8 Tips Menghentikan Balita yang Hampir Kecanduan Nonton

ghibahin

“Satu hal yang saya amati adalah bahwa si kecil sebenarnya suka aktivitas fisik asalkan saya juga beraktivitas fisik.”

Awalnya, si kecil tidak pernah saya izinkan nonton. Namun, sesekali ia nimbrung juga  ketika saya membuka gawai. Biasanya pola ini terjadi setelah semua pekerjaan rumah selesai dan saya istirahat sambil membuka gawai.

Selain itu, saya memiliki pekerjaan seperti mengelola toko online, menulis di media online, serta mengambil beberapa kelas online. Saya akhirnya mulai curi-curi waktu menggunakan gawai di depan si kecil.

Awalnya semuanya berjalan sesuai harapan saya. Si kecil tak tertarik sama sekali pada gawai. Hingga tiba suatu saat ketika saya ingin sekali menulis serta memiliki beberapa deadline. Hari itu saya berikan tontonan Cocomelon, tontonan anak-anak di YouTube yang sebelumnya tak pernah saya kenalkan pada si kecil.

Dan seperti sudah diprediksi, si kecil dengan mudah hafal bahkan kemudian keasyikan dengan kegiatan menonton YouTube. Jujur saja, saya sendiri dilema. Antara senang karena bisa bekerja sekaligus sedih karena si kecil jadi suka nonton.

Hal ini ditambah dengan kondisi saya yang sering sakit. Beberapa kali saya ketiduran dan ketika si kecil nonton saya akhirnya bisa istirahat. Ditambah pekerjaan suami yang sangat padat serta sering ke luar kota membuat porsi saya mengasuh anak jauh lebih lama.

Saya kadang mensyukuri namun juga menyesali keputusan saya untuk mengenalkan kegiatan menonton pada Si Kecil. Ia kini menjadi sangat terbiasa menonton. Selesai aktivitas wajibnya, ia pasti minta nonton. Jika tidak, ia akan menangis.

Saya sudah mencoba memberikan banyak permainan agar ia bisa lepas dari gawai. Saya belikan kolam renang, lego, balok, pasir, dan berbagai mainan lainnya. Saya juga membelikan buku dan membacakannya sewaktu-waktu.

Kadang, saya mengajaknya bermain di luar rumah, di belakang rumah, dan bermain petak umpet di dalam rumah. Namun, ketika kami berbaring untuk istirahat, saat itulah ia minta nonton. Saya pun tak kuasa karena kondisi lelah seringkali membuat saya enggan mendengar tangisan. Selain itu, dengan memberikan gawai, saya jadi bisa istirahat lebih leluasa.

Namun tentu saja hal yang saya khawatirkan terjadi. Si kecil memang sesekali memainkan permainan yang saya siapkan. Tetapi harus sambil didampingi. Jika saya tidak memperhatikan sebentar saja, maka ia akan berhenti dan minta nonton.

Satu hal yang saya amati adalah bahwa si kecil sebenarnya suka aktivitas fisik asalkan saya juga beraktivitas fisik. Jika saya mencuci piring, si kecil akan bermain piring di lemari. Ketika saya beres-beres rumah, si kecil akan ikut bermain apa pun yang ada di rumah. Artinya ia sendiri kadang bosan dengan nonton, namun ia juga menikmati nonton jika saya istirahat di kamar.

Saya pikir hal ini sudah tak bisa dibiarkan, saya takut ia malah kecanduan. Terkadang saya bercanda akan memberikan mainannya pada orang lain jika tidak dimainkan. Dan ia selalu mengatakan agar semua mainannya diberikan saja, yang penting ia bisa nonton.

Nah, berikut adalah pengalaman saya mengurangi screen time pada anak saya yang berusia 2 tahun 8 bulan.

  1. Membulatkan tekad

Beberapa kali saya ragu untuk menghentikan screen time, saya sendiri tidak yakin apakah saya mampu. Saya harus benar-benar berhenti dari gawai (ponsel dan laptop) demi si kecil. Saya juga harus menjauhkan gawai meski saya lelah, bosan, dan ingin istirahat. Kegiatan saya pun harus berkurang.

Namun yang membuat saya mantap adalah ketakutan saya jika si kecil kecanduan. Mumpung ingatan si kecil belum terlalu kuat, dan mumpung paparan gawai belum terlalu parah menimpanya.

  1. Merelakan kehidupan dan pekerjaan

Sebenarnya masalah ini bergantung pada diri saya yang kadang tidak mau mengalah pada si kecil. Saya merasa punya kehidupan yang ingin saya jalani sendiri tanpa diganggu si kecil. Namun setelah saya renungi kembali, bukankah saya memutuskan menjadi ibu rumah tangga agar bisa mengasuh dan mendidik si kecil sepenuhnya?

Selain itu saya juga berpikir bahwa mungkin saya harus mengalah beberapa tahun. Tapi saya yakin beberapa tahun lagi ia tidak bergantung lagi pada saya. Juga ketika ia besar dan tidak kecanduan gawai, tentu saya sendiri yang akan menuainya. Saya hanya perlu bersabar dan berkorban beberapa tahun saja.

  1. Mengalihkan gawai dan pekerjaan pada malam hari

Ketika beraktivitas bersama si kecil saya benar-benar menghentikan seluruh pekerjaan. Saya mengurangi kegiatan yang membutuhkan gawai. Saya mengerjakannya pada malam atau pagi hari sebelum si kecil bangun. Tentu saja pekerjaan saya melambat dan terhambat, namun karena tidak ada deadline, semua tak jadi masalah.

Suami pun fokus untuk memenuhi segala kebutuhan kami sehingga saya tak perlu membantu untuk mencari penghasilan. Saya putuskan untuk mengurangi pekerjaan  meski penghasilan pribadi berkurang. Namun inilah tugas pasangan, harus saling melengkapi. Untuk saat ini tak apa saya tak terlalu berpenghasilan, kelak pasti ada masa untuk saya sendiri.

  1. Tidak menggunakan gawai di depan si kecil

Selain mengalihkan waktu kerja, saya juga tidak menggunakan gawai di depan si kecil. Saya tidak mengecek chat dan media sosial. Saya bisa mengecek gawai ketika si kecil tidur siang, tidur malam, atau ketika ia benar-benar sibuk dengan mainannya.

Oh iya, karena ia dilarang menonton, ia juga mulai fokus bermain berbagai permainannya meski tidak sepenuhnya saya temani.

  1. Membiarkan ia menangis dan melimpahkan kasih sayang

Awalnya ia selalu minta nonton dan menangis ketika saya menolak. Dalam satu hari ia bisa meminta nonton berkali-kali. Namun saya tetap tegas menolak. Bahkan jika ia begadang di malam hari, saya tetap tak membuka gawai.

Ketika ia menangis biasanya saya memeluknya dan tangisnya perlahan berhenti. Kadang saya tak tega, namun saya yakini bahwa ini untuk kebaikannya sendiri. Saya juga selalu mengajaknya untuk bermain berbagai permainan yang ada. Dan tentunya ia dengan senang hati mengikuti.

  1. Memberi perhatian lebih

Si kecil yang biasanya sibuk nonton akhirnya tidak membutuhkan perhatian dari orang lain. Ia hanya perlu diberi gawai dan akan sibuk dalam dunianya sendiri. Berhubung ia berhenti nonton, maka ia butuh perhatian ekstra agar ia tidak merasa kesepian.

Perhatian kita harus selalu tertuju padanya, merespon segala perkataan dan ceritanya. Saya juga harus memberi perhatian penuh ketika mengajaknya bermain.

  1. Mengajak bermain

Kita harus menyediakan banyak sekali permainan baik yang menggunakan media ataupun tidak. Kita harus rajin mengajaknya beraktivitas fisik karena anak-anak memiliki energi yang sangat besar. Mereka perlu menyalurkan seluruh energi dalam dirinya.

  1. Mengajak jalan-jalan

Ketika kita lelah dan si kecil bosan, sesekali kita perlu mengajaknya keluar rumah. Si kecil senang sekali ketika bermain di taman atau lapangan luas. Ia akan sibuk berlari-lari meski terjatuh berkali-kali.

Hasilnya bagaimana? Kini si kecil sudah benar-benar terlepas dari gawai. Sesekali ia minta nonton namun tetap saya tolak. Kini ia pun mulai terampil untuk mencari permainan lain tanpa merengek minta gawai. (red/brsm)

Mahdiya Az Zahra, redaktur ghibahin.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *