Burnout di Kalangan Mahasiswa dan Cara Mengatasinya

Istilah-istilah yang berkaitan dengan kesehatan mental setahun belakangan ini sedang marak, misal burnout, healing, insecure, overthinking, anxiety, dll. Istilah tersebut dipakai oleh banyak orang, khususnya anak muda untuk mengekspresikan apa yang sedang mereka lakukan atau rasakan. 

Salah satu istilah yakni burnout acap kali terdengar. Sebenarnya burnout itu apa sih? Burnout menurut kamus psikologi Amerika diartikan sebagai kelelahan fisik, emosional atau mental, disertai dengan penurunan motivasi, penurunan kinerja dan sikap negatif pada diri sendiri dan orang lain.

Istilah burnout sering sekali dipakai oleh para pekerja khususnya pekerja kantoran yang memiliki beban kerja yang luar biasa berat. Eits, tapi nggak cuma pekerja saja lho yang bisa merasakan burnout, mahasiswa juga bisa. Berikut adalah 5 alasan mengapa mahasiswa juga bisa merasakan burnout.

#1 Tugas. Tugas. Tugas

Sama seperti pekerja kantoran maupun pekerja lainnya yang memiliki banyak tugas, mahasiswa pun sama. Para mahasiswa, khususnya semester atas pastinya “muak” banget deh sama yang namanya tugas yang menggunung. Kondisi ini menjadi salah satu faktor kelelahan bagi para mahasiswa baik dari segi fisik, emosional atau mental. Kalau para pekerja takut pada atasan jika tidak bisa menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik mahasiswa pun sama. Resiko dimarahi dosen dan nilai jeblok menghantui mereka kalau tugas-tugas tersebut tidak selesai dikerjakan. 

#2 Deadline yang seram

Kalau berbicara tentang tugas perkuliahan pasti identik sama deadline yang cukup sadis–diberi tugas pagi hari, eh siang atau sore hari sudah harus dikumpulkan. Belum lagi jika tugas tersebut harus direvisi dan menuntut para mahasiswa untuk memperbaiki dalam waktu yang singkat. Kondisi ini mirip-mirip sama para pekerja yang juga menghadapi deadline yang sadis. Rasanya capek dan stress, kan? 

#3 Kondisi pertemanan di lingkungan kampus

Sudah jadi rahasia umum kalau pertemanan di kampus itu kadang melelahkan secara emosional. Entah karena kurang cocok ataupun adanya drama-drama kecil di dalamnya. Hal ini membuat mahasiswa menjadi lebih lelah dan apabila dibarengi dengan alasan-alasan lainnya  bisa jadi bikin burnout. 

Mahasiswa khususnya semester awal seakan mendapat “tuntutan” untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Hal ini, untuk beberapa orang menjadi sebuah kesulitan karena terbatasnya skill bergaul dengan orang lain, ujung-ujungnya malah jadi beban emosional tersendiri deh.

#4 Relasi buruk dengan dosen

Nah, kalau tadi berbicara tentang relasi pertemanan, nggak afdol rasanya kalau kita nggak membahas hubungan dengan dosen.  Semua mahasiswa pasti sepakat membangun relasi baik dengan dosen itu gampang-gampang susah. 

Apalagi dengan dosen yang cukup berumur, karena kita harus bertindak lebih hati-hati dalam berinteraksi dengan mereka. Hal ini kadang menjadi suatu poin minus tersendiri bagi para mahasiswa apalagi kalau sudah dicap buruk oleh dosen.  Bisa-bisa jadi overthinking banget deh! Akibatnya  jadi burnout karena merasa tidak cukup baik dalam merawat relasi dengan dosen.

#5 Nilai yang kurang memuaskan

Bagi mahasiswa yang perfeksionis, perkara nilai ini tentunya akan menjadi suatu hal yang cukup sensitif apalagi kalau biasanya mahasiswa tersebut selalu mendapatkan nilai yang tinggi. Ketika ia mendapat nilai yang kurang memuaskan dan tidak sesuai ekspektasi pasti akan menjadi sebuah kekecewaan dan memunculkan sikap negatif mulai dari menyalahkan diri sendiri hingga orang lain. 

Nah, itulah dia 5 alasan mengapa mahasiswa juga bisa merasakan burnout. Kemudian langkah apa sih yang harus diambil dalam menyikapi fenomena burnout yang dialami oleh mahasiswa ini? 

Jawabannya adalah Sohib mungkin bisa mencoba untuk mengurutkan prioritas agar tugas dan deadline dapat selesai tepat waktu. Kemudian Sohib juga diharapkan untuk memberikan apresiasi kepada diri sendiri sekecil apapun tugas ataupun hal yang dilakukan dalam dunia perkuliahan. Dan, jika SoHib merasa butuh bercerita maka jangan sungkan untuk bercerita ke orang yang SoHib percayai atau mungkin tenaga profesional seperti psikolog.

Terakhir, jangan lupa untuk tetap menjaga keseimbangan dalam hidup. Sebagai manusia kita juga perlu mengambil waktu untuk beristirahat sejenak, tidak ada yang salah dengan beristirahat sejenak seperti kata orang bijak, Kita cuma manusia biasa dan bukan tugas kita untuk terus terjaga dan memenuhi ekspektasi semua orang. Salam sehat mental untuk Sohib semua!

Bella Agustina, mahasiswa yang suka jajan dan jalan.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *