Kegiatan Membaca Bareng-Bareng Outdoor Adalah Kegiatan Literasi yang Nggak Mutu

“Membaca itu dibentuk dari kebiasaan. Dan, pastinya nggak akan ada kebiasaan membaca kalau dilakukan di tempat yang panas-panas dan penuh keramaian.”

Dari berbagai kegiatan literasi di berbagai instansi, membaca bareng-bareng outdoor adalah kegiatan literasi paling nggak mutu.

Berlomba-lombanya berbagai instansi hingga kepala daerah menunjukkan selebrasi kesadaran literasi warganya sebenarnya, ya bukan sebuah pertunjukan yang negatif. Biasanya, selebrasi ini dalam rangka merayakan suatu momen, semisal hari buku, hari literasi atau momen saat ditunjukkannya peringkat dunia tentang kondisi literasi kita.

Habis itu, kita kan mencoba membuat semacam pledoi atau bergerak secepat mungkin untuk menunjukkan bahwa peringkat itu tiada benarnya. Atau setidaknya kita segera berupaya untuk meningkatkan peringkat literasi kita.

Memamerkan baca buku bareng-bareng di lapangan, GOR sampai balai kota adalah cara tercepat menunjukkan pada dunia bahwa sesungguhnya warga negara ini suka membaca.

Dari sekian kegiatan literasi, sesungguhnya banyak macamnya dan sudah dilaksanakan di beberapa tempat. Semisal dengan berlomba-lomba nulis buku bareng, mengikuti pelatihan penulisan hingga mengadakan pameran buku lintas daerah. Ya tapi yang paling gampang dipamerkan itu kan baca buku bareng-bareng di tengah lapangan atau outdoor yang luas sekali sampai bisa menampung orang hingga ratusan.

Ya tapi tetap saja, dari sekian banyak kegiatan literasi, membaca buku bareng-bareng outdoor adalah kegiatan literasi paling nggak mutu. Bagaimana nggak mutu kalau kegiatan literasi ini hanya diselenggarakan demi mengangkat nama instansi atau daerah tertentu tanpa ada faedahnya pada dunia literasi. 

Nggak percaya?

Sebagai bukti, saya bisa kasih tiga alasan utama. Pertama, Membaca buku bareng outdoor itu kegiatan yang nggak ada baca bukunya. Saat berpuluh-puluh orang berkumpul di lapangan atau balai kota hingga alun-alun, sulit rasanya jika menyuruh mereka untuk membuka buku dan membacanya. 

Dalam kondisi sekitar yang penuh orang, belum ditambah dengan suasana yang panas di bawah matahari yang terik dan tentunya berisik, membaca menjadi kegiatan yang sangat tidak menyenangkan. 

Saat kumpul-kumpul begitu tentu enaknya ya ngobrol sambil ngemil. Ngapain baca buku coba? Apalagi biasanya kita akan datang bersama rombongan lainnya. Sudah suasananya ramai, panas, jelas hal yang paling enak dilakukan adalah minum es sambil ngobrol, bukannya baca buku. 

Ya paling acara membaca ini selesai pada saat foto-foto pengambilan gambar saat peserta membuka buku dan kelihatan membaca. Setelah itu, sebagian besar waktu dipakai untuk ngobrol dan ngemil.

Kedua, membaca buku itu ya enaknya di tempat yang nyaman. Membaca buku bareng outdoor, mana tempatnya terbuka dan panas jelas tidak akan membuat aktivitas membaca nyaman. 

Saat berkumpul di tempat yang luas, banyak orang berkumpul ditambah semisal suasana panas karena terik matahari, kegiatan membaca yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah membaca baliho atau membaca status di media sosial. 

Kegiatan membaca buku itu akan lebih baik jika dilakukan di tempat yang hening, tenang dan nyaman. Bisa juga ditambah sambil ngopi, sambil menikmati ruang tertutup ber-AC, atau boleh juga di outdoor tapi ya tetap yang cozy lah.

Ketiga, membaca bareng-bareng outdoor itu sama sekali tidak akan meningkatkan kemampuan literasi kita. Ya dari mana bisa meningkat kalau yang dilakukan cuma kumpul-kumpul bersama dan panas-panasan bersama di lapangan luas. Percayalah, kegiatan semacam ini tidak lantas akan meningkatkan ranking PISA (Programme for International Students) negara kita yang masih berada di peringkat 74 dari 79 negara.

Kemampuan literasi itu ya dibangun dari kegemaran membaca sehari-hari yang pastinya membaca betulan, bukan membaca sekedar pamer buat difoto atau divideo saat bersama-sama. Ya lucu saja kan, kalau tiba-tiba selebrasi membaca bareng di lapangan dilihat panitia PISA kemudian dipikir bisa langsung membuat rangking pemahaman literasi bangsa kita naik. Ya enggak lah.

Membaca itu dibentuk dari kebiasaan. Dan, pastinya nggak akan ada kebiasaan membaca kalau dilakukan di tempat yang panas-panas dan penuh keramaian. Semakin membaca dilakukan di tempat tenang, ya semakin isi bacaan bisa diserap dengan baik. Jadi kegiatan membaca bareng di tempat-tempat luar dan panas itu sungguh kegiatan yang jauh bisa dikatakan bermutu. 

Hanifatul Hijriati. Seorang guru, tinggal di Sragen.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *