Site icon ghibahin.id

Manajemen Perjalanan Liburan Keluarga

Esai

Foto oleh Yulianto Poitier dari Pexels

“Mengaitkan fungsi manajemen dengan liburan adalah hal yang sangat absurd bagi sebagian orang. Padahal dengan kemampuan me-manage liburan dengan baik tentunya akan menghasilkan liburan yang menyenangkan.”

Lebaran telah lama berlalu. Cuti bersama yang diberikan pemerintah juga telah habis digunakan untuk liburan bersama keluarga. Setelah dua tahun tidak ada cuti bersama saat lebaran, tentunya lebaran tahun ini semua keluarga ingin melakukan liburan bersama dan pergi ke tempat wisata di sekitar bahkan ke luar kota. Namun masih ada beberapa tanggal merah yang bisa menjadi long weekend dan bisa dimanfaatkan menjadi liburan bersama.

Liburan bersama kali ini memberikan pembelajaran kepada saya bahwa melakukan perjalanan bersama dengan keluarga, membutuhkan pengetahuan dan pengalaman khusus berkaitan dengan fungsi manajemen, yang biasanya diterapkan dalam dunia kerja.

Apalagi jika ada anggota keluarga juga terdapat kelompok rentan seperti lanjut usia, penyandang disabilitas, bayi dan ibu hamil. Liburan keluarga dengan kelompok rentan membutuhkan skill manajemen dari penanggung jawab liburan. 

Mengaitkan fungsi manajemen dengan liburan adalah hal yang sangat absurd bagi sebagian orang. Padahal dengan kemampuan me-manage liburan dengan baik tentunya akan menghasilkan liburan yang menyenangkan. Apalagi saat cuti bersama, liburan akan dipenuhi banyak orang, yang berdatangan dari segala tempat. 

Sehingga bukan tidak mungkin terjadinya penumpukan orang-orang di tempat wisata yang dituju. Apalagi jika kita menggunakan moda transportasi umum, kemampuan mengelola jadwal liburan sangat penting dilakukan untuk menghindari kita dari liburan di jalan karena terjebak macet atau terdampar di terminal. 

Perjalanan liburan saat lebaran tahun ini, merupakan pertama kalinya bagi keluarga kami. Biasanya kami akan berlebaran dengan keluarga masing-masing, atau jika ada yang mudik maka kami berlebaran di kampung.

Tetapi tahun ini, ibu kami ingin kami liburan ke luar kota. Kami adalah lima bersaudara, bisa dibayangkan bagaimana repotnya mengurus rombongan berjumlah 22 orang dari bayi sampai lansia. Dengan adanya manajemen liburan di bawah ini, setidaknya untuk lebaran berikutnya, kami tidak kalang kabut dan bisa berlibur dengan nyaman.

#1 Perencanaan 

Setiap hal yang ingin dicapai membutuhkan perencanaan yang matang. Perencanaan ini terdiri atas: menyusun jadwal keberangkatan, metode keberangkatan, aktivitas di lokasi dan kepulangan. Perencanaan juga berkaitan dengan siapa yang bertanggung jawab tentang hal tertentu. 

Berhubung kami berwisata yang memakai ferry untuk menyeberang, kami juga harus merencanakan proses penyeberangan: siapa yang memakai ferry penumpang (atau yang disebut “kapal cepat”) dan siapa yang harus bertanggung jawab. Karena di antara penumpang kapal cepat ada kelompok rentan tadi, yaitu penumpang lanjut usia yaitu ibu kami, ibu menyusui dan bayi, serta seorang adik penyandang disabilitas. 

Kemudian, menentukan siapa yang bertanggung jawab menjaga anak-anak yang masuk dalam rombongan di “kapal lambat”. Kapal lambat ini termasuk juga kendaraan yang ikut menyeberang ke pulau. Para bapak sebagai penanggung jawab kendaraan alias supir, tidak bisa diberi tugas untuk menjaga rombongan kedua, walaupun berada di dalam kapal yang sama.

Menjaga anak-anak yang berada di dalam kapal juga membutuhkan tenaga ekstra karena anak-anak mempunyai keinginan dan energi yang besar. Sehingga anak-anak biasanya meminta izin untuk berkeliling di kapal. Hal-hal seperti ini perlu dibahas dalam perencanaan. 

Perjalanan liburan bersama keluarga hampir sama dengan perjalanan rombongan kantor atau sekolah. Bedanya hanya pada keteraturan pesertanya saja. Jika rombongan resmi, seperti kantor atau sekolah, peserta akan menuruti semua instruksi penanggung jawab, mengatur peserta liburan keluarga apalagi anak-anak tidak semudah mengatur rombongan resmi. Membuat perencanaan secara detail tentunya mempermudah dan memberi kenyamanan bagi semua peserta liburan. 

#2 Penganggaran

Penganggaran untuk liburan adalah poin kedua yang sama pentingnya dengan perencanaan. Perencanaan tanpa anggaran, liburannya hanya stay at home. Demikian juga sebaliknya, ada anggaran tanpa perencanaan, itu hanya terjadi pada orang-orang kaya, bukan pada level kita. 

Akan lebih mudah jika liburan bersama ditanggung oleh satu pihak saja. Tetapi demi kesenangan bersama, menentukan jumlah besaran dana liburan lebih baik ditentukan sejak awal. Karena sudah dapat dipastikan bahwa pengeluaran kecil saat berada di lokasi akan terjadi, terutama adalah anak-anak yang merengek, meminta uang jajan kepada masing-masing orang tua.

Tetapi biasanya, anak-anak jika di atur oleh bukan orang tuanya lebih nurut. Dan kami memakai sistem seperti itu. Saat si bungsu saya merengek minta jajan yang di luar kebiasaan, maka tante dan omnya yang akan menjelaskan. Walaupun hasilnya adalah memasang muka cemberut, tetapi masalah tidak akan diperpanjang lagi. 

#3 Tempat Menginap

Memastikan tempat menginap sesampainya di lokasi wisata juga penting menurut saya. Sebelumnya, kami pernah mengambil liburan saat lebaran tanpa perencanaan. Saat sampai ke lokasi ternyata hotel sudah penuh. Yang masih tersisa hanya satu kamar president suite room, dengan harga yang fantastis untuk ukuran kami. 

Karena jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, akhirnya kami terpaksa mengambil kamar itu, dengan meminta tambahan ekstra bed. Dalam kondisi kepepet, para pria dan anak laki-laki yang sudah agak besar tidur di mobil bersama para ayah. 

Berdasarkan pengalaman tersebut, liburan kali ini kami sudah mencari tempat menginap yang ramah lansia dan ramah anak lebih dulu. Setelah seharian capek berkeliling, sesampainya di homestay kita dapat beristirahat dengan nyaman. 

#4 Menentukan Jadwal Keberangkatan dan Kepulangan

Agar tidak terjebak dengan kemacetan dan antrian, menentukan jadwal keberangkatan dan kepulangan perlu dipertimbangkan sebelumnya. Saat liburan kemarin kami mengorbankan jadwal silaturahmi ke keluarga besar. 

Kami berangkat pada pagi hari kedua lebaran, untuk menghindari antrian kendaraan masuk ke kapal penyebrangan. Walaupun demikian ternyata mobil tetap harus masuk ke dalam antrian kapal pada malam hari sebelum keberangkatan. Agar bisa sama dengan keberangkatan penumpang. 

Saat kepulangan juga menjadi prioritas. Mobil sudah ditempatkan pada antrian masuk ke kapal, dengan perhitungan keberangkatan besok paginya. Jadi pada saat kami kembali ke kota, kami masih melihat antrian orang yang ingin menyebrang ke Pulau Sabang. Melihat berita bahwa antrian mobil yang ingin menyeberang ke Sabang sangat ramai, saya membayangkan bagaimana nasib orang-orang yang terjebak macet di jalanan menuju lokasi wisata. 

Demikianlah pengalaman me-manage liburan bersama a la keluarga kami. Semua merasa senang. Tidak kelelahan karena terjebak dengan kemacetan dan antrian. Kunci dari berlibur nyaman terletak pada manajemennya. Manajemen bukan hanya tepat untuk diterapkan dalam dunia kerja, tetapi juga dalam segala lini kehidupan kita termasuk liburan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang ingin liburan bersama keluarga.

Risnawati Ridwan, Ibu rumah tangga yang nyambi jadi abdi negara.

[red/rien]

Exit mobile version