Site icon ghibahin.id

Mengerjakan Soal Ujian dengan Teknik Memutus Jarak

ghibahin

ghibahin

Memutus jarak soal yang berjumlah banyak, yang terkesan tidak mungkin untuk dikerjakan, pada akhirnya selesai juga dengan cara dikerjakan bertahap sesuai kelompok kesulitannya.

Beberapa hari yang lalu, seorang tentor bertanya kepada saya, mengapa anak-anak seringkali buyar saat mengerjakan soal yang berjumlah banyak. Hal ini sering terjadi saat Penilaian Tengah Semester, dan biasanya menjadi semakin parah saat Penilaian Akhir Semester.

Padahal, saat mengerjakan latihan soal di akhir setiap pembahasan materi, mereka sepertinya ‘sudah’ memahami materi dengan baik. Hal ini terindikasi dengan jawaban-jawaban soal yang sudah benar. Tetapi pemahaman itu seketika ambyar ketika mereka menghadapi soal tes yang biasanya berjumlah banyak dan berisi campuran dari banyak materi selama satu semester pembelajaran.

Sepertinya tak hanya anak-anak yang mengalami hal tersebut. Orang dewasa juga seringkali buyar dan tidak fokus saat menghadapi banyak sekali target yang diselesaikan. Ada banyak sekali jadwal dan pencapaian yang ingin kita raih. Ada rencana pencapaian jangka pendek, ada pula rencana pencapaian jangka panjang. Dah kayak repelita (ups).

Seringkali kita memiliki rencana jangka panjang yang terasa mustahil untuk dicapai. Salah satu hal yang sering kita lakukan adalah dengan memotong tujuan jangka panjang menjadi beberapa bagian tujuan jangka pendek agar tidak terkesan ‘jauh’ dan sulit untuk menggapai tujuan jangka panjang tersebut.

Contoh paling sederhana yang sering kita lakukan adalah pada saat ada keinginan untuk memiliki suatu barang baru. Ada beberapa pilihan cara untuk bisa memiliki barang yang kita inginkan. Cara yang biasa kita lakukan adalah dengan menabung terlebih dahulu. 

Mengumpulkan dana sedikit demi sedikit sampai terkumpul jumlah yang memadai, baru kemudian membeli barang tersebut. Ada juga yang memilih opsi langsung membeli (meskipun belum ada dana tunai yang memadai) dengan cara kredit, yaitu membayar dengan cara diangsur (gak perlu dijelasin ‘kali buu, paham kalo ini sih, hihi).

Kedua cara tersebut memiliki esensi yang sama, yaitu dengan memutus jarak tempuh. Ketika memilih untuk membeli secara tunai sedangkan dana yang dimiliki belum mencukupi, kita menutup kekurangan dana tersebut dengan cara mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sesuai target. 

Biasanya kita memutuskan jumlah dana yang harus dikumpulkan sesuai dengan kemampuan, misalnya setiap bulan harus menyisihkan sekian persen dari jumlah penghasilan yang dimiliki. 

Begitu pun dengan cara mengangsur. Terkadang karena memang kebutuhan akan barang baru tersebut mendesak, kita memutuskan untuk langsung membeli dengan cara mengangsur. Poin utama dari cara ini juga sama, yaitu memutus jarak tempuh. Kita membayar dengan cara bertahap (sesuai kemampuan yang dimiliki) dengan memotong sekian persen dari penghasilan.

Dalam teknik memutus jarak, sebuah angan atau tujuan yang terasa panjang, terasa tinggi, terasa impossible dan sangat melelahkan untuk kita raih, kemudian dipangkas menjadi beberapa bagian pendek dengan harapan mempermudah pencapaian target tersebut. Secara tidak sadar, saat kita melampaui satu tahapan dengan baik, otak kita akan memberikan sinyal kebahagiaan bahwa ‘kita bisa’. Akhirnya memantapkan hati untuk semangat melangkah ke tahap berikutnya dengan keyakinan ‘kita bisa’. Begitu seterusnya sampai akhirnya tanpa terasa kita telah melewati tahapan demi tahapan dengan baik.

Mengerjakan Soal Bertahap Berdasarkan Tingkat Kesulitan

Cara yang sama dapat kita lakukan untuk mengatasi ke-ambyar-an anak-anak saat menghadapi soal-soal tes yang biasanya berjumlah banyak. Kita bisa melatih fokus anak menggunakan strategi pemberian soal dengan teknik memutus jarak. Metode ini bertujuan membiasakan anak menghadapi banyak soal dengan tetap fokus dan tidak terpengaruh jumlah soal dan kompleksnya kerumitan soal yang harus mereka kerjakan.

Rangkaian soal-soal ujian dan tes yang harus dikerjakan anak-anak biasanya tersusun secara acak. Kalaupun berjenjang, umumnya dibuat berdasarkan urutan materi atau tema. 

Soal-soal dengan tingkat kesulitan tinggi, sedang, dan rendah tidak tersusun dalam nomor-nomor yang berurutan. Otomatis anak-anak akan melihatnya sebagai deretan tulisan yang rumit dan ruwet, melebihi ruwetnya jalan pikiran orang saat sedang bucin. Ehehhemm.

Sadar ataupun tidak, otak kita akan merespon setiap persoalan dengan cara yang sederhana terlebih dahulu. Mencari solusi dengan cara mudah dan cepat terlebih dahulu. Maka perlu membiasakan anak untuk memilah soal-soal. Mengerjakan yang mudah terlebih dahulu baru kemudian mengerjakan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi.

Manfaat Mengerjakan Soal Secara Bertahap

Pilihan mengerjakan soal yang mudah terlebih dahulu bertujuan untuk menggiring otak bekerja secara bertahap mulai dari yang ringan ke berat. Seperti ketika berolahraga, selalu diawali dengan pemanasan terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan ke latihan inti. Jika berolahraga dilakukan langsung pada kegiatan inti biasanya akan terjadi cidera. 

Konsep yang sama kita terapkan dalam pemilihan soal mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Dengan kata lain, mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu untuk memanaskan kerja otak, untuk kemudian mempersiapkannya menghadapi soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi.

Selain itu, dengan mengerjakan soal dari yang mudah terlebih dahulu, berarti menabung nilai benar dan menabung waktu. Soal-soal yang mudah memiliki prosentase kemungkinan jawaban benar lebih besar, jadi paling tidak sudah mengantongi beberapa nilai jawaban benar. 

Tambahan keuntungan lagi adalah durasi yang diperlukan saat mengerjakan soal yang lebih mudah biasanya lebih singkat, jadi kita tidak banyak menghabiskan waktu untuk berpikir. Sat set, selesai. He he. Lebihan waktu yang ada akan sangat berguna untuk mengerjakan soal-soal dengan kesulitan lebih tinggi, yang biasanya menyita waktu berpikir lebih lama.

Maka, yang harus dilatih adalah membiasakan otak anak-anak agar sigap menangkap soal-soal yang tersaji dan memilahnya menjadi beberapa bagian berdasarkan tingkat kesulitan. Memutus jarak soal yang berjumlah banyak, yang terkesan tidak mungkin untuk dikerjakan, pada akhirnya selesai juga dengan cara dikerjakan bertahap sesuai kelompok kesulitannya.

Para guru dan orang tua bisa mengajarkan hal ini dengan cara membuatkan latihan soal yang bertahap sesuai dengan tingkat kesulitan soal-soal tersebut. Jika menggunakan soal yang sudah ada di lembar kerja siswa, kita bisa memilihkan terlebih dahulu soal-soal mana yang sebaiknya menempati urutan awal untuk dikerjakan. Jika dilakukan secara berulang, rutin, dan konsisten, cepat atau lambat anak-anak akan terbiasa dengan sendirinya.

Tetapi kembali lagi, kesuksesan tidak tercipta dalam sekejap mata, perlu sebuah proses yang dilakukan secara berulang dan berkala. Perlu proses yang juga tidak sebentar untuk membuat radar otak anak-anak kita bisa cepat menangkap soal-soal mana yang harus dikerjakan dulu, mana yang dikerjakan belakangan. 

Semua kembali kepada kita sendiri, para guru dan orang tua. Mampukah kita mengawal proses ini dengan sabar dan konsisten?

Dinul Qoyimah, ibu rumah tangga, pemilik bimbel. Tinggal di Kudus

[red\brsm\zhr]

Exit mobile version