PARENTING: 7 Topik Parenting yang Tak Seharusnya Jadi Bahan Perdebatan

“Kita boleh memiliki prinsip dan keyakinan, tapi kita tidak perlu merendahkan keputusan orang lain yang menjadi pilihannya.”

Banyak sekali metode pendidikan dan pengasuhan yang berkembang di masyarakat sekarang ini. Sayangnya, perkembangan ini justru malah menjadi topik perdebatan di antara orang tua. Hal ini karena masing-masing orang tua menganggap pilihannya yang paling benar. 

Seringkali orang tua meremehkan atau merendahkan pilihan dari orang lain tanpa tahu kebenarannya. Hal ini tentu membuat kita tidak nyaman karena dihakimi dan dianggap mengambil pilihan yang salah.

Saya setuju dengan berbagai edukasi untuk orang tua. Hal ini biasanya dilakukan oleh komunitas yang fokus terhadap kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang anak. Setiap orang tua memang sebaiknya mempelajari berbagai metode parenting, sehingga penerapannya kelak didasarkan pada kebutuhan anak. 

Tapi kita juga harus ingat, ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kondisi di lapangan seringkali jauh berbeda dari idealisme kita. Untuk itu, kita hanya perlu memahami orang lain tanpa menghakimi. Berikut adalah topik dalam parenting yang menjadi bahan perdebatan:

Persalinan

Pengasuhan biasanya sudah dimulai sejak bayi dalam kandungan. Ada yang melahirkan dengan normal, ada pula yang operasi. Hal ini menjadi perdebatan karena satu sama lain merasa paling benar.

Ada lagi metode gentle birth yang memposisikan bayi lahir dengan lembut natural tanpa paksaan. Hal ini biasanya dibarengi dengan perineumnya utuh. Biasanya ini akan dijadikan patokan apakah ibu teredukasi atau tidak. 

Padahal itu semua tidak bisa dijadikan patokan apakah seorang ibu berhasil dalam melahirkan atau tidak. Tidak ada yang perlu dibanggakan kecuali mendapati bayi kita lahir dengan sehat.

Proses persalinan adalah hal yang tidak bisa kita tentukan seorang diri. Kondisi fisik tiap perempuan tidak bisa disamaratakan. Faktor provider (bidan dan dokter), fasilitas, kondisi kandungan adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap proses persalinan.

Tentu saja, saya mendukung ibu-ibu yang melahirkan dengan normal dan gentle birth. Tapi harus disadari bahwa ada banyak sekali perempuan yang teredukasi dengan baik. Belajar dan mempersiapkan banyak hal, tapi pada akhirnya tidak sesuai harapannya. Intinya tidak semua hal yang kita rencanakan bisa berjalan sesuai keinginan kita.

ASI (Air Susu Ibu)

Setelah melahirkan, ada tim ASI dan sufor. Tim ASI mengatakan bahwa ASI adalah makanan utama bayi. Tim sufor memiliki alasan seperti ASI tidak keluar karena ibu stress atau depresi.

Pemberian ASI memang lebih baik, namun jika berbagai cara sudah dicoba dan kondisi tidak memungkinkan, kita tidak boleh menghakiminya. Kita tidak perlu mencari kekurangan satu sama lain. Setiap orang mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang sudah matang.

KB (Keluarga Berencana)

Ada yang mengatakan bahwa KB itu berbahaya bagi ibu, KB IUD membuat suami tidak nyaman, dan sebagainya. Yang pakai KB mengatakan bahwa memiliki anak tanpa direncanakan jauh lebih berbahaya.

KB atau tidak, keduanya benar. Yang tidak KB bisa jadi memang ingin memiliki banyak anak dan sudah siap. Ada pula yang memang tubuhnya tidak mampu menerima KB. Ada juga yang menggunakan metode alami untuk mengendalikan kelahiran. Orang tua yang memilih KB juga benar. 

KB menjadi pembicaraan sensitif jika seseorang punya anak dengan jarak berdekatan. Lalu muncul komentar, “Kasihan kakaknya, masih kecil sudah punya adik.”

Padahal urusan anak itu sepenuhnya tanggung jawab orang tua. Kita tidak tahu dan tidak berhak menilai keputusan tiap keluarga.

