Site icon ghibahin.id

5 Kecemasan yang Bikin Saya Malas Ikut Arisan

ghibahin

ghibahin

Karena perselisihan itu kan bisa saja tiba-tiba terjadi walaupun sama bestie sendiri. Belum lagi kalau ada anggota arisan yang ternyata punya track record utang sana-sini.”

Saya tuh paling males kalau disuruh ikut arisan. Gank manapun yang nawarin arisan, pasti saya tolak. Langsung. Nggak pakai basa-basi, seperti “Ntar dipikir dulu”, atau “nanya suami dulu”, atau “lihat bulan depan saya jadi resign atau nggak”. Pokoknya jawaban saya fix banget, deh. “Ogah!”

Terserah, deh, mau dibilang nggak kompak sama besties, nggak mau silaturahmi sama saudara, bahkan dikatain pelit. Saya mah bodo amat. Pokoknya, saya nggak mau ikut arisan. Bagi saya, kegiatan arisan yang biasanya dianggap sebagai sebuah pengejawantahan dari gerakan mari menabung ini, justru membawa kecemasan yang bikin saya parno. 

Saya sadar, belum tentu juga kecemasan-kecemasan ini bakalan benar-benar terjadi. Dan saya juga sudah berusaha keras lho untuk nggak mencemaskan hal-hal yang saya cemaskan ini. Beneran. Suwer. Karena dari berbagai literatur yang saya baca, kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan justru akan membuatnya menjadi kenyataan. 

Tapi entah mengapa, grup-grup arisan yang mengajak saya itu, kok ya rata-rata nasibnya sad ending gitu. Balik kanan bubar jalan. Jadinya, ya sampai sekarang saya masih “dihantui” dengan kecemasan-kecemasan kalau saya diajak gabung ke grup arisan. Inilah beberapa kecemasan yang muncul dan barangkali relate denganmu. 

#1 Cemas Duit Dibawa Kabur Bendahara

Bagi saya, bendahara arisan memegang peranan paling krusial dalam sebuah grup arisan. Lha doi yang pegang duitnya, je. Saya selalu punya kecemasan kalau duit arisan punya potensi yang luar biasa besar untuk dibawa kabur sang bendahara.

Jadi, ‘siapa bendaharanya?’ menjadi pertanyaan penting yang bikin saya kepo ke sebuah grup arisan. Seorang bendahara yang saya kenal baik karakternya, nggak neko-neko, dan nggak mata duitan, mungkin bisa membuat saya sedikit lega jika suatu saat terpaksa harus terjebak dalam sebuah grup arisan. 

Syukur-syukur kalau sang bendahara adalah orang kaya yang udah nggak perlu mikir nyari duit. Paling nggak, ada keyakinan sang bendahara nggak akan semudah itu tergoda bawa kabur duit arisan. Walaupun demikian, nenek-nenek nyebrang pun tahu kalau hal ini bukan jaminan juga.

#2 Cemas Nggak Dapat Duit Full

Saat saya ditawari oleh seseorang untuk bergabung ke sebuah grup arisan, tentunya saya perlu tahu, ini arisan dari komunitas apa? Gank mana? Siapa saja warganya?

Saya punya kecemasan, nggak semua anggota arisan punya komitmen yang kuat untuk menyukseskan arisan ini sampai akhir putaran. Bulan-bulan pertama biasanya semua anggota mempunyai kesadaran yang tinggi untuk memenuhi kewajibannya membayar iuran arisan. 

Namun dari pengamatan saya, tak jarang setoran arisan semakin lama semakin seret. Efeknya, pemenang arisan di bulan-bulan berikutnya nggak mendapatkan hak uang arisan sepenuhnya karena banyak anggota yang masih belum setor. 

Kalau saya jadi sang pemenang arisan, tentu saja hal ini bikin saya cemas. Nggak cuma karena rencana traktir ibu-ibu sekampung terancam gagal, tapi saya nggak tahu sisa hak saya bagaimana nasibnya ini, halooo??

Beberapa teman saya yang menang arisan curcol, bahwa akhirnya dia lah yang harus menagih kekurangan haknya itu satu persatu, karena sang bendahara arisan sudah give up menagih ke anggota-anggota yang belum bayar. Apakah pada akhirnya sang pemenang arisan bakal menyandang gelar debt collector juga? 

#3 Cemas Menang Dipindah Tangan

Jadi begini. Kalau tiba-tiba nama kalianlah yang nongol di gulungan kertas kocokan, dan kalian sudah hattrick koprol kegirangan, tapi kemudian ada anggota arisan yang memohon supaya kalian merelakan kemenangan itu buat dirinya, apa kalian tega menolaknya?

Saya cemas kalau kejadian itu bakal saya alami. Kenapa? Karena saya orangnya nggak tegaan, jek! Seberapa girangnya saya dapat duit arisan, saya sudah bisa membayangkan kalau pada akhirnya saya pasti merelakan status pemenang arisan berpindah tangan ke anggota yang memohon-mohon itu. Gigit jari, deh, nunggu giliran lagi.

#4 Cemas Bubar Sebelum Dapat Giliran

Bagaimana jika arisan kemudian bubar sebelum saya dapat giliran menang? Hal ini mungkin saja terjadi karena satu atau banyak hal. Misalnya ada perseteruan di antara anggota arisan, atau sang bendaharanya yang ternyata lagi sibuk berat dan lupa menagih iuran. 

Slek dalam pertemanan ini juga menjadi kecemasan saya ketika harus bergabung dalam sebuah grup arisan. Karena perselisihan itu kan bisa saja tiba-tiba terjadi walaupun sama bestie sendiri. Belum lagi kalau ada anggota arisan yang ternyata punya track record utang sana-sini. Bagi saya, hal-hal seperti ini toxic banget dalam sebuah grup arisan, dan berpotensi bikin arisan bubar sebelum selesai satu putaran. 

Terus bagaimana nasib saya, eh, anggota yang belum menang? Bagi saya, perkara ini bikin saya cemas karena biasanya nggak ada solusinya. Bubar ya bubar. Monggo diikhlaskan iuran yang sudah keluar dan belum balik modal.

#5 Cemas Mikirin Pakai Baju Apa

Nah, alasan yang ini bukan karena kebawa-bawa efek Citayam Fashion Week yang udah garing itu lho. Saya ingat dulu ada tante saya yang tinggal di luar kota, kalau ke Jakarta selalu minta ditemani ke mal, beli baju untuk arisan. Saat itu, saya masih sekolah menengah, masih ABG. Dan yang tertanam di benak saya saat itu adalah arisan sebagai ajang pamer baju baru.

Dan saat ini saya, sebagai seorang emak-emak yang nggak terlalu peduli dengan penampilan, tentu saja perkara ajang ‘pameran’ ini bikin saya cemas. Lha terus apa iya saya kudu beli baju tiap bulan seperti tante saya? 

Terus kalau saya pakai baju yang itu-itu saja, saya cemas kalau nanti “dirasani” emak-emak anggota yang lain. Kalau kalian merasa saya terlalu mengada-ada, tolong jangan nyalahin saya. Kasus tante saya itu nempel terus di benak saya sampai sekarang.

Kecemasan-kecemasan ini timbul bukan tanpa alasan. Cerita dan pengalaman dari tante saya, serta teman-teman yang arisannya “bubar jalan” itu juga yang menjadi pemicunya. 

Tanpa menampik kenyataan pasti ada juga kelompok arisan yang happy ending, tapi dengan kecemasan-kecemasan itu mungkin saya lebih baik mundur teratur saja deh kalau ditawarin ikut arisan.

Mon maap ya gank.

Dessy Liestiyani, wiraswasta, tinggal di Bukittinggi

[red/brsm/zhr]

Exit mobile version