CURHAT: Beda Keyakinan

Beda Keyakinan

Hai Mbah Ghibah, perkenalkan namaku Na Hee Do dan suamiku Baek Yi Jin. Curhatan saya tak ada hubungannya dengan suami saya, tapi saya mau pamer aja kalau suami saya itu Baek Yi Jin. Jangan protes ya Mbah, anggap saja namaku dan suamiku begitu. Hahaha.

Oke langsung saja ya Mbah. Kemarin kan sempat ramai soal nikah beda agama, laki-lakinya beragama Kristen dan perempuannya beragama Islam. Jujur saja, saya sangat toleran dengan pernikahan tersebut. Saya sama sekali tidak mempermasalahkan dan tidak pula menentang. Saya yakin mereka sudah memikirkan matang-matang tentang pernikahan tersebut. 

Namun permasalahan menjadi berbeda ketika hal tersebut terjadi pada keluarga saya. Meskipun saya tinggal di Korea Selatan, namun saya tetanggaan sama Ayana Moon. Iya, selebgram yang terkenal di Indonesia karena menjadi mualaf itu. Nah, kami sekeluarga juga beragama Islam Mbah. 

Yang jadi masalah kerabat dekat saya ternyata punya calon yang beragama Katolik. Saya jadi galau, padahal kalau orang lain saya bisa memahami, tapi ternyata berbeda jika itu terjadi pada keluarga saya. Bagaimana saya harus menyikapi hal ini, Mbah?

Na Hee Do, tinggal di Kroya Selatan agak ke timur belok utara dikit hadap barat.

*****

Salam, Na Hee Do.

Simbah suka sekali kalau ada tamu mancanegara mampir di lapak Simbah. Semoga Nak Na mendapatkan limpahan rezeki tanpa harus sedekah dulu. 

Simbah sering lho nonton drakor, dan satu hal yang sangat Simbah sayangkan di drama Korea itu. Mengapa sih wajah mereka mirip semua. Huh. Kan wajah Simbah jadi pasaran.

Simbah hari ini menonton film baru bersama cucu Simbah yang hobi mencari isolasi itu. Alhamdulillah, solasinya aman, dia nggak tahu kalau sudah Simbah sembunyikan di belakang baju dalam lemari.

Film itu berjudul Turning Red garapan Disney, Simbah, mah, ngikut cucu saja. Simbah juga merasa biasa saja. Cuma mungkin Simbah bakal nonton berkali-kali, sama cucu juga, tidak peduli juga dia nonton atau nggak.

Film ini mengisahkan gadis berumur 13 tahun yang secara tiba-tiba berubah menjadi panda merah raksasa saat tersulut emosi. 

Awalnya Meilin, gadis yang berubah menjadi panda merah itu tidak terima bahkan memarahi leluhurnya Sun Yi dan menganggap ini semua adalah kutukan. Namun, akhirnya dia mampu berdamai dengan kekurangan yang dia punya dan menjadikan panda merah bagian dari hidupnya.

Nak Na mau nggak Simbah kutuk jadi panda merah? Lumayan kan bisa dapat cuan main sirkus. Haha. Nanti Simbah siap bayar untuk swafoto.

Di akhir film itu, Simbah terngiang-ngiang dengan kalimat terakhir yang diucapkan Mei-mei, sapaan akrab Meilin Lee. 

“Aku merindukan suasana dulu. Namun, tidak ada yang tetap di dunia ini.”

Ya, tepat, semua berubah, Nak Na, tinggal kita saja siap atau tidak menghadapi perubahan. 

Simbah jadi ingat juga Jean Piaget, guru teori belajar Simbah. (Ah, kok jadi serius gini). Jika ingat namanya, entah kenapa badan Simbah pegal-pegal kayak ingin pijat.

Dalam schemata-nya, leluhur Simbah itu menekankan ada struktur pengetahuan yang cukup mengakar di otak manusia sehingga ketika dimasuki dengan pengetahuan baru membutuhkan proses yang cukup panjang. Mulai dari asimilasi hingga interiorisasi. 

Duh, kepala Simbah kok langsung cenut-cenut.

Nak Na yang baik, tentu pernikahan lintas agama adalah suatu hal yang baru di kehidupanmu. Tidak ada yang salah bila di awal perjumpaan dengan hal itu, Nak Na mengalami proses asimilasi, kebingungan yang kuat yang bahkan bisa memancing emosi. Itu wajar.

Sama seperti Meilin yang emosi saat pertama kali dia transformasi menjadi panda merah. Rasa bingung, tidak terima, dan tidak percaya pasti dirasakan meskipun Nak Na sudah mencoba membuangnya jauh-jauh.

Untuk menuju proses interiorisasi, penanaman pengetahuan yang baru, memang membutuhkan proses yang cukup lama. 

Tiba-tiba Simbah ingat, sering mengatakan hukum suatu ibadah yang tidak selalu wajib (Simbah tidak perlu menyebutkan ibadah apa, nanti gawat). Ketika orang lain praktek, Simbah biasa saja. Namun, saat Simbah mempraktekkannya sendiri ada keraguan yang tiba-tiba melanda Simbah. 

Kok bisa, ya, yang berpendapat saya, yang ragu juga saya. Kan aneh.

Tapi, akhirnya Simbah mulai terbiasa dengan pendapat Simbah sendiri. Dan akhirnya Simbah berhasil menjadi sigung. Duh, pengen Simbah kan panda merah.

Selamat berasimilasi Nak Na Hee Do.

Simbah, lelaki sepuh yang pernah saranghaeyo tapi balasannya sabarhiyoo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *