Menerka Alasan Seorang Karyawan Menolak Dipromosikan

“Kesejahteraan ini bukan hanya tentang materi tetapi juga tentang menghargai, mengapresiasi, dan memberikan kesempatan.”

Kemarin, adik ipar saya curcol tentang pekerjaannya di rumah sakit. Dia akan dipromosikan oleh atasannya untuk menempati posisi baru. Saat ini tanggung jawabnya adalah sebagai kepala ruangan kelas III khusus anak dan direncanakan akan dimutasi ke ruangan kelas kelas I. 

Ipar saya enggan untuk pindah ke tempat baru. Menurutnya pekerjaan di tempat lama kurang lebih sama saja dengan tempat baru, namun tanggung jawab yang harus diemban lebih besar di tempat baru. 

Jadi, ngapain rempong untuk hal yang biasa dikerjakan. Belum lagi perlunya penyesuaian dengan tim kerja yang baru, sedangkan di tempat lama telah menemukan click dan telah merasa sebagai sebuah keluarga dalam bekerja. 

Adik perempuan saya yang lain mempunyai cerita yang berbeda namun berkaitan juga dengan jabatan baru. Setelah dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi, adik saya hanya bertahan selama tujuh bulan dan akhirnya mengundurkan diri karena merasa diri tidak sanggup mengemban amanah jabatan tersebut. Dan, semua orang menyayangkan keputusan mundur tersebut. 

Pengalaman adik-adik saya ini bukanlah hal yang sulit kita jumpai. Saya juga masih sering bertemu bahkan berteman akrab dengan orang-orang yang tidak mau menerima jabatan yang lebih tinggi dan rela menukar jabatannya jika dipaksa untuk duduk di kursi panas tersebut. 

Berdasarkan pengalaman-pengalaman orang terdekat, saya dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa alasan mengapa orang menolak dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi. Namun demikian, kesimpulan ini hanyalah hasil rekaan saya yang tentu saja tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena bukan hasil penelitian. 

Beberapa hal yang menjadi alasan seorang karyawan atau pegawai atau pekerja yang menolak saat dipromosikan untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi antara lain.

#1 Mau hidup santai 

Hidup santai ini adalah tentang tidak adanya lembur di weekend bahkan weekday. Bekerja hanya sesuai dengan job desc yang diberikan kepada mereka. Datang tepat waktu dan pulang juga sesuai dengan jadwal kepulangan. Mengerjakan pekerjaan yang tidak memerlukan tanggung jawab besar, tetapi masih terlihat sebagai orang yang rajin, aktif dan berintegritas. 

Menghindari promosi jabatan bagi orang seperti ini adalah kunci untuk dapat hidup santai. Bahkan bagi beberapa orang lebih memilih pekerjaan yang dapat menggunakan waktu untuk melakukan hal lain, yang seringnya tidak berhubungan dengan pekerjaanya. 

Keinginan untuk hidup santai sepertinya adalah keinginan banyak orang. Tetapi jika mengemban amanah jabatan yang tinggi, tentu saja tidak dapat bersantai seperti orang lain. Bahkan menghabiskan waktu lebih banyak dalam pekerjaannya. 

Saya pernah mendengar sambat seorang teman saat ditawari jabatan sehingga volume pekerjaannya bertambah. Secara jelas dia menolak tambahan pekerjaan yang diberikan atasannya. Saat itu saya mengira dia tidak mampu melakukan pekerjaan tersebut. Dan pada akhirnya dia mengatakan dia ingin santai, tidak mau terbebani dengan pekerjaan tambahan apalagi jabatan.

#2 Kebanyakan disposisi

Dalam dunia kerja ada yang disebut dengan disposisi. Disposisi dapat diartikan sebagai instruksi data informasi kepada orang yang berada di bawahnya dan memberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan pemberi disposisi. Seorang kepala divisi, memberikan disposisi kepada manajernya, si manajer memberikan disposisi kepada supervisornya demikian seterusnya sampai mentok pada staf pelaksana. 

Tujuan disposisi adalah  bisa menindaklanjuti perintah yang diberikan atasan tepat sesuai perintah yang tertulis. Dengan kata lain seorang atasan juga telah mendelegasikan sebagian pekerjaannya kepada beberapa bawahannya baik itu sesuai dengan job desc atau tidak. 

Masalah akan muncul saat disposisi yang diterima tidak sesuai dengan job desc dan berarti menambah pekerjaan lainnya. Bagi seseorang yang mempunyai jabatan tidak dapat menghindari disposisi dari atasan yang lebih tinggi. Tidak memandang apakah sesuai dengan job desc atau tidak. 

#3 Pusing mikirin bawahan 

Seseorang yang disebut atasan otomatis mempunyai bawahan. Namanya juga seorang atasan. Tentu saja ada orang-orang memberikan dukungan agar pekerjaan atasan tersebut terselesaikan dengan baik. Orang-orang yang membantu atasan ini adalah orang-orang yang penting, tidak dapat diabaikan dan harus diperhatikan kesejahteraannya. 

Ibaratnya, seseorang dapat berdiri di atas karena ada “tiang pancang” yang menopang sehingga dapat berdiri tegak dan tidak goyang. Memperhatikan bawahan ini juga merupakan alasan seseorang dipilih untuk menjadi atasan. 

Ada sebuah quote yang diberikan guru saya sehingga membuat saya memikirkan seribu kali untuk menerima amanah jabatan. Keberhasilan pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam mensejahterakan umat yang mereka pimpin. – Abdurrahman Wahid

Dari sini kita belajar bahwa berat untuk menjadi seorang atasan tanpa memperhatikan kesejahteraan bawahannya. Kesejahteraan ini bukan hanya tentang materi tetapi juga tentang menghargai, mengapresiasi, dan memberikan kesempatan untuk anak buah yang bekerja sama dengan mereka.

Menolak Dipromosikan Bukan Dosa

Tidak semua orang mampu menjadi atasan. Saat dipilih menjadi atasan maka seseorang tersebut memiliki tugas tambahan lain yaitu memikirkan bawahannya. Bukan hanya tentang pekerjaan tetapi juga siapa-siapa saja yang harus bekerja, bagaimana cara bekerja sama dan bagaimana menciptakan suasana kerja yang kondusif dan nyaman sehingga tujuan dapat tercapai. Belum lagi konflik yang muncul akibat interpersonal dan intrapersonal dari setiap bawahannya.

Namun demikian, tidak menerima dipromosikan untuk sebuah jabatan bukanlah sebuah dosa besar. Bahkan bisa jadi saat kita menolak jabatan tersebut dengan alasan yang sangat tepat, bisa jadi kita akan mendapatkan kesempatan lain yang lebih baik. 

Saat kita menggemukan kekurangan-kekurangan diri sebagai alasan, dapat menjadi sebuah kesempatan baru untuk meng-upgrade skill sehingga kita dapat belajar lebih baik dan tentu saja akan berpengaruh dalam kreativitas pekerjaan kita. Karena motto saya adalah the man on the right place, happy working

Ya, saya selalu senang melihat orang yang bekerja sesuai dengan kesenangannya, karena orang bahagia juga akan mengekspos kreativitasnya secara maksimal tentu saja hasilnya akan maksimal juga. 

Tidak menerima jabatan membuat kita tetap dalam slow living style, karena jika biasanya kita harus bekerja 8 jam sehari dan setelah promosi justru bertambah menjadi 10 atau 11 jam, atau bahkan hingga memangkas akhir pekan SoHib, lebih baik SoHib memikirkan kembali tawaran promosi tersebut.

Risnawati Ridwan, Ibu rumah tangga yang nyambi jadi abdi negara. Tinggal di Aceh.

[red/rien]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *