Site icon ghibahin.id

Ciri-ciri Overparenting dan Tips Mencegahnya

Hai, Papa dan Bunda! Apakah Anda termasuk orang tua yang selalu mengatur anak? Atau terlalu sering mencemaskan tumbuh kembang anak? Akibatnya, ya anak jadi tidak menikmati masa pertumbuhannya.

Sifat seperti ini biasa disebut dengan istilah overparenting atau helicopter parenting. Mungkin di antara kita ada yang baru mendengar istilah ini atau ada yang sudah tidak asing lagi.

Menurut Pritta Tyas Pangestuti–seorang psikolog klinis dan founder sekolah Bumi Nusantara Montessori–overparenting adalah ketika orang tua sudah ingin mengontrol segala sesuatu yang terjadi pada anak. Baik dari tumbuh kembangnya, pergaulannya, dengan siapa berbicara, dan bahkan aktivitas yang anak jalani.

Sedangkan menurut seorang psikolog Ann Dunnewold, Ph.D., helicopter parenting merupakan gaya pengasuhan yang berlebihan. Seperti terlalu mengontrol, melindungi, menyempurnakan, dan melebihi tanggung jawab orang tua.

Carolyn Daitch, seorang ahli psikologi juga mengatakan bahwa helicopter parenting itu mengacu gaya pengasuhan orang tua yang terlalu banyak ikut campur pengalaman anaknya.

Mengontrol anak itu memang wajib, tetapi jangan berlebihan karena bisa menyebabkan sifat ketergantungan anak kepada orang tua atau orang lain sehingga akan membentuk pribadi anak menjadi penyuruh.

Pritta Tyas Pangestuti pernah berkata bahwa sifat pengasuhan overparenting atau helicopter parenting bisa diketahui dengan mengetahui ciri-cirinya, yaitu:

#1 Semua diatur oleh orang tua

Di sini orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak sedikit pun untuk memilih, seperti memilih baju, memilih sekolah, bahkan sampai memilih mainan. Namun, bukan berarti juga orang tua melepas anak begitu saja, tetapi ada batasan-batasan dan masa di mana anak yang harus memilih.

#2 Orang tua yang tidak suka melihat anak gagal

Perlu kita ketahui bersama, gagal adalah hal yang wajar dalam proses bertumbuh. Orang tua seperti ini biasanya ingin anaknya selalu dipandang baik dan pintar terus sehingga orang tua akan membantu pekerjaan anak dari yang kecil sampai yang besar.

#3 Selalu melayani keinginan anak

Percaya gak sih kalau anak umur 2 tahun sudah bisa mandi sendiri dan mengambil handuk sendiri? Itu bisa terjadi jika lingkungan mendukung tumbuh kembangnya sehingga anak akan terbiasan mandiri. Masih ada, lho, anak sudah umur belasan tahun, tetapi tidak bisa mencuci baju, nyetrika, masak nasi, atau tugas rumah ringan lainnya. Salah satu faktornya adalah karena orang tua selalu melayani anak sehingga membuat anak tidak bisa mandiri sampai dewasa.

#4 Terlalu ingin melindungi anak

Pernahkah kita menitipkan anak ke sekolah atau yayasan dengan pesan seperti ini, “Bu/Pak, tolong awasi anak saya, ya, takutnya dinakali temannya.” Padahal, semakin orang tua tidak terlalu melindungi anak, maka bisa membuat kemampuan anak tersebut menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Pritta Tyas Pangestuti juga memberikan tips kepada orang tua agar tidak overparenting saat mendidik anak, yaitu:

#1 Meyakini bahwa anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri

Sering kita melihat anak yang tiba-tiba murung karena ada masalah. Nah, di sini orang tua jangan langsung memberikan bantuan sebelum anak tersebut menyelesaikannya sendiri. Jika anak memang benar-benar tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut dan terlihat frustasi, orang tua wajib ada di sampingnya dan memberikan jalan keluar. Ini juga bisa diterapkan dalam rutinitasnya, seperti menjemur handuk yang bisa digapai.

#2 Menciptakan lingkungan yang aman untuk anak

Orang tua bisa membuat jemuran handuk, perlengkapan mandi, baju, sampai alat makan yang bisa dijangkau dan cukup aman untuk anak. Sehingga, anak akan melakukan rutinitas secara mandiri.

#3 Memberikan tanggung jawab pekerjaan rumah

Di tips ketiga ini, para orang tua memberikan tanggung jawab pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja, seperti membelikan sapu yang kecil sehingga setiap pagi atau sore anak tersebut bisa melakukan tanggung jawabnya.

#4 Memberikan kesempatan bersosialisasi

Ketika orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi maka orang tua juga harus siap menerima konflik yang akan dialami anak. Bisa saja mainannya direbut oleh temannya dan sebagainya.

Jika hal itu terjadi, orang tua tidak boleh langsung melarangnya untuk bersosialisasi lagi. Tetapi tugas orang tua adalah membekali dengan nasehat yang baik jika konflik itu terjadi.

Itulah 4 ciri dan tips agar orang tua terhindar dari overparenting atau helicopter parenting. Semoga bisa diterapkan dan anak menjadi generasi yang tidak lemah, mudah bergaul, dan manja. Karena masa anak-anak menentukan kepribadian ketika dewasa.

Isa Saburai. Mahasantri semester akhir di kampus Ma’had Aly Jakarta.

[red/zhr]

Exit mobile version