Site icon ghibahin.id

Menyoal Fanatisme K-Pop dan Pengaruhnya

Esai

Foto oleh Wendy Wei dari Pexels

“Budaya K-Pop memiliki pengaruh kuat terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari selera musik, tampilan atau fashion, makanan, dan lain sebagainya.”

Pada tahun 2021 lalu para penggemar K-Pop digemparkan oleh salah satu brand makanan cepat saji yang melakukan kolaborasi dengan Bangtan Boys, atau lebih dikenal sebagai BTS. Saya melihat bagaimana para penggemar BTS ini benar-benar antusias untuk mendapatkan menu makanan kolaborasi tersebut. Bahkan media sosial pun juga dipenuhi dengan berita-berita dari menu makanan kolaborasi dengan BTS itu. 

Di sini saya bisa melihat bagaimana kuatnya sekelompok penggemar K-Pop dalam mempengaruhi media massa dan bagaimana mereka begitu menyukai boy group yang mereka dukung. Pengaruh mereka sangat besar dan terbukti restoran cepat saji tersebut mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat dalam penjualan menu kolaborasi dengan BTS.

***

Hadirnya K-Pop di Indonesia ini nyatanya telah melewati sejarah yang cukup panjang. Budaya K-Pop ini memiliki banyak ragam bentuk yang akhirnya sangat disukai oleh generasi muda kita, mulai dari drama televisi Korea, musik K-Pop, merek produk kecantikan, mode pakaian, dan bahasa. 

Karena maraknya akan kesukaan budaya dari Negeri Ginseng ini, maka budaya K-Pop ini juga dikenal sebagai Gelombang Korea atau Korean Wave. Korean Wave atau disebut juga Hallyu, adalah sebuah sebutan untuk budaya pop yang ada di Korea Selatan dan tersebar secara internasional, termasuk Indonesia.

Budaya K-Pop memiliki pengaruh kuat terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari selera musik, tampilan atau fashion, makanan, dan lain sebagainya. Musik dari budaya Korea yang paling banyak dikenal adalah musik bergenre pop, yang biasa disebut dengan Korean pop atau K-Pop. 

K-Pop sendiri identik dengan adanya girlband dan boyband yang merupakan sekumpulan perempuan maupun laki-laki yang berada di bawah suatu manajemen atau agensi. Beberapa contoh girlband dan boyband Korea antara lain Super Junior, Blackpink, EXO, TWICE, ITZY, NCT, Treasure, serta Bangtan Boys (BTS) yang akhir-akhir ini sedang populer.

Kesenangan seseorang terhadap idola atau sebagai fans kerap kali menimbulkan berbagai dampak negatif maupun positif. Fans seringkali dihubungkan dengan fanatisme. Menurut Mutaali dan Prastiti (2019), fanatisme dapat diartikan sebagai suatu keyakinan terhadap objek fanatik yang sering dikaitkan dengan sesuatu atau rasa senang yang berlebihan pada suatu objek, di mana sikap fanatik ini biasa ditunjukkan melalui antusiasme terhadap objek yang ekstrem, emosi, minat yang berlebihan dalam waktu lama, serta seringkali menganggap hal yang mereka yakini merupakan hal yang paling benar. 

Penggemar boyband maupun girlband seringkali mendapatkan anggapan negatif dari masyarakat. Mereka dipandang terlalu mengagung-agungkan sang idola dan dalam hal ini menganggap budaya Korea lebih unggul dibandingkan yang lain, bahkan budaya Indonesia sendiri. 

Mereka dengan bangga menirukan tarian-tarian atau dance dari girlband maupun boyband kesayangan mereka. Hanya sedikit kawula muda yang bangga akan tarian tradisional sebagai identitas dan budaya bangsa sendiri. Keadaan ini cukup memprihatinkan dan dapat berakibat pada lunturnya budaya asli suatu negara. 

Selain itu, perilaku fanatisme penggemar K-Pop juga dapat mendorong mereka untuk melakukan berbagai hal, seperti berusaha untuk meniru idola mereka, menyukai secara berlebihan sebagai penggemar, membeli bermacam pernak-pernik idola dan membeli kaset/album melampaui kemampuan ekonomi mereka, serta rela melakukan berbagai hal untuk mendukung sang idola. 

Hal tersebut juga dapat mendorong ke pengaruh negatif berupa pemborosan. Fans rela menghambur-hamburkan uang untuk membeli album, pernak-pernik, dan berbagai hal lain yang jumlahnya tidak murah dengan kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. 

Fanatisme terhadap suatu idola juga dapat menyebabkan keinginan untuk memiliki bahkan “halu” secara berlebihan. Sering kita temui, terutama pada kawula remaja wanita, yang mengaku sebagai pacar bahkan istri dari sang idola mereka. Hal ini dinilai cukup wajar jika hanya digunakan sebagai bahan bercanda, namun memiliki dampak negatif jika berlebihan.

***

Namun, menjadi penggemar idol maupun menjadi bagian perkumpulan fans atau fandom juga memiliki berbagai dampak positif. Dampak positif bagi diri sendiri yaitu segala sesuatu yang diyakini dan disukai akan memberi rasa cinta, kasih sayang, keinginan untuk bertahan dan semangat hidup yang lebih pada seseorang.

Selain itu, sekumpulan orang dengan idola yang sama dapat menimbulkan keterikatan tersendiri dan ada rasa untuk saling merangkul satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat menciptakan rasa solidaritas, toleransi, saling menghargai, saling tolong menolong, dan saling mendukung, sehingga dapat mengurangi adanya potensi konflik sosial dalam masyarakat.

Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarsih (2016), bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara fanatisme atau kecintaan terhadap idola dengan solidaritas yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi fanatisme maka semakin tinggi juga tingkat solidaritas antaranggota. 

Kebersamaan dan keterikatan tersebut juga dapat mendorong lahirnya inovasi dan ide-ide positif yang tidak hanya berdampak pada internal komunitas, namun juga dapat berdampak luas kepada masyarakat.

Aghest Vita Melati, mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Memiliki hobi di bidang musik dan tertarik pada dunia ekonomi dan bisnis. 

[red/rien]

Exit mobile version