4 Pelajaran dari Perjalanan Ustaz Fauzan Naik Sepeda ke Makkah

ghibahin

‘’Kalau harus menunggu punya yang bagus-bagus, sedikit dong yang punya kesempatan.”

Sosok Muhammad Fauzan belakangan menjadi perbincangan karena tekad kuatnya melaksanakan perjalanan dari Magelang-Jawa Tengah menuju kota Makkah dengan berbekal mengendarai sepeda. Kegigihan pria berusia 28 tahun tersebut telah dibuktikan dengan durasi perjalanan selama 7 bulan yang dimulai sejak bulan November 2021. 

Tak terlihat neko-neko, tercermin dari setiap tutur katanya pada saat berbincang dengan kami (suami dan saya). Tergambar jelas bahwa kader Muhammadiyah ini adalah pribadi yang kuat pada tujuan mulianya untuk beribadah di kota suci, meskipun cara yang ditempuh terbilang sangat berani dan jarang dilirik banyak orang. 

Bertemu dengan Ustadz Fauzan secara langsung membuahkan berbagai macam pengetahuan anyar, dan empat hal berikut adalah di antaranya.

#1 Segera Tunaikan Niat Baik

Sebelum keberangkatannya menuju kota suci Makkah dengan bersepeda, pemuda kelahiran Magelang tahun 1993 tersebut telah melakukan berbagai upaya agar bisa mencicipi manisnya berada di tempat kelahiran Nabi. Berbekal ijazah yang dimiliki, diketahui sudah dua kali Ustaz Fauzan mengirimkan aplikasi beasiswa untuk berkuliah di sebuah kampus di Arab Saudi. 

Namun masih perlu diupayakan lagi, karena diketahui aplikasi beasiswa pria yang juga merupakan alumni Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan konsentrasi magister Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah tersebut belum mendapatkan pengumuman yang sesuai harapan. Maka menurut cerita yang bersangkutan, bersepeda merupakan jalan ninjanya untuk mengobati rasa rindu tanah suci.

Niatnya bersepeda ternyata bukan rencana yang telah disusun lama oleh Ustaz Fauzan. Ilham untuk mengayuh kendaraan beroda dua dan akan melewati jarak tempuh ratusan kilometer didapatkan hanya dua minggu sebelum keberangkatan.

Oleh karenanya, tak perlu menunggu waktu lama, selepas mendapat dukungan dari istri, restu kedua orangtua dan mertua, Ustaz Fauzan memutuskan untuk berlatih bersepeda keliling kota Pare dengan berbekal sepeda pinjaman dari seorang tetangga. 

Setelah dianggap cukup waktu berlatih, Ustaz Fauzan memutuskan untuk membeli sepeda bekas yang lebih dikenal dengan sepeda Federal demi cita-citanya menuju Makkah.

#2 Tidak Menunggu Punya yang Terbaik

Suatu malam ketika ada perbincangan non-formal di depan toko Cianjur Riyadh seorang teman berseloroh, ‘’Saya tidak percaya diri bersepeda dengan club sepeda, sepeda yang mereka gunakan mahal-mahal harganya.’’

Dari kalimat seorang teman tersebut Ustaz Fauzan menimpali dengan jawaban yang cukup menggugah bagi yang belum memiliki cukup percaya diri, ‘’Kalau harus menunggu punya yang bagus-bagus, sedikit dong yang punya kesempatan. Sepeda yang saya pakai sepeda Federal ini, bukan yang harganya mahal.’’

Sepeda Ustaz Fauzan adalah kendaraan berbahan besi dengan berat sekitar 25 kilogram, kemudian jika ditambah dengan beberapa perlengkapan, muatan tersebut mencapai sekitar 50 kilogram. Tentu bukan beban yang ringan mengayuh sepeda dengan kontur jalan yang beragam membawa muatan demikian dan menempuh jarak yang sangat jauh.

Beberapa kali saat kami menemani Ustaz Fauzan bersepeda dengan anggota club sepeda, beberapa mencoba sepeda Ustaz Fauzan, dan mereka yang telah terbiasa dengan sepeda yang dimilikinya menyampaikan jika bersepeda dengan sepeda yang dimiliki Ustaz Fauzan bukan perkara mudah. 

#3 Persiapkan Keahlian untuk Bertahan di Perjalanan

Perjalanan darat dengan bersepeda bukan seperti yang diperkirakan orang-orang sebelumnya, berbiaya ringan. Tidak. Biaya yang dibutuhkan cukup banyak, bahkan total angka rupiahnya melampaui biaya haji per jamaah angkatan tahun 2022 ini.

Namun yang berbeda menurut Ustaz Fauzan, ketika melaksanakan perjalanan dengan bersepeda, dana yang dibutuhkan bisa dicicil. Sembari bersepeda melewati kota dan negara yang berbeda, Ustaz Fauzan tak hanya bersantai melakukan satu perjalanan saja, namun juga tetap beraktivitas sebagaimana biasanya. Mengajar online bahasa Arab dan menerapkan keahliannya untuk terapi bekam bagi yang membutuhkan tetap jadi rutinitas secara profesional sembari menempuh rute 80 kilometer setiap harinya. 

#4 Selalu Riang Gembira

Penampilannya yang sederhana tak mengurangi pembawaannya untuk tetap riang gembira. Hal tersebut kami lihat dari tiap waktu pertemuan Ustaz Fauzan dengan berbagai kolega baik sesama warga Indonesia di Arab Saudi atau dengan teman-teman baru asli Saudi di Riyadh. Tak dapat dihindari, setiap orang yang bertemu dengan Ustaz Fauzan dan mengetahui kisahnya akan langsung minta berfoto dan mengobrol panjang. Meskipun terlihat cukup lelah secara fisik karena kurang istirahat pada waktu tertentu, Ustaz Fauzan tetap melakukan perbincangan dengan ramah dan riang gembira. 

Belajar dari perjalanan Ustaz Fauzan menimbulkan warna baru dan optimisme tinggi tentang keinginan atau cita-cita yang ingin ditempuh. Hal itu mengingatkan kita kepada untaian kalimat Man Jadda Wa Jada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. 

Anis Fuadah Z. Penulis puisi, pendiri Yayasan Anis Badrus Jaya Inisiatif, Pengajar di UIN Jakarta, domisili di Riyadh Arab Saudi. 

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *