CURHAT: Orang Baik Itu yang Seperti Apa?

ghibahin

“Jodoh bukanlah untuk memenuhi kebutuhan. Akan berat jika kelak jodohmu tidak bisa memenuhi kebutuhanmu.”

Assalamu’alaikum Mbah… 

Pripun kabare? Sehat tho? Sudah lama tidak berjumpa Simbah. Semoga sehat selalu Mbah. 

Begini Mbah, saya mau curhat. Tadi sehabis shalat, saat saya mau doa minta jodoh, Tiba-tiba saya teringat nasehat Simbah. Simbah pernah mengatakan bahwa cari pasangan itu gak perlu cinta, yang penting baik. Wong KKN yang sebulan aja bisa numbuhin cinta masa yang bertahun-tahun nggak. 

Nah, saya jadi mikir, ukuran seseorang bisa dikatakan baik itu seperti apa Mbah? Bukankah semua orang sejatinya baik? Apa orang yang jahat dengan orang lain terus berbuat baik dengan orang yang lain lagi itu bisa dikatakan baik? 

Atau hanya orang yang tak pernah menyakiti orang lain secara fisik maupun perasaan baru itu bisa dikatakan baik? Kalo memang itu apa ya ada orang yang bersih dari dosa seperti itu? 

Hmm ya sudah Mbah mohon pencerahan nya, saya tak lanjutin doanya tadi belum selesai. 

Wassalamu’alaikum.

Ttd

Kang Santri yang pengen punya jodoh orang mBantul

*****

Salam, Kang Santri.

Puji Tuhan, Simbah baik-baik saja tidak kekurangan satu apapun, hanya Simbah sekarang sering banget sakit punggung dan masuk angin. Masak Simbah sudah sepuh sih?

Simbah mencoba membaca jawaban-jawaban curhat yang telah berlalu. Alhamdulillah ternyata Kang Santri masih ingat saja dengan kata-kata Simbah. Simbah nggak nyangka lho kalau ada yang masih ingat. Hmmmm rasanya kayak dikipasi fans yang nengok kanan kiri.

Mengenai makna kata-kata Simbah itu, sebenarnya cukup rumit. Kang Santri bisa menelusurinya dari buku Nikomakea karya Mbah Aristo hingga Al-Musytashfa karya Imam Ghazali, atau Critique Pure Reason karya Kant. Kang Santri, jika sudah menjelajahi karya-karya itu pasti akan tahu, kapan suatu hal akan menjadi baik kapan akan menjadi buruk. Ribet kan?

Tapi tenang, Simbah hadir kembali di sini tidak ingin membuat kepala Kang Santri mengebul. Simbah hanya ingin membuatnya bisa buat bakar sate. Lumayan kan, persediaan daging di kulkas pascakurban berkurang.

Karena baik-buruk ini berhubungan dengan jodoh, Simbah hanya akan membatasi penjelasan Simbah di situ saja. 

Syahdan, Simbah pernah membaca buku, entah judulnya apa, jenisnya apa, wes pokok Simbah lupa. Penulis bilang bahwa laki-laki itu dalam memilih jodoh lebih cepat dari memilih dasi. Laki-laki memilih dasi bisa berjam-jam hingga berhari-hari, tapi tidak dengan jodoh. Sekali matanya menatap, pas. Sudah, dia akan terus kejar sampai menyerah.

Oh. Simbah tidak hendak menyamakan perempuan dengan dasi. Tidak. Ampuun. Simbah hanya menyamakan “cara memilih” bukan apa yang dipilih. Clear, ya. 

Bagi Simbah, pendapat penulis itu mungkin terburu-buru, buktinya Kang Santri sampai sekarang belum menemukan jodoh. Bahkan masih bertanya, jodoh yang baik itu kayak apa. Hadeeh.

Saat Simbah masih muda, Simbah Mencoba mencari jodoh seperti yang Simbah inginkan. Ada beberapa kriteria yang diam-diam Simbah Muda Gagah Perkasa pegangi saat itu. Kriteria itu berupa A, B, C, dan pas di hati. Namun, realitanya tidak begitu, poin yang terakhir itulah yang Simbah dahulukan. Akhirnya, ketika Simbah menyatakan Si Doi pas di hati, Simbah lupa kriteria A, B, C. Kriteria Simbah jadi singkat sekali, bucin is number one. Hehehe.

Simbah akhirnya menikah, hidup bersama dengan Simbok yang kebetulan Simbah temukan di jalan. Seiring dengan berlalunya waktu, Simbah merasakan kriteria A, B, dan C yang dulu pernah Simbah pegang tidak berguna sama sekali.

Semakin lama, jodoh yang baik ialah (yak mulaik) adalah jodoh yang siap untuk berbagi. Berbagi suka maupun duka. Seperti yang Simbah pernah dengar di doa pengantin di undangan pernikahan, “Berkahilah keduanya saat suka dan duka.”

Perjalanan rumah tangga tidak hanya diisi dengan kesepakatan antara suami dan istri namun juga kesalahpahaman, ketidakserasian, ketidakpersatuan, dan puluhan ketidak lainnya. Saat duka itulah seorang jodoh akan diuji, apakah dia akan mengalah dan mencoba membicarakannya dengan baik-baik, atau keras kepala kemudian melakukah hal yang kekanak-kanakan?

Simbah yakin, Kang Santri bisa menebak siapa jodoh yang baik itu. Kang Santri akan terbesit sebuah kalimat, “Jodoh itu siapa yang kita butuhkan bukan siapa yang kita inginkan.” Sayang sekali bukan itu, Kang Santri.

Jodoh bukanlah untuk memenuhi kebutuhan. Akan berat jika kelak jodohmu tidak bisa memenuhi kebutuhanmu. Tapi jodoh terbaik ialah yang Kang Santri pilih dan Kang Santri mampu menikmati hari-hari bersamanya. Kang Santri mengalah untuknya sekaligus dia mengalah untukmu.

Jodoh lebih dari sekedar puzzle memenuhi setiap kekosongan pasangan. Jodoh ialah gembok dan kuncinya, sekalipun keduanya tidak sama, tapi berdua mereka melakukan segalanya. 

Gimana? Semakin sulit kan menemukan jodoh?

Simbah, Jodoh adalah ilusi yang nyata hanya Simbah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *