Semua Berawal dari Kebaikan Kecil

“Satu hal lagi yang membuat pikiran resah adalah terdapat hak orang-orang yang jika tak segera tertunaikan akan membuat mereka susah.”

Sebuah perbuatan kecil bisa jadi berdampak besar, tak hanya bagi diri sendiri tapi juga orang lain. Saya merasakannya beberapa waktu lalu saat HP saya terjatuh di suatu jalan dekat alun-alun utara Keraton Jogja. Peristiwa tersebut terjadi pagi hari. Saya dan kawan sempat mencari. Nihil. Pada saat bersamaan, saya sudah harus menuju ke bandara YIA mengejar pesawat pukul 12.30 untuk kembali ke Jakarta. 

Saya sudah pasrah. Tak ada pilihan lain selain merelakan barang yang telah membersamai saya selama bertahun-tahun itu. Tapi sejatinya bukan kehilangan HP yang pedih, melainkan isinya. Di dalamnya terdapat berbagai data penting. 

Saya juga membayangkan berbagai kerepotan yang akan saya hadapi. Hampir semua aktivitas telah menyatu padu dengan HP tersebut, mulai dari mengisi listrik rumah, memantau situasi anak, memesan kendaraan, melakukan berbagai transaksi online, menghubungi keluarga, hingga urusan pekerjaan.

Satu hal lagi yang membuat pikiran resah adalah bahwa di HP tersebut terdapat hak orang-orang yang jika tak segera tertunaikan akan membuat mereka susah. Hak pertama yang harus saya tunaikan adalah uang dan upah ke beberapa orang. Penundaan, yang niscaya terjadi dengan hilangnya HP ini, tentu bisa membuat orang lain repot sebab mereka pun harus memenuhi kebutuhan diri mereka. Mungkin juga ada hak-hak orang lain yang harus mereka tunaikan, misal kebutuhan anak-istri. 

Selain itu juga terdapat hak rekan-rekan kerja saya untuk mendapatkan data terkait pekerjaan. Semua data tersebut tersimpan di dalam HP itu. Konsekuensi data yang gagal terinformasikan dengan cepat berpotensi menghambat dan mempersulit pekerjaan mereka. Pekerjaan yang tertunda, tidak sempurna, atau tidak sesuai target tentu menjadikan penilaian kinerja rekan saya menjadi buruk.

Kekhawatiran lain berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan orang yang tak terduga, misalnya keluarga atau kawan yang membutuhkan bantuan mendesak. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan itu membuat perasaan saya makin gundah. Ada nasib orang di sana, mungkin juga ada harapan orang di sana. 

Kembali pada nasib HP yang hilang. Dalam perjalanan menuju bandara YIA, saya mendapat kabar melalui kawan yang sedang bersama saya, bahwa HP itu telah ditemukan. Seorang kenalan penulis dari Jogja, Iqbal Aji Daryono, juga dikabarkan akan membantu mengambilkan HP lalu mengirimkan ke Jakarta. Saya bersyukur sekaligus terkejut dengan betapa cepatnya informasi ini tersebar dan masalah kehilangan ini teratasi, tak lebih dari tiga jam sejak HP itu hilang. Cukup rumit cerita bagaimana ia akhirnya bisa kembali, tetapi semua bermula saat seorang pegawai bank memutuskan memungut HP yang tergeletak di jalan saat berangkat kerja.

Dia bisa saja mengabaikan benda di pinggir jalan itu. Sebagai seorang pegawai yang masuk pagi, mungkin dia harus mengejar absen. Tentu setumpuk pekerjaan juga sudah memanggilnya untuk diselesaikan. Toh sebelum dia, pasti sudah berseliweran orang lewat dan membiarkan saja HP itu. Tapi dia memutuskan memungut barang yang tentu sebenarnya tak berguna untuknya tersebut.

Tak berhenti di situ, sang penemu meminta rekannya, seorang security di tempat kerjanya, untuk memeriksa HP saya. Rekannya mencoba mengutak-atik HP yang mati itu kemudian mencari cara menghubungi kontak di telegram saya. Dia rela melakukan segala kerepotan tersebut.

Beberapa hak orang yang harus dipenuhi melalui sarana HP itu memang sudah terlanjur tertunda. Tapi begitu HP sudah tiba di tangan saya, semua urusan tersebut bisa segera saya tuntaskan. Upah yang memang sudah sangat dibutuhkan penerimanya, juga laporan pekerjaan yang dibutuhkan rekan kerja saya segera. Ada juga orang yang sangat memerlukan bantuan menghubungi ke HP tersebut dan akhirnya bisa saya bantu. Saya merasa sangat lega.

Dengan rentetan kebaikan orang-orang yang menemukan HP saya, mencari kontak, hingga yang membantu mengirimkannya ke Jakarta, kemungkinan bertambahnya orang-orang yang mungkin kesusahan atau bahkan dirugikan seandainya HP tersebut benar-benar raib, bisa ditangkal. Semua berawal dari dorongan hati seseorang yang baik untuk tak mengabaikan HP saya yang teronggok di pinggir jalan itu.

Pandu Wijaya Saputra. Penulis, tinggal di Cisauk, Kabupaten Tangerang.

[red/bp]

One thought on “Semua Berawal dari Kebaikan Kecil

  1. Hahaha luar biasa skali gak ada bosenya saya menyimak kisah nyata ini yg kebetulan saya ada disn, semangat terus untuk orang2 baik tebarlah kebaikan dimana km berpijak maka Allah akan gantikan kebaikan yang serupa atau bahkan lebih dari itu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *