Para Pembangun Candi

Proses pembangunan candi dengan melalui tahap dalam kitab Manasara Silpasastra hanya terjadi pada masa lalu. Sedangkanproses pemugaran masa kini mengacu pada kaidah arkeologi.

Bangunan candi itu tampak menjulang tinggi. Dari pintu masuk di sebelah selatan, para pengunjung mengisi buku tamu di pos sebelah kiri. Lantas, kami pun menyusuri jalan masuk untuk menuju ke candi. Bilik utama memiliki pintu masuk dari arah barat. 

Uniknya, ragam hias candi terpahat pada bagian atas. Sementara bagian tubuh masih belum sempurna. Bagian bawah bahkan masih polos, belum dihias sama sekali. Itulah sedikit gambaran tentang Candi Singosari.

Kala itu, saya masih duduk di kelas 1 SMP. Lokasi Candi Singosari hanya sekitar 2 km dari sekolah. Kunjungan itu dilakukan dalam rangka mendalami mata pelajaran sejarah. Itulah pertama kalinya saya mengunjungi candi.

Kunjungan selanjutnya ke candi adalah saat sekolah saya mengadakan study tour ke Candi Borobudur. Itu terjadi saat saya kelas 2 SMP. Sementara saat SMA, kunjungan ke candi tetap ke Candi Singosari. Saat saya kuliah di jurusan Sejarah, barulah saya berkesempatan berkeliling ke candi-candi yang terletak di Malang Raya dan Jawa Timur. Mulai dari candi Karang Besuki, Badut, Songgoriti, Jago, Kidal, Singosari, Sumberawan, Penataran, Bajang Ratu dan lainnya. 

Saat bekerja di Yogyakarta, barulah saya bisa menyaksikan The First High Rise Building in South East Asia, Candi Prambanan. Dan karena saya bekerja di lingkungan cagar budaya, maka beberapa candi di wilayah Yogyakarta pun masuk dalam daftar kunjungan. Ada candi Sari, Sambisari, Kalasan, Ijo dan sebagainya. 

Sementara itu, candi-candi di Jawa Tengah justru baru saya kunjungi setelah menikah. Seperti candi Plaosan, Sojiwan, Dieng dan Gedongsongo. Candi Sojiwan tampaknya sedikit spesial, karena berdekatan dengan rumah saya. 

Berkunjung ke candi memunculkan sejumlah pertanyaan dalam benak saya. Siapakah yang membangun candi? Bagaimana proses pembangunannya?

Pembangunan Candi 

Selama ini, dari cerita rakyat yang dikenal masyarakat, diyakini bahwa candi Prambanan dibangun oleh Bandung Bondowoso. Sementara arsitek dari Candi Borobudur adalah Gunadharma. Kedua cerita tersebut sangat menancap dalam benak masyarakat. 

Candi sebagai peninggalan arkeologi masa Jawa Kuno, memang menyisakan sejumlah misteri bagi masyarakat. Hal ini masih ditambah dengan masifnya sebaran candi di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sejumlah misteri yang dimaksud antara lain, waktu pembangunan, siapa yang membangunnya dan bagaimana prosesnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sering terlintas di benak masyarakat. 

Sejumlah studi pustaka menunjukkan, bahwa kitab Manasara Silpasastra adalah kitab yang menjadi acuan dari pembangunan candi. Berdasarkan kitab ini, tata cara pembangunan candi antara lain terdiri dari merencanakan bentuk candi, mencari lokasi untuk membangun candi, menguji tanah, menyiapkan tanah, membuat vastupurusamandala (denah suci), dan membuat denah. Dilanjutkan dengan menempatkan semua bagian sesuai rencana ruang pada mandala, serta pengerjaan fisik, seperti penumpukan batu dan membuat ornamen.

Tahapan-tahapan pembangunan candi tersebut harus dilakukan, karena candi memiliki fungsi penting. Fungsi candi pada masa Jawa Kuno adalah sebagai bangunan untuk memuliakan dewata atau tokoh yang telah diperdewa. Soekmono dalam bukunya Candi Fungsi dan Pengertiannya bahkan menegaskan bahwa candi bukanlah makam, melainkan bangunan kuil. 

Penentuan lokasi candi merupakan bagian yang sangat penting. Tanah yang menjadi calon lokasi candi terlebih dahulu harus dikaji secara mendalam oleh brahmana. Syaratnya, lokasi candi harus berada di tempat yang suci, keramat, tenang, dan jauh dari keramaian. 

Pembangunan candi juga melibatkan sejumlah profesi. Agus Aris Munandar dalam Keistimewaan Candi-Candi Zaman Majapahit menyebutkan, mereka adalah Yajamana (orang yang mempunyai gagasan, bisa jadi seorang raja atau tokoh lainnya), Sthapaka (ketua pendeta, pendeta senior yang mahir dalam ilmu bangunan suci), Sthapati (arsitek-perencana), Sutragrahin (ahli perhitungan teknis), Taksaka (ahli pahat: relief dan arca), dan Wardhakin (ahli hiasan arsitektural ataupun ornamental).

Keterlibatan profesi dan tahapan yang beragam menunjukkan bahwa pembangunan candi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Bisa jadi, pembangunan suatu candi tidak hanya berlangsung dalam satu periode kekuasaan seorang raja. Istilah kekiniannya kontrak tahun jamak (multi years contract).

Candi dengan segala misteri di baliknya adalah bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia di masa lampau. Setiap candi biasa dibangun oleh entitas politik yang berbeda. Candi yang berada di wilayah DIY dan Jateng diperkirakan sebagai hasil kebudayaan masa Kerajaan Mataram Kuno. Mereka dibangun pada rentang abad 8-9 Masehi. 

Sementara itu, Candi di wilayah Jawa Timur dibangun pada masa yang lebih muda, yaitu sekitar abad 10 sampai 14 Masehi. Masa ini dikenal dengan adanya sejumlah kerajaan, di antaranya masa Mataram Kuno era Pu Sindok, Kadiri, Singhasari dan Majapahit.

Seiring berjalannya waktu, sejumlah candi pun runtuh. Pun sejumlah candi yang saya ceritakan di atas, sejatinya saat ditemukan sudah tidak lagi utuh. Ada banyak faktor penyebabnya. Bisa karena bencana alam, ataupun ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya.

Candi-candi yang runtuh ini kemudian dipugar oleh pemerintah. Proses pembangunan candi dengan melalui tahap dalam kitab Manasara Silpasastra hanya terjadi pada masa lalu. Sedangkan proses pemugaran masa kini mengacu pada kaidah arkeologi. Karenanya, tidak semua candi bisa dipugar, khususnya candi-candi yang batu-batuannya banyak yang hilang. 

Candi-candi adalah bukti dari kemajuan peradaban masa klasik Hindu Buddha. Keberadaannya harus tetap kita lindungi dan lestarikan. Bagaimana caranya? Sederhana saja. Mari kita rajin mengunjungi candi.

Shinta Dwi Prasasti. Penyuka sejarah, arkeologi, dan heritage. Bekerja di Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X.

[red/sk]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *