Site icon ghibahin.id

4 Alasan Penting Mengapa Candi Menarik Dikunjungi

ghibahin

ghibahin

Sementara semakin ke timur banyak candi yang dibangun dengan bahan batu andesit. Bahan ini bertahan lebih lama, meski banyak bangunan yang sudah runtuh saat ditemukan.

Candi memang menjadi salah satu pilihan destinasi wisata budaya alternatif yang menarik untuk dikunjungi. Meskipun, tidak semua orang tertarik berkunjung ke candi. Ada saja orang yang berkomentar, “Ah buat apa berkunjung ke candi, cuman lihat tumpukan batu saja”. 

Candi dalam penglihatan kita adalah batu-batu yang ditumpuk dan membentuk sebuah bangunan. Tumpukan batu tersebut memiliki sejumlah ragam hias yang terpahat rapi dan indah. Hal yang mungkin belum diketahui orang banyak adalah bagaimana teknik menumpuk batu-batu tersebut, agar bisa tetap berdiri kokoh dan menjulang ke atas. 

Candi banyak dijumpai di sejumlah wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah yang memiliki candi ada di Pulau Sumatra, Jawa dan Bali. Dan sebagian besar berada di Pulau Jawa, dari barat sampai ke timur. Sekedar catatan juga, bahwa tidak semua tumpukan batu tersebut berhasil diselamatkan. Banyak di antaranya telah benar-benar runtuh dan hilang jejaknya.

Buat para SoHib, mari simak sejumlah fakta menarik tentang manfaat kunjungan ke candi.

#1 Mengenal sejarah bangsa

Berkunjung ke candi membuat kita mengetahui tentang sejarah bangsa ini. Candi adalah teknologi yang dihasilkan pada masa sejarah, saat aksara sudah mulai dikenal oleh nenek moyang kita. Pembangunan candi memang mendapat pengaruh dari India, sebagai daerah asal agama Hindu dan Budha. 

Candi dibangun dengan melakukan penyesuaian pada budaya lokal, yaitu bangunan punden berundak. Maka candi-candi yang ada di Indonesia selalu dibangun di tempat yang tinggi dan atau memiliki bagian alas yang tinggi. 

#2 Mengenal teknologi masa sejarah

Candi menjadi bukti bahwa nenek moyang kita pada masa itu sudah memiliki sebuah peradaban yang maju. Pembangunan candi yang megah dan menjadi kebanggaan pada masanya menjadi bukti nyata.

Kemegahan candi juga menjadi bukti bahwa penataan lingkungan pada masa itu sudah cukup maju. Pembangunan bangunan candi yang berasal dari masa berbeda, menunjukkan teknologi yang berbeda-beda. Ada bangunan yang menggunakan batu bata maupun batu andesit. Kedua bahan tersebut memiliki perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya.

Batu-batu yang menjadi bahan bangunan candi tidak serta merta ditumpuk. Batu-batu ini direkatkan dengan metode khusus. Salah satunya dengan menggunakan teknik penguncian (interlock), yaitu teknik yang menyerupai puzzle jigsaw.

Sementara pada bahan batu bata, tekniknya lebih sederhana. Bata digosokkan satu sama lain hingga tercipta bubuk. Bubuk ini kemudian diperciki dengan air. Bubuk inilah yang berfungsi sebagai perekat antar bata.

#3 Mengenal pembagian periode kerajaan

Setiap kerajaan yang pernah di Indonesia dikenal dengan ciri khas pada bangunan candi yang ditinggalkan. Kerajaan di daerah Jawa Barat dan Sumatra, dikenal dengan sejumlah candi yang terbuat dari batu bata. Bahan yang dikenal tidak bisa bertahan lama. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa tidak banyak ditemukan candi di kawasan tersebut. Meskipun terdapat kerajaan besar di kedua wilayah tersebut.

Sementara semakin ke timur banyak candi yang dibangun dengan bahan batu andesit. Bahan ini bertahan lebih lama, meski banyak bangunan yang sudah runtuh saat ditemukan. Batu andesit mulai banyak dijumpai pada sejumlah peninggalan kerajaan Mataram Kuno, baik di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Namun dapat dijumpai juga candi berbahan batu bata, dari masa Mataram Kuno. Misalnya Candi Abang yang ada di DI Yogyakarta. 

Penggunaan batu bata sebagai bahan bangunan candi, mulai muncul lagi pada masa kerajaan Majapahit. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan peninggalan arkeologi di daerah Trowulan, Mojokerto. Trowulan sendiri diidentifikasi sebagai kota yang penting pada masa Majapahit.

#4 Mengenal sejumlah karya sastra maupun dongeng 

Beberapa candi dilengkapi sejumlah ragam hias maupun relief. Relief yang menghiasi candi biasa memiliki pesan karena berupa saduran dari karya sastra pada masa itu. Candi Borobudur memiliki sejumlah relief naratif, yaitu relief Karmawibhangga, Jatakamala, Lalitavistara, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari. Selain itu juga terdapat relief yang menggambarkan suasana alam yang permai, perahu bercadik, bangunan tradisional nusantara, dan sebagainya. 

Candi Prambanan memiliki relief naratif Ramayana dan Kresnayana. Candi Sojiwan memiliki relief berupa fabel kisah satwa Jataka dan Awadana. Cerita keagamaan Buddha dengan tokoh-tokoh manusia dan hewan yang memiliki makna pendidikan atau petuah yang diteladani. 

Sejumlah candi Jawa Timur juga memiliki relief yang menarik dengan gaya yang sedikit berbeda. Hal ini dikarenakan gaya seni pada Kadiri dan seterusnya, lebih bersifat simbolis menyerupai wayang kulit. Misalnya pada Candi Penataran yang memuat kisah Ramayana, penggambarannya akan berbeda dengan relief Candi Prambanan. Meski sama-sama menceritakan tentang kisah Ramayana. 

Nah, SoHib, semoga uraian di atas makin menambah rasa kepo kalian untuk berkunjung ke candi. Percaya deh ke candi tidak melulu melihat tumpukan batu saja. Ada banyak ilmu yang bisa didapat dengan berkunjung ke candi.

Shinta Dwi Prasasti. Penyuka sejarah, arkeologi, dan heritage. Bekerja di Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X.

[red/nat]

Exit mobile version