Site icon ghibahin.id

Menggerakkan Anak agar Suka Membaca

ghibahin

sukamembaca

Kemampuan literasi (baca tulis) penduduk Indonesia sangat memprihatinkan. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 merilis hasil survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA), menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-8 terbawah dari 70 negara.

Karena itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) telah merancang “Peta Jalan Pembudayaan Literasi Nasional” dengan 3 lingkup sasaran, yakni Pembudayaan Literasi Keluarga, Pembudayaan Literasi Sekolah dan  Perguruan Tinggi, dan Pembudayaan Literasi Masyarakat.

Penyebab atau akar permasalahan dari rendahnya kemampuan literasi ini adalah karena biaya pendidikan di Indonesia sangat mahal dan kualitas mutu pendidikan belum merata. Hal lain, misalnya, mahalnya harga buku dan sangat sedikitnya perpustakaan yang tersedia di komunitas, sekolah, maupun perpustakaan nasional yang notabene bisa meminjamkan buku secara gratis.

Berikut ini akan dijelaskan strategi atau pendekatan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan kemampuan literasi dan memotivasi kesukaan membaca pada anak-anak. Dalam hal ini ada dua kelompok usia, yaitu anak kelompok balita (5 tahun ke bawah), kelompok pra sekolah, dan kelompok 6-10 tahun, kelompok sudah sekolah (TK, SD).

Untuk kelompok balita, yang paling berperan adalah orang tua atau orang dewasa yang tinggal di rumah. Sedangkan untuk kelompok usia 6-10 tahun, karena mereka sudah sekolah dan sudah berinteraksi dengan anak-anak di kelas, maka ada pengaruh peran dari guru dan teman-teman sekolahnya.

Membangkitkan motivasi ‘membaca’ itu gampang-gampang sulit. Ada anak yang secara naluri termotivasi, tanpa ada stimulasi dari luar, motivasi karena faktor endogen. Namun, ada anak yang memang tidak mudah termotivasi dan harus dibangkitkan atau dikondisikan agar mereka tergerak untuk suka membaca, motivasi karena faktor eksogen.

Mari kita lihat, apa saja yang bisa dilakukan orang tua dan orang dewasa di rumah dalam membangkitkan motivasi membaca anak-anak.

Bisa karena Biasa

Cara yang paling mudah membangkitkan motivasi (membaca) kepada anak-anak adalah dengan memberi contoh, motivate by examples. Karena itu memang tahapan usia kanak-kanak dalam proses belajar. Terutama pada kelompok balita. Mereka melihat dan meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang ada di lingkungan paling dekat, di rumah.

Menurut penelitian para ahli, anak mempunyai motivasi untuk ‘meniru’ orang dewasa karena beberapa alasan, antara lain: i) ada ketidakpastian akan kemampuan melakukan suatu tindakan; ii) untuk mengembangkan interaksi sosial; iii) keinginan untuk mirip orang tua; iv) hubungan emosi yang intense dengan orang tua; v) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, dengan menunjukkan kesukaan dan kebiasaan kita membaca, akan menular kepada anak-anak.

Bahkan, kita bisa mengajar bayi membaca sejak usia 6 bulan. Cukup dengan mengajaknya membaca dan menunjuk ke tiap kata yang kita baca. Bayi ini akan menangkap ‘kata’ sebagai ‘gambar’ dan disimpan dalam memori di otaknya. Ketika dia sudah bisa mengucapkan kata, maka kata atau kalimat di buku itu muncul instantly.

Bermain sambil Belajar

Anak-anak di usia balita berada di tahapan ‘bermain sambil belajar’. Mereka cepat bosan ketika ‘belajar’. Bukan karena tidak suka, tetapi karena mereka itu pembelajar yang cepat, fast learner, dan tidak mau mengulang-ulang sesuatu yang mereka sudah mengerti. Jadi, kegiatan membaca perlu dibiasakan dalam suasana bermain, bervariasi, dan dalam durasi yang pendek tapi sering frekuensinya. Menghadirkan teman bermain yang sebaya juga bisa meningkatkan motivasi.

Ini pengalaman saya belajar membaca. Sampai usia tujuh tahun, saya belum bisa membaca. Hal ini karena sampai kelas 3 SD, saya tinggal di keluarga yang tidak punya kebiasaan membaca. Pada saat itu, teman-teman di kelas satu SD sudah lancar membaca sebuah kata tanpa dieja. Sementara saya baru belajar merangkai huruf-huruf menjadi suku kata.

Memberi Keteladanan

Saya baru lancar membaca setelah kelas tiga SD, ketika kembali ke rumah orang tua. Saya sering memperhatikan Ayah membaca di rumah. Beliau membaca koran, buku, majalah, dan buku-buku tebal yang ada di rak bukunya. Saya sering duduk di dekat Ayah, ikut membaca koran. Mulanya hanya sekedar ikut membaca, belum tentu tahu maknanya.

Suatu ketika, masih kelas tiga SD, saya bertanya tentang suatu kalimat yang saya tidak paham maknanya. Saya membaca headline surat kabar ‘Memberi pancing lebih baik daripada memberi ikan’, begitu kira-kira kalimatnya. Ternyata itu sebuah peribahasa. Ayah menjelaskan artinya dan memberi contoh. Ini membuat saya paham, betapa pentingnya menuntut ilmu.

Sejak saat itu, saya rajin membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga kemampuan membaca saya semakin baik. Ini adalah faktor endogen. Dari situlah saya mulai tertarik membaca berbagai macam bacaan yang ada di rumah, koran, majalah, bahkan buku tebal yang ada di rak buku Ayah.

Motivasi Membaca

Orang tua di rumah juga bisa merangsang anak membaca secara tidak langsung dengan memberi hadiah buku, mengajak jalan-jalan ke toko buku, dan menciptakan atmosfir yang kondusif di rumah yang membuat anak-anak asyik dengan bacaan. Peran orang tua di rumah sangat penting dalam memberi motivasi kepada anak-anak.

Sebagai kesimpulan, memotivasi membaca memang sebaiknya dimulai ketika masih kanak-kanak, yaitu tahapan ketika anak suka meniru dan melakukan. Kemudian, dilanjutkan dengan memfasilitasi, menciptakan kondisi dan atmosfer yang kondusif, dan terakhir: memberi reward, seperti memberi hadiah buku. Tentu, perlu didekati dengan cara yang menarik dan menyenangkan (fun), sesuai dengan tahapan usianya.

Zaman sudah berubah. Anak-anak sekarang sudah terperangkap dengan gadget, bukan dunia buku cetak. Mereka ‘membaca’ gambar, gerak, dan suara lewat tablet, dll. Ini adalah tantangan baru bagi generasi ‘kolonial’ (seperti saya), bagaimana kita bisa memotivasi dan memfasilitasi mereka untuk membaca, lewat media yang mereka suka.

Esti M. Sudarsono, tinggal di Ungaran, pernah mengajar Literasi dan Nuneracy di Adult College-UK, penulis novel ‘Bunga Wattle dari Tullamarine’.

[red/zhr]

Exit mobile version