Katanya Teman, tapi Sukanya Silent Treatment

“Silent treatment sering membuat korbannya merasa lebih buruk daripada seorang penjahat.”

Bukan hanya pernikahan saja yang mengenal istilah “pasang surut”. Ternyata, pasang-surut ini berlaku juga dalam hubungan pertemanan. Pertemanan adalah suatu hubungan baik yang terjalin antara satu atau dua individu, atau lebih. Harapannya tentu saja ada yang bermanfaat dari hubungan tersebut. Baik itu dengan saling support, saling percaya, hingga saling jadi tempat curhat.

Tetapi faktanya, pertemanan yang katanya bak rumah tangga, tidak selalu adem ayem tentrem. Hubungan pertemanan jaman sekarang, kalau kres tidak seperti 5 atau 10 tahun lalu. Saat itu, kalau ada yang tidak sreg, langsung saja temannya diajak ketemu. “Ayo ketemu, duduk dulu, kita ngobrol.” Bukankah sebaiknya seperti itu, kan?

Kondisi sekarang ini sudah jauh berbeda. Jika ada permasalahan, terutama soal sudut pandang atau miskomunikasi, sebagian orang malah cenderung balik badan. Memilih diam, padahal hubungan pertemanannya sedang dalam keadaan tegang. Seperti dalam perang dingin, dua kubu yang berseteru tidak terlibat dalam aksi jambak-menjambak atau pukul-memukul, tetapi justru saling diam.

Silent Treatment dalam Pertemanan 

Sikap mendiamkan ibarat meninggalkan seseorang secara tidak langsung. Yang bersangkutan dengan sengaja menghentikan komunikasi, tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Silent treatment atau pendiaman adalah bentuk pengabaian secara sengaja kepada orang terdekat. Orang terdekat ini misalnya teman, pasangan, atau keluarga. 

Mereka yang melakukan tindakan silent treatment, pada umumnya beralasan bahwa hal itu adalah bentuk pertahanan diri. Sebetulnya sedang mempertahankan diri dari apa, sih? Saya sendiri kurang paham juga. Menurut saya, semua masalah itu sebaiknya dibicarakan. Jadi, sampai kapan pun, saya tidak akan pernah setuju dengan alasan ini. 

Alasan yang lain katanya, “untuk menghindari konflik, biar enggak ada keributan.” Memang, faktanya tak semua orang bisa mengelola konflik dengan baik, contohnya ya si pelaku silent treatment itu sendiri. 

Pelaku silent treatment menghindari konflik, sebab mereka merasa terganggu dengan adanya konflik. Tetapi saya anggap itu hanya alasan yang sok diplomatis saja. Menurut saya, si pelaku pada dasarnya memang tidak mampu merespon masalah dengan baik. 

Adu pendapat yang mengatakan bahwa pelaku melakukan silent treatment sebagai cara menghindari perdebatan yang secara sadar tidak dapat ia menangkan. Dalam hal ini, silent treatment pun menjadi senjata pamungkasnya untuk menghukum lawan. 

Senjata andalan orang yang nggak gentleman, yang suka mengajak kita main tebak-tebakan atas apa yang ia rasakan. Sudah seperti kuis berhadiah saja., padahal tidak ada hadiahnya, alias zonk

Silent Treatment Adalah Salah Satu Bentuk Kekerasan Emosi

Ketika orang sedang memiliki masalah dengan temannya, ada yang langsung bersikap seperti berhadapan dengan asing. Bersikap seolah tidak lagi saling mengenal, dan diam seribu bahasa. Tidak ada usaha untuk mengklarifikasi pokok permasalahannya, sok jual mahal, dan selalu minta dijapri duluan. Dalam hubungan pertemanan, tentu saja ini bukan pertemanan yang sehat.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa “diam itu emas”. Padahal sebenarnya, diam saat sedang ada masalah itu sama saja seperti melancarkan aksi kekerasan emosi. Kapan silent treatment ini menjadi salah satu bentuk tindakan kekerasan emosi? Tentu saja saat seseorang melakukan cara ini, dengan tujuan untuk menguasai orang lain agar menuruti apa yang ia inginkan. 

Silent treatment juga menjadi cara yang dilakukan oleh pelakunya untuk unjuk kekuatan. Kekuatan ini bertujuan untuk mengontrol si individu, supaya menuruti pelaku. Silent treatment juga sebagai bentuk pengabaian keberadaan seseorang yang sedang terlibat konflik dengan si pelaku. Mengabaikan teman, dengan alasan bahwa teman itulah sumber masalah. Padahal belum tentu murni salah si teman juga, bisa jadi malah si pelaku ini dari awal memang sudah bermasalah. 

Bayangkan jika si pelaku silent treatment ini tadinya adalah teman nongkrong, teman jalan, dan teman cerita apa saja. Kemudian suatu ketika, lantaran ada masalah, ia dengan sengaja mengabaikan temannya. Kelakuan seperti ini hanya bikin trauma. 

Sikap mendiamkan, atau silent treatment, mampu membuat seseorang merasa tidak berharga. Diabaikan dalam waktu yang tak ditentukan kapan selesainya itu, bisa membuat si teman merasa kebingungan. Tak hanya bingung, silent treatment bisa mengakibatkan orang menjadi frustasi. 

Silent treatment sering membuat korbannya merasa lebih buruk daripada seorang penjahat. Tindakan ini berpotensi membunuh karakter dan merusak harga diri si korban, jika dilakukan secara terus menerus. Silent treatment merupakan bentuk manipulasi, sekaligus pelecehan emosional yang bertujuan menghukum seseorang. Sehingga salah atau tidak salah, si teman ini akhirnya meminta maaf kepada si pelaku. 

Pertanyaannya, kamu punya teman yang temperamennya begini nggak? Kalau punya, sebaiknya mulai hari ini kalian tinggalkan saja. Ingat, diri kita ini berharga. Sedangkan orang yang berperilaku pasif-agresif selalu ingin mengontrol orang lain tanpa terkecuali, agar menjadi tepat seperti yang ia inginkan.

Tidak mudah memang, untuk menjadi sosok teman atau pasangan yang ideal. Mulai sekarang nggak ada kamus enak nggak enak, atau iba dan merasa kasihan. Langkah apa yang harus kamu lakukan, kalau ada teman yang suka silent treatment? Tinggalkan! Unfollow, remove friend, dan block saja tanpa ba-bi-bu.

Arum Abygail, Perempuan Biasa yang Senang Menulis

[red/sk]

One thought on “Katanya Teman, tapi Sukanya Silent Treatment

  1. Saya perlakuan silent treatment, ulasan ini benar adanya. Tapi kalau Kita berbuat dengan ‘teman’ tapi dia tidak berbuat baik balik Dan cenderung tidak menghargai. Bahkan memandang rendah, silent treatment adalah hukuman yg tepat untuk dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *