Rekomendasi Waktu Sunat Yang Ideal Supaya Burungnya Berpenampilan Gahar

Foto oleh Dainis Graveris dari Pexels

Sunat adalah prosesi paling menegangkan bagi khalayak remaja pria. Disunat takut, nggak sunat malu. Ketika seorang bocah minta sunat, saat itu urusan cuma takut dan nggak takut saja, sama sekali belum kepikiran kalau estetika “burung” adalah modal seumur hidup untuk membangun hubungan yang langgeng di masa depan. Ya, walaupun modal menjalin hubungan bukan cuma perkara “burung” saja. 

Sepanjang pengalaman saya selama lima tahun menjadi asisten jagal “burung” di beberapa kabupaten di Jawa Timur, saya mengamati tiap daerah memiliki keunikan masing-masing dalam hal memilih waktu sunat. Ada yang sekitar umur kelas 1-2 SD, ada pula yang umur 5-6 SD, bahkan ada beberapa yang merelakan anaknya disunat ketika masih berumur 3-4 tahun. 

Berkat karir asisten penjagal “burung”, saya yang lumayan mumpuni di daerah Jawa Timur, saya bisa menarik garis tegas perihal pembagian ini. Pada masyarakat daerah Tapal Kuda sekitarnya, sebut saja daerah Pasuruan, Situbondo, Probolinggo, biasanya mereka akan memilih umur sunat yang relatif lebih muda. Kelas 1-2 SD misalnya, bahkan lebih muda.

Sedangkan pada masyarakat daerah Mataraman, seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek (daerah saya), mereka lebih memilih sunat pada usia yang lebih tua, misalnya pada kelas 5-6 SD, ada pula yang menginjak SMP.

Alasan-alasan pemilihan umur untuk sunat ini beragam. Ketika ditanya mengapa anaknya disunat pada usia yang muda, biasanya mereka beralasan supaya anak bisa ditipu, macam sunat itu tidak sakit, sunat itu tidak disuntik, dan lainnya. Takutnya, kalau sudah sedikit dewasa, nanti anaknya tidak mau, sebab anaknya sudah tahu kalau itu sakit. Selain itu, trik murahan seperti iming-iming hadiah juga sudah tidak efektif. 

Dalam seni memotong titid, perlu banyak hal dipertimbangkan. Pertama adalah panjang potongan kulit yang pas pada leher titid. Leher yang saya maksudkan adalah lekukan setelah “helm” itu lo, tahu kan? Ukuran tersebut harus pas, sehingga akan memberikan hasil yang elok ketika titid nanti sembuh. Selain itu, kulit yang cukup juga akan memberikan kesempatan titid tumbuh lebih gahar, maksud saya panjang di masa depan. 

Kedua, adalah kerapihan potongan. Potongan itu juga harus rapi dan elok. Jangan salah, memotong jaringan kulit lebih susah daripada memotong kertas, ada potensi potongan kita njrabut-njrabut. Terakhir, adalah hal-hal yang mendukung kedua hal sebelumnya, menyangkut kesuksesan pembiusan, pembersihan ruang antara kepala titid dan kulup, dan manejemen pendarahannya. 

Maka, mari berlanjut kepada waktu-waktu yang tidak tepat alias tidak mendukung dilakukan sunat. 

Bukan pada anak yang belum paham sunat itu diapain 

Anak-anak ini, biasanya datang gara-gara paksaan sepihak dari orangtuanya. Usianya, biasanya masih kecil-kecil, ada yang belum sekolah seperti tiga tahun, beberapa ada yang lebih kecil. Orang tua biasanya bakal membujuk habis-habisan supaya si anak mau datang ke tempat sunat. 

Begini, pada anak seperti ini, penjagal bakal kesusahan dari awal. Proses sunat itu pasti ada tahap sakitnya, utamanya pada saat penyuntikan bius. Nah dalam proses penyuntikan bius ini, kita tidak bisa menipu anak tersebut kalau suntik itu tidak sakit. 

Parahnya, biasanya orang tua melarang pihak penyunat untuk mengatakan kalau proses ini tidak melibatkan jarum suntik. Kalau sudah seperti ini, proses penyuntikan bakal runyam. Anak yang ketakutan bakal menghentak hentak tidak terima, padahal dalam proses pembiusan, jarum harus masuk ke tempat yang pas. Nah, supaya bisa diam, akhirnya anak tersebut harus dipegang, minimal oleh dua orang dewasa. Yang satu pegang perut, yang satu pegang lutut.

Ketika biusnya sudah masuk, biasanya operator sunat akan menanyakan pertanyaan ke anak:

“Gimana dek, ini sakit nggak? Ini sakit, geli, atau terasa?” 

Nah, karena anak tadi terus meronta-ronta dan menangis karena kesakitan pada awal penyuntikan. Maka penjagal tidak bisa mengevaluasi biusnya sudah bekerja atau belum. Hal ini bakal bikin susah semua proses selanjutnya

Bukan pada anak gendut yang burungnya masih terkubur

Pada anak ini, kesusahan terletak pada keputusan panjang potongan yang pas gara-gara titid-nya terkubur. Takutnya, kalau terlalu panjang nanti burungnya malah terkubur lagi, kalau terlalu pendek nanti malah nggak maksimal pertumbuhan di masa mendatang. 

Maka saya mohon dengan sangat, ketika badan anak Anda terlampau besar, maka tunggu dulu sampai sedikit kurusan dan titid-nya tidak terkubur kubur amat. Tujuannya tetap satu, supaya potongan bisa pas dan cantik.

Walaupun begitu, pengalaman saya sendiri, masih banyak orang tua yang memaksakan anaknya disunat saat itu juga. Seringkali, alasannya adalah orang tua malas membujuk kedua kalinya untuk kembali ke jagal sunat kelak. Waduh, padahal kalau dipaksakan, estetika “burung” anak mereka bakal dipertaruhkan. 

Bukan pada anak yang kelewat punya bulu kemaluan 

Bulu kemaluan merupakan pertanda anak sudah mulai pubertas, biasanya akan muncul pada usia kelas dua atau tiga SMP. Bulu kemaluan ini sebetulnya bukan merupakan rintangan, karena pada prosesi sunat, dia cuma dicukur saja dan selesai.

Yang jadi masalah adalah “burung”nya. Pada anak yang sudah tumbuh bulu kemaluan, biasanya titid-nya sudah lumayan besar dan kulitnya relatif tebal. Iya, Anda akan berpikir kalau burung yang besar akan mudah dipotong kulup-nya. Namun masalahnya bukan itu, kulit yang tebal di sini bakal meningkatkan resiko perdarahan, akibat pembuluh darah yang relatif lebih banyak dan besar. 

***

Kesenangan para jagal titid itu bukan hal yang sederhana. Kesenangan tersebut merupakan standar yang sungguh-sungguh kami junjung tinggi. Utamanya, karena titid merupakan sebuah kebanggaan dari klien kami di masa depan. 

Menurut saya dan kawanan jagal lain, waktu paling ideal buat sunat adalah sekitar kelas 4-6 sekolah dasar. Anak sudah mengerti dia bakal diapain, anak paham bakal dipotong dan ada kemungkinan sakit. Maka dia bakal bersiap betul untuk proses sunatnya. Apalagi ada dorongan malu dari teman temannya yang sudah disunat.

Ingat para orang tua, jangan pernah memaksa! Memiliki bentuk titid yang keren dan ideal juga merupakan HAM bagi setiap insan pria.

Terakhir, ketangkasan jagal titid ditentukan oleh jam terbangnya. Mereka yang sudah percaya diri membuka klinik khitan, kemungkinan besar sudah sangat berpengalaman melakukannya. Puluhan hingga ratusan titid sudah jadi mahakarya mereka. 

Kini juga sudah banyak inovasi dalam melakukan khitan seperti hipno khitan, khitan klamp dan lainnya. Tenang, anjuran yang saya tulis di atas tidak saklek kok, kalau dirasa anak sudah cukup berani, ya sudah sunat saja. Jangan ragu. [red/jie]

Prima Ardiansah Surya, Dokter internship di Puskesmas Jenangan Ponorogo dan RSU Aisyiah Ponorogo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *