Site icon ghibahin.id

Jalani Dengan Perlahan Agar Kisahmu Happy Ending

ghibahin

Photo by Asad Photo Maldives: https://www.pexels.com/photo/man-and-woman-holding-hands-walking-on-seashore-during-sunrise-1024960/

“Betul jika dibilang bahwa nggak ada pasangan yang sepenuhnya cocok. Namun pada kenyataannya memang ada pasangan yang lebih mudah cocok dibanding yang lain.”

Saya pernah bangun kesiangan, padahal hari itu ada kelas pagi. Alhasil saya harus bersiap-siap dengan terburu-buru. Saat sudah keluar rumah hendak berangkat, barulah saya sadar ada buku catatan yang tertinggal. Akhirnya saya harus masuk lagi ke dalam rumah.

Saya rasa cerita ini relevan dengan pengalaman banyak orang. Barangkali bukan buku yang ketinggalan, melainkan dompet atau hal penting lain. Namun saya rasa kita bisa sepakat bahwa terburu-buru itu biasanya tidak menguntungkan.

Buru-buru terkadang bisa membawa hasil baik, apalagi bagi para mahasiswa seperti saya yang suka sistem kebut semalam, hehehe. Menurut saya, kalau sudah mepet deadline, ide justru gampang bermunculan.

Namun dari banyak perspektif, terburu-buru bisa membuat kita gagal melihat esensi atau hal-hal yang pokok. Dalam hidup ini, ada hal-hal yang memang jangan diburu-buruin. Dalam hal relationship misalnya. Kalau hanya barang kecil yang tertinggal, masih tidak apa-apa. Namun bagaimana kalau “kecocokan” yang tertinggal?

Betul jika dibilang bahwa nggak ada pasangan yang sepenuhnya cocok. Namun pada kenyataannya memang ada pasangan yang lebih mudah cocok dibanding yang lain. Karena itu, kita perlu mengenal pasangan dengan baik. Ibarat baju berwarna hitam atau putih, tentu akan mudah dipadukan dengan baju warna lain. Sedangkan baju yang warna warni dan coraknya ramai akan lebih sulit dipadu-padankan.

Nah, soal cocok atau tidaknya kan memang harus dijalani, dicoba, dan disesuaikan. Semua itu perlu waktu, dan tidak bisa diburu-buru. 

Dalam perkara sederhana seperti terlambat ke sekolah, tentu kita harus terburu-buru. Namun jika salah memilih pasangan, masa kita buru-buru menikah lantas buru-buru bercerai juga? Menikah dan bercerai itu kan butuh biaya, dan tidak bisa dibayar pakai daun. Jadi lebih baik kita berpikir dalam-dalam terlebih dahulu. Pasalnya, kebodohan dan kebodohamatan itu mahal harganya.

Belakangan ini, tren ‘ayang-ayangan’ sudah merasuki masyarakat Indonesia. Terutama para remaja, yang konon kalau tidak diinstruksikan kekasihnya untuk makan, maka ia tidak akan makan. Remaja-remaja yang sedang dimabuk cinta dan terlalu terobsesi ingin memiliki ‘ayang’ ini, sering terburu-buru dalam menjalin suatu hubungan. Sehingga mereka tidak menyadari jika hubungan mereka sedang berada di fase yang tidak sehat. Seperti lirik lagu Judika, “kita sedang mempertahankan hubungan atau hanya sekedar menunda perpisahan”. 

Layaknya konsep “nasi sudah menjadi bubur”, maka yang datang adalah penyesalan. Dan hubungan yang dijalani karena terburu-buru seringkali berakhir menjadi toxic relationship.

Berkaca dari kasus-kasus selebriti, dan bahkan orang-orang di sekitar kita yang hanya bertahan dalam suatu hubungan selama beberapa bulan saja, tentunya yang menjadi salah satu faktor adalah ketidakcocokan. Maka kata yang keluar setelahnya adalah “putus!” Bukannya mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, tapi malah saling menyakiti.

Konsekuensi dari ketidakcocokan adalah tidak adanya saling dukung dalam suatu hubungan. Jika pasanganmu melihat setiap pencapaian sebagai kompetisi, artinya keadaan sudah berubah menjadi toxic. Dan kamu pasti merasa tidak didukung lagi oleh pasanganmu ketika ingin mencapai hal atau prestasi tertentu.

Terburu-buru membuat kita belum mengenal emosi satu sama lain. Jika terjadi suatu masalah, seringkali dan salah satu pihak tidak mau bercerita dengan jujur, dan malah meluapkan emosi dengan marah-marah. Tentu saja hal semacam ini membuat hubungan menjadi renggang, dan tidak ada lagi rasa percaya akan satu sama lain.

Maka kesimpulannya, tidak usah terlalu buru-buru. Umurmu sudah matang dan sudah waktunya menikah? Nggak apa-apa. Keindahanmu bukan karena kamu punya pasangan kok, kamu single pun tetap indah. 

Kamu indah bukan karena siapa yang menggandeng kamu, melainkan karena kamu memang sungguh-sungguh indah. Kebetulan yang menciptakan kamu juga indah, dan punya selera yang bagus. Kamu indah karena kamu adalah ciptaan-Nya yang sangat berharga.

Satu hal yang perlu kita percaya adalah: waktu Tuhan pasti yang terbaik. Ia pasti akan memberikan yang terbaik sesuai dengan harapan kita. Dari yang bisa kita lihat bersama, saya sadar betul bahwa telat menikah lebih baik dari pada salah pilih pasangan. Jadi santai saja. Jalani saja kehidupanmu, tekuni profesimu. Yuk, cari uang yang banyak!

Gresya Agustina Tampubolon, mahasiswi di salah satu universitas swasta di Palembang.

[red/sk]

Exit mobile version