Analis Kesehatan, Pahlawan di Balik Layar

Ada banyak sekali profesi bidang kesehatan yang sering kita dengar, mulai dari dokter, perawat, bidan, hingga apoteker. Berbagai profesi tersebut mudah diingat karena pekerjaan mereka berhadapan langsung dengan masyarakat umum. Namun, ada satu profesi yang mungkin masih asing terdengar, yaitu analis kesehatan.

Meski terdengar asing, peran analis kesehatan sama pentingnya dengan berbagai profesi bidang kesehatan lainnya. Jadi, sebenarnya seperti apa sih analis kesehatan itu, dan apa sajakah perannya dalam dunia medis?

Profesi yang tak populer

Banyak orang (termasuk saya sendiri) yang belum mengenal profesi ini, dan mengira bahwa ia adalah bagian dari dokter atau perawat. Ketika mendengar istilah “analis kesehatan” untuk pertama kali, belum terbayang di benak saya bahwa analis kesehatan adalah jenis profesi yang banyak berkutat di laboratorium. Saya juga baru tahu kalau ada profesi yang secara khusus bekerja di laboratorium. Padahal, keberadaan profesi ini sudah ada sejak lama.

Analis kesehatan adalah bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dalam menganalisis berbagai jenis cairan dan jaringan tubuh manusia guna memberikan informasi yang relevan mengenai kesehatan individu maupun masyarakat. Tugas seorang analis kesehatan meliputi pengambilan spesimen yang berasal dari pasien, untuk kemudian dianalisis sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diperlukan.

Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, diketahui bahwa jumlah tenaga teknik biomedika di seluruh Indonesia yang mencakup profesi radiografer, elektromedis, analis kesehatan, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik seluruhnya berjumlah 32.308 orang. Jumlah ini terbilang rendah dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya, seperti keperawatan sebanyak 296.876 orang; kebidanan sebanyak 163.541 orang; dan kefarmasian sebanyak 38.829 orang.

Sebagai contoh, pada provinsi Nusa Tenggara Barat, jumlah ahli teknologi laboratorium medis atau analis kesehatan pada pertengahan tahun 2022 adalah sebanyak 1.262 orang dengan rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 1:23,5. Secara nasional, rasio antara analis kesehatan dengan 100.000 orang penduduk Indonesia masih dikatakan belum ideal, yaitu 1:18. Jumlah yang terbilang sedikit ini menjadi salah satu alasan mengapa profesi ini jarang diketahui. 

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan teknologi laboratorium medis atau analis kesehatan di Indonesia juga masih terbilang sedikit dan kalah populer dari jurusan kesehatan lainnya. Sedikitnya perguruan tinggi yang membuka program studi ini, dan jumlah lulusan yang sedikit, juga turut menyebabkan profesi ini jarang dikenal masyarakat. Sekali lagi, program studi ini kalah karena jurusan kesehatan yang populer sejauh ini didominasi oleh ilmu keperawatan atau ilmu kedokteran saja. 

Pendiagnosis penyakit

Salah satu alasan mengapa profesi analis kesehatan jarang dikenal atau sering disamakan dengan dokter atau perawat adalah karena masyarakat kurang memahami peran dan tanggung jawab yang dimiliki oleh analis kesehatan. Selain itu, faktor lain adalah kurangnya persebaran informasi mengenai peran analis kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun disebut-sebut sebagai profesi dibalik layar, profesi ini memegang peranan penting dalam mendiagnosis penyakit dan membantu dokter untuk mengembangkan pengobatan yang efektif. Seorang analis kesehatan melakukan pemeriksaan pada sampel pasien dan menganalisis spesimen tersebut untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang menggambarkan kondisi kesehatan pasien. Tindakan lebih lanjut kemudian dapat ditentukan oleh dokter dan perawat. 

Menurut riset, kurang lebih 70% tindakan medis seperti diagnosis, pembedahan atau operasi, pengobatan, ataupun terapi, ditentukan berdasar dari hasil laboratorium. Jadi, di balik keberhasilan pengobatan pasien juga terdapat peran penting analis kesehatan.

Tidak hanya itu, profesi ini juga harus berhadapan dengan resiko terpapar bakteri, virus, parasit, dan risiko lainnya. Inilah alasan mengapa profesi ini layak disebut sebagai pahlawan dibalik layar, meskipun perannya tidak terlihat nyata seperti Batman ataupun Superman yang langsung menindak kejahatan di layar kaca.

Ruang lingkup pemeriksaan analis kesehatan

Hal-hal yang menjadi ruang lingkup seorang analis kesehatan adalah melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan yang meliputi bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, parasitologi, toksikologi, kimia air, analisis makanan dan minuman, serta sitohistologi. Spesimen yang akan diperiksa oleh analis kesehatan terdiri atas spesimen klinis dan non-klinis.

Contoh spesimen klinis antara lain: darah, urin, tinja, sputum, pus, sperma, swab tenggorok, swab rectum, sekret (uretra, vagina, telinga, hidung, mata), cairan pleura, cairan bronkus, cairan asites, cairan otak, bilasan lambung, sumsum tulang, kuku, rambut, kerokan kulit, dan muntahan.

Namun, tidak semua spesimen manusia (klinis) diambil oleh seorang analis ataupun diambil di laboratorium. Cairan otak, misalnya, diambil oleh dokter spesialis. Sementara untuk spesimen nonklinis meliputi sisa makan, sisa bahan toksikologi, air, udara, makanan dan minuman, usap alat makan, alat masak, alat medis dan lain-lain.

***

Demikianlah secuil informasi tentang profesi analis kesehatan. Walaupun profesi analis kesehatan belum begitu dikenal oleh masyarakat, saya berharap bahwa keberadaan dan peran penting analis kesehatan akan semakin disadari oleh masyarakat di masa mendatang. Meskipun profesi analis kesehatan selalu dianggap sebagai sosok di balik layar, semoga semakin banyak orang yang tertarik untuk bekerja dalam bidang ini.

Oktafianus Hia, si paling anti-gabut, menulis mengurangi perasaan ambyar.

[red/bp]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *