CURHAT: Terbelenggu Bayang-bayang Mantan

Halo, Mbah Ghibah yang baik, 

Lama tak bersua, jadi kangen sama petuah Simbah. Perkenalkan saya Camelia. Bisa dipanggil Lia. Jangan Camel yha, kan gak punya punuk.

Langsung aja, Mbah. Gini. Jujurly pikiran saya gak bisa lepas dari mantan terindah. Fyi, saya dah ada yg punya. Mana sah pulak. Tapi pesona mantan saya gak bisa hilang begitu saja. Dan ini cukup mengganggu saya. Hla masak hampir tiap hari saya mimpiin dia. Kan kalo ketauan pasangan bisa gawat. Padahal sumfeh saya gak ngapa-ngapain lho sama dia. Orang dia di sana, saya di mari.

Ceritanya saya dan mantan saya itu saling ketemu berpuluh tahun lalu (duh ketauan deh umur). Kami saling cinta diam-diam. Tanpa saling menyadari. Kami bertemu lagi setelah 10 tahun tak pernah tau kabar. Komunikasi pun terjalin kembali. Saat itu saya single, dia dah kawin. Tapi dari komunikasi itu kami jadi tau kalo kami ternyata sama-sama memendam rindu yang membeku, yang akhirnya mencair kembali karena bertemu. 

Jangan bilang saya gak usaha buat lepas dari dia lho Mbah. Saya sampe nutup sosmed yg paling penting bagi saya dan saya memilih untuk menikah dengan orang lain yang mau serius dengan saya sebagai usah mengikhlaskan dia. Biar deh dia bahagia dengan pasangannya. Saya cari bahagia sendiri aja.

Dulu, waktu saya lama kehilangan kontak dia, saya pernah lho nadzar: Ya Tuhan, pertemukan aku dengan si A. Kalo dia sudah bahagia aku akan ninggalin dia tapi kalo gak ijinkan aku merawatnya. Trus dikabulkan deh. 

Tapi saya bingung apakah dia bahagia atau tidak. Soalnya dia kelihatan bahagia banget kalau sama saya. Tiap saya ilang pasti dia kelimpungan. Dia cari saya ke mana-mana. Berarti dia lebih bahagia bersama saya kan?

Rumah tangga saya sekarang bisa dikatakan kayak mendaki gunung, lewati lembah persis kayak ninja Hatori. Yaa gak mulus-mulus banget tapi juga gak buruk-buruk amat. Tapi apapun itu saya tetap gak bisa berpaling dari memikirkan dia. Banyak sekali hal-hal yang memicu ingatan saya ke dia, tiap hari. Entah itu tempat, makanan, berita, orang yang mirip dia, dll. Pokoknya adaaa aja deh!

Coba kalo Simbah kayak saya, kira-kira cara Simbah supaya bebas dari mimpiin mantan itu gimana? Kan katanya kalo sering mimpiin mantan berarti dianya yang rindu sama saya. Hla saya yang gak rindu jadi kepikiran terus ketularan jadi ikutan kangen deh. 

Gak papa kan yaa Mbah? Merindukan mantan gak dosa kan? Kan saya bilangnya cuma ke Simbah gak ke mantan saya. Hehehe.

Dari Camelia yang selalu mempesona.

===========

Nduk Lia yang cantik tapi nggak punya punuk.

Simbah membaca curhatanmu kali ini sambil menyimak sebuah narasumber yang berbicara mengenai analisis big data menggunakan Python. Bisa dibayangkan bukan? Simbah yang sudah nak-nuk pegang tetikus harus berjibaku mendengar penjelasan tentang pemrograman komputer.

Akhirnya, Simbah menduakan narasumber itu dan memusatkan perhatian pada curhatmu. Nggak papa kan, menduakan narasumber, kan saya bilang ke Nduk Lia, bukan ke narasumber. Ckakaka. Eh kayak dejavu.

Di awal membaca tulisan Genduk Lia, Simbah teringat dengan kisah Naruto dengan Waterfall of Truth (Air Terjun Kebenaran). Simbah ceritain dulu, ya, Nduk. Suatu hari saat Naruto mempunyai keinginan untuk menguasai kekuatan Kyubi yang ada dalam tubuhnya dia harus lulus dalam menjalani ujian di sebuah air terjun.

Awalnya Naruto begitu percaya diri pasti akan lulus ujian. Lha wong duduk di atas papan yang berada di ujung jarum saja dia bisa, masak cuma duduk di bawah air terjun dia gagal. Kan ngisin-ngisini kalau gagal. Naruto bersiap, melepas jaketnya dan duduk bersila di bawah air terjun.

Rupanya meditasinya membawanya kepada dunia imajinasi. Di balik guyuran air terjun itu muncul sosok yang terlihat jahat, antagonis, dengan mata yang merah menyala. Sang Musuh pun betul-betul muncul menampakkan dirinya. Betapa kagetnya Naruto saat musuh yang dia hadapi saat itu adalah dirinya sendiri. Sosok antagonis, jahat dan terlihat sangat kuat.

Naruto menyerangnya dengan sekuat tenaga, tentu saja dia gagal. Dia hanya melawan bayangan dirinya yang benar-benar mempunyai kemampuan yang sama, jutsu yang benar-benar persis sama. Naruto kalah, dia kembali, bankit dari duduknya, dan melapor kepada temannya, Killer Bee dengan kata, “Aku gagal.”

Keesokan harinya, Naruto menghadapinya kembali, kali ini dengan senyum dia pasti menang. Dia mendatangi musuh yang lagi-lagi sama dengan yang kemarin. Dia mengepalkan tangan penuh emosi, melangkah perlahan mendekati kembaran jahatnya. Kali ini dia tidak melawan, kepalan tangannya melemah, dia meraih pundak musuh dan memberikan pelukan terdalam, dia hanya mengucapkan, “Terima kasih, diriku.” Dan dia menang.

Ah tidak, cerita di atas hanya untuk curhat Nduk Lia di paragraf awal. Nduk Lia yang mampu memanfaatkan kenangannya dengan mantan untuk mendekat kepada Tuhan. Buktinya Nduk Lia berdoa.Ya meskipun doanya minta ketemu mantan, yang penting ada prihatin yang muncul dalam diri Nduk Lia. Huh.

Cobalah manfaatin kangen mantannya dengan menulis cerita pendek, atau esai kemudian dikirim ke ghibahin.id dijamin hidup Nduk Lia menjadi lebih ploduktip dan penuh dengan karya-karya yang mampu dibaca anak-cucu kelak.

Nduk Lia, ketika Simbah baca akhir curhatmu, Simbah mempunyai kesimpulan, mantanmu itu gapleki, serius. Dia sudah menjelma menjadi bayang-bayang yang membahayakanmu, membahayakan keluargamu. Eman kalau Nduk Lia membiarkan dia menjadi lebih dari bayang-bayang dan masuk-mengusik keluargamu.

Mantan sejati bukanlah yang selalu mendekati. Mantan yang sejati adalah mantan yang meneriakkan rindu hanya dalam bahasa kalbu. Dia yang menyayangi dalam kidung-kidung yang sunyi. Dia yang menyatakan cinta tanpa tutur bahasa. Dia yang selalu mengagumi hanya dalam mimpi. Dia yang menghentikan harapan namun tidak kenangan.

Untuk kemudian dia mampu kembali kepada kehidupannya yang sempurna, mengarungi kenyataan dengan penuh tatapan keyakinan, menggenggam tangan pasangan hidupnya dengan, ah, cinta. 

Nduk Lia, jika Sampean membaca ini kemudian terdetik dalam hati, “Simbah sepertinya pengalaman sekali.”

Simbah bertanya balik, “Apa yang membuat Nduk Lia masih ragu?”

Simbah, penulis kidung sunyi tanpa pembaca.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *