Lebay-nya Penamaan Acara TV Kita

“Kualitas sebuah acara televisi tidak cukup hanya dengan nama acaranya yang keren.”

Keseharian kita tak terlepas dari televisi. Sekalipun belakangan, kehadiran Netflix dan aplikasi sejenis membuat sebagian orang mulai beralih dari siaran televisi, namun tetap saja, kita tidak dapat benar-benar putus hubungan dengannya. 

Terlebih-lebih bagi mereka yang tinggal di pedesaan, menonton televisi masih menjadi salah satu hiburan yang paling diminati. Minimnya tempat hiburan di desa mungkin menjadi salah satu alasan kenapa televisi masih digandrungi.

Bahkan di sebagian tempat, televisi masih menjadi barang mewah. Suatu waktu, saya pernah bertugas di sebuah desa terpencil. Nama desa itu Sanggaran II. Untuk menuju ke sana butuh waktu sekitar lima jam naik sepeda motor dari ibu kota kabupaten Doloksanggul. Di desa itu hanya ada satu keluarga saja yang memiliki televisi. Saban malam, rumah itu selalu disesaki warga.

Namun, dari sekian banyak acara televisi yang ada saat ini, tidaklah semuanya menyajikan tontonan yang mendidik bagi para pemirsanya. Ada banyak anak yang otaknya “diracuni” oleh sinetron yang mereka tonton. 

Apa yang mereka lihat di televisi mereka kira benar-benar terjadi di dunia nyata. Mereka, lalu menirunya dalam keseharian mereka. Lambat laun, pola pikir mereka berubah. Begitu pun karakter, gaya hidup, dan pola pergaulan mereka turut berubah. 

Bukan hanya itu sebenarnya. Pun penamaan sebagian besar acara televisi yang ada saat ini, menurut saya, juga rasa-rasanya “kurang mendidik”. Sebab alih-alih memakai bahasa Indonesia, ada banyak nama acara televisi yang justru menggunakan bahasa asing. Bahkan TVRI, televisi milik pemerintah itu, ikut-ikutan latah menamai beberapa acaranya dengan bahasa Inggris.

Setiap akhir pekan, TVRI memiliki sebuah acara yang mereka beri judul: “VOA Reportase Weekend”. Kenapa tidak diganti saja dengan “Reportase Akhir Pekan VOA”, misalnya. Ada pula acara “Komedi Bikin Happy”, “Canda of the Day” yang tayang setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Bukankah lebih baik jika seandainya dinamai dengan: “Komedi Bikin Riang” dan “Canda Hari Ini”?

Di beberapa stasiun televisi swasta, bahkan hampir seluruh acaranya dinamai dengan bahasa Inggris. Sebutlah “Prime Time News”, “Top News”, “Headline News”, “Soccer Time”, “Football Inside”, “News or Hoax”, “Food Story”, “Indonesia Update”, dan masih banyak lagi, yang menurut saya sudah cukup membuktikan betapa acara-acara televisi kita sangat tidak “nasionalis”.

Memakai Bahasa Indonesia

Lalu, apakah nama acara televisi berbahasa Inggris tidak boleh? Boleh. Dengan catatan, seluruh rangkaian acaranya juga menggunakan bahasa asing. Jika ada salah satu atau beberapa stasiun televisi yang berani melakukannya, menurut saya, hal itu justru sangat baik. Selain menambah pilihan bahan tontonan bagi penonton, juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa asing para pemirsanya.

Namun, menjadi terasa sangat janggal ketika sebuah nama acara televisi menggunakan bahasa asing namun seluruh acaranya justru berbahasa Indonesia. Jika demikian, lalu apa pentingnya mesti menamai sebuah acara dengan bahasa asing? Untuk menarik perhatian pemirsa agar sebuah acara itu terkesan berkualitas? Menurut saya tidak selamanya begitu. Kualitas sebuah acara televisi tidak cukup hanya dengan nama acaranya yang keren.

Sebab akan sia-sia sebuah nama yang keren tanpa dibarengi dengan konten yang berkualitas. Atau sebaliknya, sebuah nama yang biasa-biasa saja malah akan menjadi terasa begitu “wah” jika ternyata acaranya berkualitas. 

Artinya apa? Nama sebuah acara tidaklah menjadi satu-satunya ukuran. Namun muatan acaranyalah yang terpenting. Maka benarlah apa yang pernah disampaikan oleh William Shakespeare sang pujangga kenamaan itu: “Apalah arti sebuah nama?” 

Jadi, sebaiknya nama acaranya pakai bahasa Indonesia saja. Kita mesti bangga memiliki bahasa Indonesia. Dan wujud kebanggaan itu, salah satunya dengan memakai bahasa Indonesia sebagai nama acara siaran televisi. 

Sebab, setidaknya, hingga saat ini, televisi masih menjadi salah satu media yang paling efektif untuk mengkampanyekan sesuatu. Dan ketika seluruh stasiun televisi kompak menamai acaranya dengan bahasa Indonesia, bahasa Indonesia akan tetap lestari, makin dicintai rakyat, bahkan kian dikenal dunia internasional. 

Hermanto Purba, Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Pakkat, Humbang Hasundutan.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *