Site icon ghibahin.id

Takaran Ideal Konsumsi Gula Sehari-hari di Tengah Serangan Produk-Produk Manis Kekinian

Foto oleh THIS IS ZUN dari Pexels

“Asupan energi yang kita masukan ke tubuh seharusnya sesuai dengan energi yang dikeluarkan.”

Beberapa waktu lalu, Es Teh Indonesia melakukan somasi kepada seorang pelanggannya. Saya heran. Kok, bisa-bisanya dia melakukan somasi terhadap pelanggannya sendiri. Apalagi jika mendengar argumen Es Teh Indonesia, bahwa pendapat tentang kadar manis tidaknya minuman yang dijualnya bergantung pada pilihan subjektif konsumen. Memangnya, mereka nggak sadar kalau hampir semua produknya itu manis-manis?

Tapi ya nggak apa-apa, kita kesampingkan dulu masalah Es Teh Indonesia dengan satu pelanggan yang belakangan sudah minta maaf itu. Sekarang, mari kita ulik, sebenarnya kadar gula yang memberikan rasa manis itu sebaiknya seberapa, sih?

Kata sugars, mewakili beberapa definisi. Pertama, intrinsic sugars yang berasal dari buah dan sayuran. Kedua, sugars from milk (senyawa gulanya bernama laktosa dan galaktosa). Dan ketiga, free sugars yang akan kita bahas. 

WHO sendiri merekomendasikan pengurangan free sugar kurang dari 10% dari total asupan energi (total energy intake). Pernah tahu molekul gula? Kalau mau ingat-ingat jaman SMA dulu, gula itu bentuk paling sederhananya adalah monosakarida. Tinggal search saja di internet dengan kata kunci sugar structure, maka akan nampak bangun-bangun segi enam atau segi lima yang merupakan struktur gula paling sederhana.

Syukur, untuk intrinsic sugars dan sugars from milk, sampai saat ini belum ada penelitian yang menemukan efek yang buruk bagi kesehatan. Makanya, lebih baik kita membahas tentang free sugars yang, mohon maaf, tersebar luas dalam produk-produk makanan dan minuman kita sehari-hari. Termasuk es teh kekinian itu.

Free sugars, dalam hal ini termasuk monosakarida atau disakarida (dua monosakarida yang bersatu), terdapat pada tambahan gula yang digunakan produk-produk makanan dan minuman. Secara alami, ia sudah ada pada madu, sirup, jus buah, dan produk olahan dari buah, seperti konsentrat jus buah. 

Sayangnya, masyarakat Indonesia pada umumnya terlalu banyak mengonsumsi gula yang berasal dari produk-produk olahan. Padahal, asupan energi yang kita masukan ke tubuh seharusnya sesuai dengan energi yang dikeluarkan (energy expenditure)

Energy expenditure ini bakal berbeda-beda, bergantung pada aktivitas sehari-hari. Beda bukan, antara orang yang kerja panas-panasan kampanye dari pasar ke pasar waktu mau pemilihan, sama orang yang duduk manis bahkan sambil tiduran di rapat setelah terpilih jadi wakil rakyat? Hehehe. Ya, intinya begitu lah. SoHib bisa membayangkannya sendiri.

Sayangnya, kehidupan sehari-hari kita yang biasa-biasa saja ini, telah dikelilingi gula-gula yang beredar luas di masyarakat. Mulai produk kopi kekinian, teh kekinian, makanan ringan kekinian. Pokoknya, dari semua sisi, kita dikepung oleh gula-gula ini. Nggak perlu jauh-jauh, deh. Anda bisa lihat sendiri di jalanan, betapa produk gula telah menguasai UMKM kita. Jadinya, diri kita sendirilah yang seharusnya memberi batasan. 

Seperti halnya nyanyian lama, produk gula yang berlebih bakal membuat Anda menjadi obesitas, yang kemudian akan membawa Anda menuju penyakit diabetes mellitus tipe-2, atau penyakit yang terkait kardiovaskular (hipertensi, stroke, dan serangan jantung). 

Beberapa hal telah direkomendasikan oleh American Heart Association (AHA) untuk masalah pengendalian konsumsi gula ini. Pertama, mengurangi konsumsi gula. Utamanya dari makanan dan minuman tambahan, seperti roti, sereal, kopi, teh, soda, jus, sirup, dan lainnya. Mengganti makanan ringan sehari-hari, yang biasanya banyak gula, menjadi buah-buahan yang merupakan intrinsic sugars tadi. 

Untuk jangka panjangnya, coba ganti bumbu masakan yang biasanya memakai gula, menjadi bahan-bahan yang memberikan sensasi rasa lain, seperti jahe dan rempah-rempah lainnya. 

AHA sendiri merekomendasikan konsumsi gula laki-laki dewasa tidak lebih dari 9 sendok teh per hari, setara dengan 36 gram gula atau 150 kalori per hari. Untuk wanita, tidak lebih dari 6 sendok teh per hari yang setara dengan 25 gram atau 100 kalori per hari. 

Makanya, minuman ringan sebaiknya dihindari sama sekali. Jika di sana tertulis kandungan gulanya ada 20 gram dalam satu kemasan, sebagai seorang laki-laki, Anda harus membatasi konsumsi lagi hingga 16 gram. Terus, memangnya yakin kalau makanan berat yang SoHib konsumsi tiga kali sehari tidak mengandung free sugars juga? Kalau dijumlah, kemungkinan sudah lebih-lebih, dong?

Apalagi, nih, kalau (mohon maaf) SoHib rajin konsumsi minuman ringan macam es teh kekinian dan produk kekinian lainnya setiap hari. Bisa mampus itu pankreas~.

Prima ArdiansahDokter internship di Puskesmas Jenangan Ponorogo dan RSU Aisyiah Ponorogo.

[red/bp]

Exit mobile version