MPASI (Makanan Pendamping ASI)

Ada tim MPASI dengan makanan homemade dan organik. Ada MPASI dengan berbagai kreasi dan ada pula yang biasa saja sesuai menu keluarga tapi dilumatkan. Saya sendiri termasuk yang tidak sering berkreasi. Yang paling penting kebutuhan sayuran, protein, lemak, karbohidrat terpenuhi.

Saya menerapkan MPASI hanya sampai 12 bulan sesuai anjuran WHO. Setelah satu tahun, anak sudah bisa makan menu keluarga tanpa harus dilumatkan. 

Tim MPASI organik akan selalu kampanye bahan makanan yang sehat. Tim homemade melarang pembelian makanan instan. Tim penuh kreasi mengajak untuk terus berkreasi. 

Tapi kita tidak perlu menilai mana yang paling benar. Kondisi tiap orang berbeda, ada yang punya budget besar untuk makanan organik, ada yang punya banyak waktu untuk membuat makanan homemade, ada yang memang hobi dan passion berkreasi. Tapi ada pula yang tidak memiliki budget, waktu, dan passion sehingga MPASI diberikan sesuai kebutuhan saja.

Menyapih

Setelah makanan kita juga akan terbagi menjadi tim menyapih dengan cinta dan bukan. Tim menyapih dengan cinta akan membiarkan anak berhenti menyusu ketika anak siap. Sedangkan tim menyapih umur 2 tahun akan berupaya agar anak berhenti menyusu di usia tersebut.

Berkali-kali saya ditegur ketika bertemu tim menyapih 2 tahun. Tapi jika bertemu tim menyapih dengan cinta saya justru disemangati. Meski demikian, saya tidak mau membahas mana yang benar dan salah. Saya hanya berharap semua orang tua bisa saling menghargai dan mendukung tanpa harus menyakiti satu sama lain. Apalagi merasa paling benar dan menyalahkan pilihan yang diambil orang lain.

Sekolah

Perdebatan selanjutnya adalah tentang sekolah anak, ada yang sekolah formal, sekolah alam (alternatif), dan homeschooling. Keponakan saya termasuk yang homeschooling dan kemungkinan anak saya juga akan menempuh jalur itu. Namun betapa sedihnya saya ketika orang-orang berkomentar tentang keponakan saya.

“Apa nggak kasihan sama anaknya? Anaknya belum bisa membaca dan nggak punya teman.”

Sekolah alam/ alternatif juga sering dipertanyakan tentang akreditasi, seragam, dan kurikulum yang tidak sama dengan sekolah formal. Begitu pula homeschooling yang kerap dipandang tidak memiliki kurikulum. Tidak jelas apa yang dipelajari dan tidak bisa dapat ijazah.

Padahal homeschooling juga memiliki metode dan kurikulum yang sudah diterapkan puluhan tahun. Metode dalam homeschooling bukanlah metode iseng, begitu pula sekolah alam. Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak, begitu pula metode pendidikan yang dipilih.

Pekerjaan Ibu

Katanya, ibu harus fokus mengasuh dan mendidik anak. Tapi di sisi lain juga direndahkan karena dianggap tidak berpenghasilan dan tidak terpandang di mata sosial. Tapi Ibu yang bekerja di luar dan terpandang di mata sosial sering disebut tega meninggalkan anak dan kehilangan momen berharga bersama anak.

Apapun pilihan pekerjaan Ibu, saya yakin mereka ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Selain itu Ibu juga punya hak untuk mencintai dirinya serta menemukan kebahagiaannya sendiri, entah bekerja di luar rumah atau menjadi ibu rumah tangga.

Demikian beberapa topik yang seringkali diperdebatkan antar orang tua. Kita boleh memiliki prinsip dan keyakinan, tapi kita tidak perlu merendahkan keputusan orang lain. Tidak perlu menyalahkan apa pun yang menjadi pilihan orang lain. Pun, tidak semua metode dapat diterapkan dalam setiap pola pengasuhan. Ada kelebihan dan kekurangan yang bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga.

Jika memang ada yang kurang tepat, misalnya metode pengasuhan itu bisa mengakibatkan hal yang fatal, maka kita bisa saling mengingatkan. Bisakah kita mengedukasi tanpa menghakimi dan menyakiti?

Mahdiya Az Zahrasuka ghibahin parenting di ghibahin.id

[red/brsm]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *