Forgiveness, Obat Mujarab Bagi Hati yang Terluka

ghibahin

Riset juga menunjukkan bahwa orang yang memaafkan akan memperoleh ketenangan hidup yang lebih tinggi dengan adanya penurunan emosi kekesalan, benci, permusuhan, perasaan khawatir, marah, bahkan depresi.

Ada yang ingat kasus Ade Sara? Belakangan ini, di TikTok dan mungkin juga platform lainnya, kasus mengenai Ade Sara kembali menjadi perbincangan. Hal ini membuat saya mengingat lagi kisah cinta yang berujung tragis tersebut. Kejahatan luar biasa yang disebabkan oleh hal biasa ini membuat orang tua Ade Sara sangat terpukul dengan kepergian anak semata wayang mereka. 

Wanita yang bernama lengkap Ade Sara Angelina Suroto ditemukan meninggal dunia di Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta KM 49 pada tanggal 5 Maret 2014. Ade Sara sebelumnya telah hilang sejak tanggal 3 Maret 2014. 

Ade Sara merupakan seorang mahasiswi di Universitas Bunda Mulia dengan jurusan Psikologi. Belakangan diketahui bahwa Ade Sara telah dibunuh oleh kedua temannya yang bernama Hafitd dan Assyifa yang saat ini dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. 

Yang menjadi sorotan adalah kedua orang tua Ade Sara telah memaafkan para pelaku, sehingga membuat banyak orang trenyuh dengan keikhlasan hati mereka..

Memaafkan orang lain terdengar mudah, tapi sulit untuk dilakukan. Ditambah lagi, kejadian yang terjadi pada keluarga Ade Sara bukanlah hal yang mudah untuk diterima dengan lapang dada. 

Saat kita disakiti oleh orang lain, pasti akan ada rasa marah, kecewa, kesal, rasa ingin membalas, bahkan mengutuki orang tersebut. Hal ini merupakan hal yang wajar dan normal dirasakan manusia. Adanya rasa kehilangan orang yang kita cintai tentu saja akan membuat keadaan mental menurun, secara psikis maupun psikologis.

Para ahli psikologi memberikan pengertian forgiveness (pengampunan, pemaafan) secara luas. Menurut pendapat Enright, forgiveness merupakan kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tak acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil, pada sisi lain menumbuhkan perasaan iba, kasih sayang, dan kemurahan hati terhadap orang yang telah menyakiti hatinya tersebut.

Dalam interview dengan yesHEis Indonesia, orang tua Ade Sara mengatakan bahwa mereka sangat terpukul karena tidak pernah membayangkan kalau anak mereka akan dipanggil Tuhan terlebih dahulu. 

Ayah Ade Sara mengatakan bahwa jika orang tua yang dipanggil duluan, maka anak tetap ada masa depan. Namun jika anak yang dipanggil duluan, maka tidak ada lagi masa depan bagi orang tua. Dengan pengertian bahwa tidak ada lagi yang ingin dicapai, kehilangan motivasi dan semangat hidup satu-satunya bagi mereka. 

Kita pasti pernah mendengar bahwa orang tua hidup untuk anak. Maka, sebagai seorang anak kita menjadi suluh motivasi bagi orang tua kita masing-masing. Sekeras itu badai yang menerpa orang tua Ade Sara saat kejadian tersebut.

Pada awalnya orang tua Ade Sara menolak untuk bertemu dengan pelaku, apalagi setelah tahu bahwa pelaku adalah teman dari Ade Sara. Para pelaku sudah melakukan hal yang keji terhadap putri tercintanya. Namun dalam beberapa wawancara, ibunda Ade Sara mengatakan bahwa ia mengenal prinsip kasih di dalam agamanya. 

Ada ayat alkitab yang mengatakan, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius, 5: 44). Orang tua Ade Sara mengamini ayat tersebut dengan memaafkan para pelaku pembunuhan anak mereka.

Di dalam memaafkan kita membuang atau meninggalkan sesuatu yang negatif sekaligus menumbuhkan sesuatu yang positif. Akan terasa sangat sakit ketika kita belum ikhlas untuk memaafkan namun sudah dipaksa keadaan untuk memaafkan. 

Memaafkan Diri Mendamaikan Hati

Memaafkan adalah ketika mencabut sendiri pisau dari badan kita dan tidak menggunakannya untuk menyakiti orang lain seperti orang lain menyakiti kita. Ketika memaafkan, maka orang tersebut meninggalkan kemarahan, kebencian, sakit hati, meninggalkan penilaian negatif, meninggalkan perilaku menghindar, meninggalkan perilaku acuh tak acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya secara tidak adil.

Ada berbagai manfaat yang baik bagi diri sendiri ketika kita memaafkan. Menurut Worthington dan Scherer, manfaat yang dapat diterima secara langsung mempengaruhi ketahanan dan kesehatan fisik dengan meningkatkan sistem kekebalan pada sel dan neuroendocrine, membebaskan antibodi, dan mempengaruhi proses sistem saraf pusat. 

Riset juga menunjukkan bahwa orang yang memaafkan akan memperoleh ketenangan hidup yang lebih tinggi dengan adanya penurunan emosi kekesalan, benci, permusuhan, perasaan khawatir, marah, bahkan depresi. Seorang yang memaafkan mampu mengendalikan dirinya dengan baik dan hal ini menghentikan dorongan untuk membalas dendam.

Memaafkan bukan untuk orang yang lemah, memaafkan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang kuat. Mereka ibarat berlian yang telah melewati pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi, lalu melalui penumbukan dengan kekuatan yang sangat keras selama milyaran tahun. Nah, selain membawa dampak positif bagi kehidupan, ternyata ada berbagai manfaat yang bisa kita dapatkan dari memaafkan. 

Sudah siap memaafkan, bestie?

Carla Fiona Maranatha, pejuang cuan yang hobi jajan.

[red/yes]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *