Site icon ghibahin.id

Foreplay Mandiri: Solusi untuk Kemandirian Perempuan

ghibahin

Photo by Dainis Graveris: https://www.pexels.com/photo/fingers-on-melon-3773665/

“Kalau pasangan Anda tipe yang langsung tubruk seperti ini, sebaiknya anda mempersiapkan diri sendiri dengan foreplay mandiri saja. Agar, kalau pasangan anda langsung cus, anda nggak kecewa.”

Semua manusia pada dasarnya sama, ingin kebutuhannya terpenuhi. Begitu juga dalam soal seks. Bukan hanya laki-laki yang menginginkan kepuasan, perempuan pun menginginkannya. Sayangnya, selama ini pemenuhan kebutuhan akan seks yang memuaskan seolah hanya menjadi milik laki-laki. Wanita nggak berhak memperoleh kepuasan seks, bahkan ada yang menganggapnya tabu kalau seorang perempuan menuntutnya.

Dalam khotbah pernikahan, jarang sekali disinggung soal hak perempuan yang ini. Bahkan sebenarnya, hampir nggak ada hak perempuan yang disinggung di dalam khotbah itu. Isinya memang lebih banyak tentang pemenuhan hak si lelaki. Khotbah itu seolah meneriakkan, “Hai kamu wanita, jadilah kamu istriku dan objek pemuas nafsuku.”

Meski nggak semua pengkhotbah begitu sih. Ada juga pengkhotbah yang paham bahwa wanita juga manusia yang kebutuhannya sama dengan lelaki.

Sebenarnya, namanya kebutuhan nggak bisa dipisah-pisahkan begitu. Perempuan kan manusia yang punya kebutuhan juga, hanya gendernya saja yang berbeda. Perempuan juga bisa horny, bisa terangsang, bisa haus belaian dan kasih sayang, bisa juga berfantasi tentang seks yang gila-gilaan.

Di negara-negara yang sudah lebih terbuka, soal seks yang memuaskan kedua belah pihak ini bukan hal yang tabu untuk dibicarakan. Meski bukan berarti semua wanita di sana bisa orgasme, tetapi mereka lebih berani menyuarakan kebutuhan mereka akan hal ini.

Hal itu nggak berlaku di sini, seks masih dianggap tabu. Banyak perempuan yang akhirnya memilih diam dan mengalah. Jarang banget ada perempuan yang berani menyuarakan kebutuhan seksnya. Mereka sering merasa malu untuk mengungkapkan. Ya, sudahlah, nggak apa-apa nggak puas juga, asal nggak dihakimi sebagai perempuan murahan atau perempuan nggak baik, begitulah pikiran yang muncul.

Entah sejak kapan munculnya ad-hominem bahwa perempuan yang menuntut hak atas seks yang memuaskan, dianggap menjadi perempuan murahan dan perempuan nggak baik. Keduanya kan nggak berhubungan. Perempuan yang minta dipuasin di ranjang nggak selalu melakukan perbuatan nggak benar. Masak cuma minta  orgasme saja dicap perempuan murahan. Heu…

Kalau suaminya sayang, baik, dan paham bahwa perempuan juga membutuhkan seks yang memuaskan, sang suami akan berusaha memenuhi kebutuhan itu. Sayangnya, suami yang seperti ini populasinya masih sangat sedikit. Masih kalah jumlahnya dibandingkan dengan jumlah populasi motor di Indonesia.

Hal ini bisa juga terjadi karena laki-laki nggak tau orgasme perempuan itu seperti apa. Laki-laki seringkali berpikir bahwa kalau dirinya sudah ejakulasi, perempuannya juga sudah orgasme. Padahal nggak selalu begitu.

Tapi ketidakpuasan dalam hubungan sex ini juga bukan hanya salah si lelaki. Banyak perempuan yang masih menganggap sex hanya sekedar melaksanakan kewajiban. Udah gitu nggak mau usaha dengan memperbaiki komunikasi dengan suami. Ya setidaknya cari carilah, gimana biar suami paham kalau istrinya itu juga ingin meledak berkeping-keping dalam orgasme yang menghancurkan jiwa.

Aduh, kok lebay ya…

Makanya, kepuasan wanita dalam kehidupan seks itu bukan hanya tanggung jawab lelaki, tapi juga tanggung jawab si perempuan sendiri. Masa mau puasnya doang tapi nggak mau usaha? Bukankah Tuhan juga sudah berfirman agar manusia itu berusaha? Soal berhasil atau tidak, itu urusan nanti. Yang penting usaha dulu.

Untuk itu, perempuan perlu memahami bahwa untuk bisa orgasme nggak dibutuhkan penetrasi yang lama. Asal penis bisa bertahan selama 5-10 menit, itu sudah cukup untuk membuat perempuan orgasme. Jadi para pria nggak perlu beli obat kuat kecuali memang ada penyakit yang membuat mereka ejakulasi dini. Kelamaan penetrasi akibat penis yang tegang terus karena obat kuat malah bisa membuat vagina lecet. Jelas nggak nyaman banget itu bagi wanita. Bukannya dapat orgasme, malah jadi sebel sama pasangan!

Sebenarnya, kunci orgasme pada perempuan ada di foreplay atau pemanasan. Hal ini sudah sering dibahas oleh konsultan seks, tapi sering diabaikan. Kalau foreplay-nya bagus, nggak perlu waktu lama untuk membuat wanita orgasme. Nah, soal foreplay ini nggak harus nunggu lelaki yang melakukannya. Perempuan pun bisa melakukan foreplay sendiri. Usaha dikitlah, toh nanti yang ngerasain nikmatnya juga kamu sendiri.

Bagaimana cara foreplay mandiri? Banyak caranya. Misalnya membaca novel erotis, menstimulasi alat kelamin mandiri, atau membayangkan adegan-adegan yang nanti ingin dilakukan ketika senggama dengan suami. Ah, masak cuma bayangin doang bisa bikin horny sih?

Bisa dong, karena seks itu bukan cuma soal tubuh, “tapi juga pikiran”. Justru pikiran ini punya peranan yang besar. Imajinasi dalam seks itu sangat diperlukan. Seorang perempuan yang mengelus-elus dan meraba-raba telapak tangannya sendiri sambil membayangkan adegan erotis bisa lebih terangsang daripada dicium suaminya lho. Kalau nggak percaya, silakan dicoba.

Entah kenapa makhluk bernama laki-laki itu sering nggak sabaran, main tubruk aja kayak ayam jantan. Gak peduli ayam betinanya masih ingin dipeluk dan disayang-sayang, dia udah nggak sabaran aja ingin menyerang. Nah, disinilah pentingnya peranan foreplay mandiri. Kalau pasangan Anda tipe yang langsung tubruk seperti ini, sebaiknya anda mempersiapkan diri sendiri dengan foreplay mandiri saja. Agar, kalau pasangan anda langsung cus, anda nggak kecewa.

Kalau pasangan anda tipe yang mau memberi kepuasan ke istri, Anda tetap perlu melakukan foreplay mandiri. Kenapa? Karena kalau anda terangsang hebat, anda akan bisa lebih total dalam senggama. Ini akan membuat anda melupakan rasa malu dan segan sehingga senggama juga akan terasa lebih menyenangkan.

Percaya deh, laki-laki itu suka perempuan yang binal di tempat tidur, bukan perempuan yang malu-malu. Kalau nggak, buat apa mereka menjelajahi situs porno yang menyajikan adegan seks vulgar? (red/pap)

Luluk Choiriyah, penulis tinggal di Tangsel

Exit mobile version