Site icon ghibahin.id

Beberapa Alternatif Alasan Menolak Hari Valentine Selain Haram

Love

Foto dari Pixabay

“Argumen pelarangan hari Valentine belum menunjukkan adanya inovasi. Alasan masih berputar pada argumen yang itu-itu saja.”

Argumentasi para komunitas anti Valentine seputar perayaan hari spesial ini dari dulu belum menunjukkan adanya perubahan. Pernyataan haram ini sesungguhnya juga beralasan karena hari Valentine banyak digunakan untuk membuka pada akses pergaulan bebas. Eh, tapi kan hari Valentine itu hari kasih sayang untuk semua?

Baiklah, sekarang coba kita runut dulu sejarahnya. Saya mengambil sejarah hari Valentine ini dari beberapa sumber. Pada tanggal 14 Februari 278 Masehi, seorang pendeta Roma bernama Valentine, dipukuli dan dipancung. Alasannya adalah karena pendeta itu telah melanggar perintah kaisar yaitu Claudius II. Sang kaisar memiliki ambisi untuk selalu menang dalam pertempuran. 

Karena itu, sang kaisar ingin memperkuat bala tentara. Namun, banyak tentara yang tidak mendapat persetujuan dari istri atau kekasihnya. Alhasil, kaisar membuat aturan pelarangan pernikahan. Pendeta Valentine melanggar aturan itu dengan menikahkan pasangan muda. Karena peristiwa ini, setiap tanggal 14 Februari dirayakan dengan hari Valentine atau kasih sayang. Nah, maka bisa dipastikan bahwa hari Valentine lebih dikhususkan untuk pasangan.

Unsur pengharaman hari Valentine ini sendiri karena sejarahnya tentu berasal dari luar agama Islam. Selain itu, ritual perayaan tidak bisa dilepaskan dari hubungan lawan jenis yang bisa menimbulkan hubungan intim larinya ke perzinaan. Oh, tentunya pasti mengarah ke dosa. Sehingga demi menyelamatkan generasi bangsa dari pergaulan bebas, hari Valentine haram hukumnya.

Akan tetapi, argumen pelarangan hari Valentine belum menunjukkan adanya inovasi. Alasan masih berputar pada argumen yang itu-itu saja. Karena itu, saya memberikan alternatif alasan lain selain haram untuk melarang perayaan hari Valentine.

  1. Pemborosan

Meskipun untuk merayakan hari Valentine kita tidak perlu mengundang banyak orang dengan pesta dangdutan layaknya orang punya hajatan, ya tetap saja kan mengeluarkan uang. Setidaknya kita perlu membeli coklat atau satu buket bunga untuk pacar. Ini juga jika pacar kita berkenan, lha kalau pacar mintanya dibeliin yang lebih, kan tekor uangnya. Ah, cuma coklat, diskonan pula! Ya, tapi bukankah menabung lebih baik, kawan? Uang buat beli coklat atau bunga tadi bisa jadi lebih berharga untuk membeli yang lebih bermanfaat, buku misal, atau perlengkapan alat sholat untuk ngelamar pacar. 

Sudah banyak perayaan yang cukup mengeluarkan uang. Semisal ulang tahun pacar, hari jadian sampai hari pertama kenal. Jika ditambah hari Valentine, bisa kebayang nggak sih betapa banyak anggaran yang harus dikeluarkan untuk perayaan hari spesial sama pacar selama satu tahun. Jadi sudah betul, hari Valentine sebaiknya tidak perlu dirayakan.

  1. Hari Valentine Adalah Perangkap para Fuck Boy

Bukan tanpa alasan banyak akhirnya yang memanfaatkan hari Valentine untuk mengucapkan cinta. Tapi jangan salah, justru momen ini bisa dipakai oleh jajaran fuck boy untuk menggaet sasarannya. Mereka hanya sekedar memanfaatkan momen untuk taruhan.

Untuk yang lebih ekstrim lagi, para jajaran fuck boy ini bisa bertaruh untuk hal yang lebih besar lagi misal kencan dengan hubungan fisik yang lebih dalam. Ya habis itu, ya sudah. Lha wong cuma taruhan. Mereka bukan mau menjadikan pacar secara serius. Sudah jelas, hari Valentine harus tidak dirayakan.

  1. Hari Valentine adalah Bentuk Diskriminasi pada Kaum Jomblo

Meskipun sering didengungkan jika hari Valentine itu wujud kasih sayang pada siapapun, menurut sejarahnya hingga ritualnya, tidak bisa dilepaskan jika memang hari Valentine itu hari kasih sayang untuk pasangan. Dan kenyataannya, perayaan ini dipakai untuk tukar kado sama pacar, atau kasih hadiah untuk pacar. Lha yang jomblo ngapain?

Jika hari Valentine memang diperuntukkan untuk pacar, kekasih atau yang sudah menikah berarti suami atau istri, maka para jomblo tidak akan bisa turut merayakannya. Bayangkan, di saat banyak voucher belanja atau makan di restoran bersama pasangan, jomblo tentunya tidak bisa menikmati privilese semacam ini. Belum lagi tawaran-tawaran promo wisata yang hanya ditujukan untuk pasangan, jomblo tidak bisa menikmati fasilitas serupa. Di saat teman menghabiskan hari Valentine bersama pacar, sebagai jomblo ya cuma di rumah aja gigit jari.

Hari Valentine tidak memberi tempat pada kaum jomblo. Jelas, karena perayaan hari Valentine adalah bentuk diskriminasi pada kaum jomblo, sebagai bentuk solidaritas maka hari Valentine tidak boleh dirayakan. Toh kalau mau pacar-pacaran, atau kencan bisa cukup pakai waktu di malam Minggu. Nggak harus ada hari spesial untuk pacaran.

Inovasi atas argumen pelarangan hari Valentine semakin ke sini, sebaiknya harus semakin berkembang agar tidak melulu berkutat pada argumen lawas. Iya nggak, Mblo? [red/jie]

Hanifatul Hijriati, penulis tinggal di Sragen.

Exit mobile version