungkit kesalahan kecil anaknya seumur hidupnya. Simbah menduga itu juga luapan emosi sesaat yang bisa berulang setiap waktu. Ibu tetaplah ibu, bagaimanapun wujud putranya, bukankah begitu, Nak Ken?

Gunakan sisa-sisa harapan yang ada bahwa semua akan kembali baik-baik saja. Percayalah, percayalah laksana seekor ibu penyu menaruh telurnya di dalam pasir, ibu nyamuk yang menaruh telurnya di tepian genangan air, atau Ibu Nabi Musa yang memasrahkan anak bayinya di atas buaian aliran sungai.

Semoga Nak Ken mendapatkan kekuatan yang lebih besar untuk bertahan tetap menyayangi keluarga Nak Ken. Nak Ken adalah orang yang sabar, tidak baik bagi Simbah untuk meminta Nak Ken untuk bersabar. Titip salam hormat buat ibu mertua Nak Ken, cintanya abadi.

Salam, Mbah Ghibah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *